Sejarah Nenek Moyang Bangsa Indonesia - Nenek Monyang
bangsa indonesia terdapat dari rumpun-rumpun seperti Rumpun Melayu Austronesia,
Masyarakat tani di yunan, dan adapula cara kedatangan nenek monyang bangsa
indonesia yaitu Kedatangan Proto Melayu, Kedatangan Duetro Melayu, Dalam
Kedatangan nenek monyang memiliki jalur-jalur dalam kedatangannya atau dari
mana mereka berasal serta dalam kedatangan nenek monyang bangsa indonesia
membawa berbagai alat-alat atau peralatan-peralatan.
Sejarah Nenek Moyang Bangsa Indonesia |
Untuk mengetahui asal
nenek monyang bangsa indonesia dapat menggunakan dua cara yaitu persebaran
rumpun bahasa dan persebaran budaya bercocok, Untuk mengetahui Persebaran Nenek
moyang bangsa indonesia mari kita lihat pembahasan dibawah ini...
A. Nenek Moyang
Indonesia
Nenek moyang bangsa Indonesia bukanlah manusia-manusia jenis Meganthropus
Palaeojavanicus, Pithecantropus Erectus, Homo Soloensis, atau Homo Wajakensis.
Walaupun terdapat di Indonesia, manusia-manusia jenis itu sudah punah. Untuk
mengetahui asal nenek moyang bangsa Indonesia, kita dapat menggunakan dua cara,
yakni persebaran rumpun bahasa dan persebaran kebudayaan bercocok tanam.
1. Rumpun
Bahasa Melayu Austronesia
Bahasa yang tersebar di Indonesia termasuk rumpun bahasa Melayu Austronesia.
Rumpun bahasa ini meliputi wilayah yang luas: dari Madagaskar di Afrika sampai
ke Melanesia dan Polinesia di Samudera Pasifik, lalu dan Taiwan sampai ke
Indonesia. Penggunaan bahasa Melayu Austronesia di wilayah yang luas itu erat
kaitannya dengan persebaran penduduk yang menggunakan bahasa tersebut.
Para pakar sejarah berpendapat bahwa bahasa Melayu Austronesia berasal dari
Taiwan. Sekitar 5000 SM, masyarakat di Taiwan menggunakan bahasa yang disebut
Proto Austronesia (Austronesia kuno). Masyarakat di tempat itu telah
mengenal cocok tanam dan beternak. Masyarakat itu kemudian menyebar ke sebelah
selatan Cina, Vietnam, Semenanjung Malaya, lalu ke Indonesia. Ada juga yang
mengarungi laut menuju Filipina terus ke arah kepulauan di Indonesia dan
Samudera Pasifik.
2. Masyarakat
Tani di Yunan
Peralihan dan kebudayaan berburu dan mengumpulkan makanan pada kebudayaan
bercocok tanam merupakan perubahan amat besar. Perubahan itu tidak mungkin
dilakukan oleh penduduk asli Indon esia yang sudah terbiasa dengan kehidupan
berburu dan mengumpulkan makanan. Para pakar sejarah menyimpulkan bahwa
kebudayaan bercocok tanam diperkenalkan oleh masyarakat pendatang. Mereka
ini sudah terbiasa dengan bercocok tanam dan beternak di tempat asalnya.
Kebiasaan itu mereka terapkan di tempat baru di Indonesia. Pendatang inilah
yang menjadi nenek moyang bangsa Indonesia.
Nenek moyang bangsa Indonesia ternyata berasal dan luar Indonesia, yaitu dan
daerah Yunan, di sebelah selatan Cina (sekarang RRC). Kesimpulan tersebut
dibuktikan oleh kesamaan artefak prasejarah yang ditemukan di wilayah itu
dengan artefak prasejarah di Indonesia. Dari artefak yang ditemukan di Yunan,
tampak bahwa sekitar 3000 SM, masyarakat di wilayah itu telah mengenal cocok
tanam.
