Sejarah Peradaban Kuno Lembah Sungai Nil - Mesir adalah salah satu negara yang berada di
Afrika Utara. Negara Mesir berbatasan dengan Laut Tengah di sebelah utara, di
sebelah timur dengan Laut Merah, di sebelah baratnya terdapat negara Libya, dan
di sebelah selatan berbatasan dengan negara Sudan. Mesir menjadi terkenal dalam
sejarah karena kehadiran Sungai Nil. Di Sungai Nil ini terdapat peradaban yang
maju, yakni peradaban kuno lembah Sungai Nil.
Peradaban Kuno Lembah Sungai Nil |
Peradaban kuno lembah Sungai
Nil merupakan salah satu peradaban yang maju di dunia. Peradaban kuno lembah
Sungai Nil ini juga disebut dengan hadiah Sungai Nil yang disebutkan oleh
Herodotus. Dari ungkapan tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa Mesir merupakan daerah yang tandus, seperti
daerah-daerah Timur Tengah lainya. Antara bulan Juli hingga November, air
Sungai Nil selalu meluap dengan permukaan yang tinggi. Bekas banjir ini
meninggalkan tanah lumpur yang sangat subur untuk di tanami. Selain
mempengaruhi kehidupan sosialnya, Sungai Nil juga mempengaruhi hasil kebudayaan
yang luar biasa. Hasil kebudayaannya dari peradaban kuno lembah Sungai Nil ini
dapat dinikmati hingga saat ini.
Mesir merupakan sebuah peradaban
yang mampu berkembang dikarenakan lingkungan alam yang berada di hilir Sungai
Nil dan kemampuan yang dimiliki oleh bangsa Mesir sehingga peradaban Mesir
mampu memunculkan kreasi budaya yang abadi. Lingkungan alam di Mesir memberikan
pengertian yang mendasar tentang kondisi peradaban dan kebudayaan yang
berkembang pada masa itu.
A. Sejarah
dan Letak Geografis Peradaban Kuno Lembah Sungai Nil
Mesir terletak di bagian
utara benua Afrika. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Tengah, sebelah timur
dengan Laut Merah, sebelah baratnya terdapat negara Libya, dan sebelah selatan
berbatasan dengan negara Sudan. Mesir menjadi terkenal dalam sejarah karena
kehadiran Sungai Nil. Bahkan menurut sejarawan Yunani, Herodutus, peradaban Nil
adalah suatu hadiah dari Sungai Nil (Daljoeni, 1982: 56). Artinya, secara
geografis Mesir sepenuhnya terlukis dalam sejarah karena jasa Sungai Nil.
Herodutus menyebut Mesir sebagai hadiah dari Sungai Nil. Menurut Daldjoeni (dalam
, mengatakan secara asasi sifat lingkungan Mesir terdiri dari tiga bagian,
yakni lembah Nil atas yang sempit, bagian delta yang lebar, dan daerah gurun
dengan oase-oasenya yang mengapit Sungai Nil. Sungai Nil adalah sungai
terpanjang di dunia yang mencapai 6400 km. Ada empat negara yang dilewati
Sungai Nil yaitu Uganda, Sudan, Ethiopia dan Mesir.
Peta negara Mesir |
Sungai Nil sumber mata
airnya jauh di dataran tinggi (pegunungan) Kilimanjaro di Afrika Timur. Aliran airnya mengalir ke utara
secara periodik setahun sekali mendatangkan banjir. Banjir itulah yang mengubah
padang-padang pasir menjadi lembah-lembah yang subur yang mencapai antara 15-50
km dari tepi sungai. Kondisi ini hampir sama dengan kondisi Lembah Mesopotamia
sepanjang aliran Sungai Eufrat dan Tigris. Oleh sebab itu, kemungkinan migrasi
komunitas antar wilayah Nil dan Mesopotamia sangat sering terjadi mengingat keadaan
alam dengan tantangan yang sama memudahkan aktivitas kehidupan pada bidang
pertanian.
B. Kehidupan
Sosial Peradaban Kuno Lembah Sungai Nil
Di sepanjang hilir bawah
sungai nil terdapat tanah datar subur yang sempit, berkat adanya banjir tahunan
dari sungai tersebut, luapan banjir
setiap tahun menggenangi daerah kiri
kanan sungai sehingga menjadi lembah yang subur selebar antara 15 sampai 50
kilometer. Sudah sejak zamann prasejarah di situ hidup suatu bangsa yang
matapencahariannya bertani dan beternak dengan bentuk pemerintahan dan adat
keagamaan yang kesemuannya itu diatur oleh suatu kasta kaum pemimpin agama (
Daldjoeni, 1982:53 ).
Keadaan geografis mesir
banyak dipengaruhi oleh peradaban lembah sungai nil, keadaan geografis juga
mempengaruhi cara berfikir masyarakat sekitar lembah sungai nil. Seiring dengan
majunya kehidupan keagamaan, kekuasaan kaum pemimpin agama juga semakin
meningkat baik secara rohani maupun materil. Para pemimpin agama tidak hanya
menggulati bidang kebatinan saja, akan tetapi juga mencakup ilmu pengetahuan
seperti ilmu falak dalam arti astronomi
maupun astrologi. Berkembangnya ilmu pengetahuan ini didorong oleh kebutuhan
hidup masyarakat sekitar lembah sungai nil.