Kemudian, masyarakat Yunan melakukan migrasi ke daerah sekitar Teluk Tonkin,
sebelah utara Vietnam. Di tempat itu mereka mengembangkan kebudayaan bercocok
tanam. Dari tempat itu, mereka melakukan migrasi ke Kepulauan Indonesia.
Migrasi dilakukan secara bergelombang. Gelombang yang satu dengan yang berikut
bejarak waktu lebih dan 1000 tahun.
B. KEDATANGAN
NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA
Menurut pakar sejarah, setelah kepunahan manusia jenis Meganthropus,
Pithecantropus, dan Homo, Kepulauan Indonesia dihuni oleh manusia dan ras
Austromelanosoid. Belum dapat dipastikan apakah mereka penduduk asli atau
pendatang. Berdasarkan keserupaan artefak mesolithikum yang digunakan dengan
artefak di Bacson-Hoabinh, dapat diperkirakan bahwa mereka berasal dan Teluk
Tonldn. (Bacson Hoabinh terletak di Teluk Tonkin).
1. Kedatangan
Proto-Melayu
Sekitar 2000 SM, penduduk dan ras Melayu Austronesia dan Teluk Tonkin
bermigrasi ke Kepulauan Indonesia. Mereka biasa disebut Proto melayu atau
Melayu Tua. Kedatangan mereka itu mendesak penduduk dan ras Austromelaneoid ke
pedalaman, bahkan ke Indonesia bagian timur. Penduduk ras itu menjadi nenek
moyang menduduk Papua sekarang.
Memasuki
Kepulauan Indonesia, Proto-Melayu menempuh dua jalur, sesuai dengan jenis
kebudayaan yang dibawa.
a. Jalur
pertama menyebar ke Sulawesi, Maluku, dan Papua. Masyarakat Proto Melayu yang
menempuh jalur ini membawa kebudayaan Neolithikum berupa kapak lonjong. Itulah
sebabnya, di bagian timur Indonesia banyak ditem ukan artefak Neohithikum
berupa kapak lonjong. Keturunan Proto-Melayu yang menempuh jalur ini antara
lain masyarakat Toraja.
b. Jalur kedua
menyebar ke Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Masyarakat
Proto-Melayu yang menempuh jalur ini membawa kebudayaan Neolithikum berupa
beliung persegi. Itulah sebabnya, di bagian barat Indonesia banyak ditemukan
artefak
c. Neolithikum
berupa beliung persegi. Keturunan Proto-Melayu yang menempuh jalur ini antara
lain masyarakat Nias, Batak, Dayak, dan Sasak.
2. Kedatangan
Deutero-Melayu
Sekitar 500 SM, datang lagi gelombang migrasi penduduk dan ras Melayu
Austronesia dan Teluk Tonkin ke Kepulauan Indonesia. Mereka biasa disebut
Deutero-Melayu atau Melayu Muda. Kedatangan mereka mendesak penduduk keturunan
Proto-Melayu yang telah lebih dahulu menetap. Memasuki Kepulauan Indonesia,
masyarakat Deuto-Melayu menyebar ke sepanjang pesisir. Ada juga di antara mereka
yang masuk ke pedalaman. Keturunan Deutero-Melayu antara lain masyarakat
Minang, Jawa, dan Bugis.
Masyarakat
Deutero-Melayu membawa kebudayaan perunggu, yang dikenal dengan sebutan
Kebudayaan Dong Son. Donon son adalah tempat di Teluk Tonkin tempat asal
kebudayaan perunggu di Asia Tenggara. Artefak perunggu yang ditemukan di
Indonesia serupa dengan artefak perunggu dan Dong Son.
Bangsa Indonesia
termasuk ras Mongoloid terutama Malayan Mongoloid. Ras Mongoloid mempunyai 3
subras yaitu:
1. Asiatik
Mongoloid (Cina,Jepang,Korea)
2. Malayan
Mongoloid (Melayu)
3. American
Mongoloid (Suku Indian)
Sebelum bangsa
Melayu Austronesia masuk ke Indonesia, wilayah Indonesia sudah ada suku Weddid
dan Negrito. Kedua suku tersebut berasal dari daerah Tonkin.
Dari Tonkin
kemudian menyebar ke Hindia Belanda, Indonesia, hingga pulau-pulau di Samudera
Pasifik.
Suku Bangsa
Melayu yang terdapat di Indonesia dalam proses menetapnya dibedakan menjadi dua
yaitu
1. Bangsa Melayu
Tua (Proto Melayu)
2. Bangsa Melayu
Muda (Deutro
Melayu)
Bangsa Melayu
Tua (Proto Melayu)
Bangsa Melayu
Tua (Proto Melayu) adalah rumpun bangsa Austronesia yang datang kali pertama di
Indonesia sekitar 2000 tahun SM.
Kedatangan bangsa Austronesia dari daratan
Yunan menuju Indonesia menempuh dua jalur berikut:
1. Jalur Utara
dan Timur
2. Jalur Barat
dan Selatan
1. Jalur Utara
dan Timur
- Melalui Teluk
Tonkin menuju Taiwan (Formosa), Filipina, Sulawesi, dan Maluku dengan membawa
kebudayaan kapak lonjong.
- Persebaran
periode Proto Melayu ini membawa kebudayaan batu baru/Neolithikum.
2. Jalur Barat
dan Selatan
- Melalui
Semenanjung Malaka, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara
dengan membawa kebudayaan kapak persegi.
- Persebaran
periode Deutro Melayu ini mebawa kebudayaan logam.
Bangsa Melayu
Muda (Deutro Melayu)
Bangsa Melayu
Muda (Deutro Melayu) adalah rumpun bangsa Austronesia yang datang di Indonesia
pada gelombang kedua terjadi pada sekitar 500 tahun SM. Bangsa Melayu Muda
datang ke Indonesia melalui jalur barat, yakni berangkat dari Yunan, Teluk
Tonkin, Vietnam, Thailand, Semenanjung Malaka, dan kemudian menyeberangi Selat
Malaka hingga sampai di Kepulauan Indonesia.
Penyebaran
manusia purba di Indonesia tidak berlangsung dalam satu tahap. Berdasarkan
bukti-bukti sejarah yang ditemukan, kedatangan manusia purba di indonesia
berlangsung tiga tahap yaitu zaman mesolithikum, zaman neolithikum, dan zaman
perundagian.
Zaman
mesolithikum
Terjadi
gelombang masuk manusia purba melonosoid dan daerah teluk tonkin, vietnam,
melalui jalur fhilipina, malaysia dan indonesia. Sisa keturunan bangsa
melonosoid yang masih ditemukan, antara lain orang sakai di siak, orang aeta di
filipina, orang semang di malaysia, dan orang papua melonosoid di indonesia
Zaman
neolithikum (200 SM)
Terjadi
perpindahan manusia purba dari rumpun bangsa melayu tua (proto melayu) dari
daerah yunan, china, melalui jalur semenanjung malaya, indonesia, filipina, dan
formosa. Kebudayaan neolithikum, khususnya jenis kebudayaan kapak persegi dan
kapak lonjong.
Zaman
perundagian
Terjadi
perpindahan manusia purba dari rumpun bangsa melayu muda ( deutero melayu )
dari daerah teluk tonkin, vietnam ke daerah daerah di sebelah selatan vietnam,
termasuk indonesia.
Bangsa ini
merupakan pendukung kebudayaan perunggu, terutama kapak corong nekara , moko,
bejana perunggu, dan arca perunggu. Kebudayaannya sering disebut kebudayaan Don
son karena berasal dari donson teluk tonkin)