Lembah sungai nil yang
sangat subur dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk bertani sebagai pemenuhan kebutuhan hidup. Aliran air
sungai nil dimanfaatkan untuk irigasi dengan cara membangun saluran air.
Saluran air ini dialirkan ke ladang milik penduduk sekitar. Untuk menghindari adanya kecurangan dan
kesalah pahaman pada system irigasi ini, maka dibentuklah organisasi pengairan
yang diketuai oleh para tuan tanah, para tuan tanah inilah yang nanti akan
mengatur irigasi air ke lading-ladang penduduk. Hasil pertanian mesir ini
adalah gandum, bawang merah, zaitun, jelai ( padi-padian dan juga biji yang
buahnya keras seperti jagung.
Hasil dari pertanian
masyarakat mesir tidak hanya untuk dikonsumsi sendiri, akan tetapi mereka juga
menjual hasil pertaniannya dan juga hasil kerajinan tangan penduduk mesir.
Untuk menjual hasil pertanian dan kerajinan tangan bangsa mesir menjalin
hubungan dagang dengan orang funisia,
dalam hal ini sungai nil mempunyai peran sebagai sarana transportasi
perdagangan, banyak sekali perahu-perahu yang melintasi kawasan sungai nil.
Mesir terkenal sebagai
kawasan yang sangat subur karena aliran dari sungai nil, selain itu mesir juga
dikenal sebagai kawasan yang berpusat pada agama, karena itu kedudukan pendeta di sini sangatlag penting. Dalam
system kemasyarakatan mesir, pendeta
termasuk golongan dibawah raja yaitu golongan pemerintah, dibawah golongan pemerintah adalah golongan pertengahan seperti petani,
pedagang, seniman, dan juga tabib.
C. Kebudayaan Peradaban Kuno Lembah Sungai Nil
Sebelum tahun 6000SM Afrika merupakan sebuah benua dengan
curah hujan yang cukup tinggi sehingga mayoritas wilayah di Afrika yang saat
ini begitu kering (hingga menjadi gurun) dahulu pernah menjadi tempat yang
subur. Barulah pada 4000SM iklim mulai berubah secara drastis dan mempengaruhi
curah hujan yang turun di Afrika. Untuk mengatasi kesulitan air karena
menurunnya curah hujan maka banyak suku yang bermigrasi ke bagian tepi timur
Sungai Nil.
Selain dari bangunan-bangunan bersejarah yang menandakan
besarnya peradaban di sepanjang aliran Sungai Nil seperti piramid, sphinx, dan
obelisk juga terdapat jejak berupa kota-kota kuno seperti Kairo, Iskandaria,
Abusir, dan kota-kota lain yang berada di sepanjang lembah Sungai Nil.
Sekalipun setiap tahunnya terjadi banjir di sepanjang daerah aliran sungai
namun penduduk di sekitar tetap kembali untuk menempati daerah mereka semula
yang terkena dampak banjir. Banjir tahunan ini justru membawa kesuburan bagi
daerah aliran sungai dan menjamin hasil panen yang melimpah setiap tahun karena
banjir membawa kandungan humus yang tinggi. Hasil pertanian Mesir berupa
gandum, sekoi atau jamawut dan jelai yang merupakan padi-padian yang biji atau
buahnya keras seperti jagung. Untuk memenuhi kebutuhan hidup yang tidak dapat
mereka sediakan dan untuk kepentingan menjual barang komoditi pertaniannya maka
dijalinlah hubungan dengan Funisia, Mesopotamia dan Yunani di kawasan Laut
Tengah.
Peranan sungai Nil
adalah sebagai sarana transportasi perdagangan. Banyak perahu-perahu dagang
yang melintasi sungai Nil. Kebudayaan dan peradaban yang tinggi muncul secara
bertahap seiring dengan tingkat kesejahteraan yang membaik di wilayah aliran
Sungai Nil. Hal tersebut dapat dideteksi dengan perubahan bentuk alat yang
semakin halus. Selain peran vitalnya sebagai penyedia air bagi pertanian,
Sungai Nil juga dimanfaatkan sebagai jalur transportasi air. “Aliran Sungai Nil
yang membentuk pusat peradaban Mesir Kuno dimulai dari tanah tinggi Afrika
Timur (Kini: Etiopia, Uganda, Kenya) mengalir ke utara melewati sepanjang apa
yang kini disebut Sudan dan Mesir yang panjangnya lebih dari 5000 km” (Astawa
dan Keren, 2011: 28). Karena Sungai Nil memulai aliran dari ketinggian 2500m di
atas permukaan laut maka banyak ditemukan air terjun curam di sungai ini.
Pada awalnya perkembangan kota di tepi Sungai Nil terbagi
atas dua bagian, yaitu bagian Mesir Bawah yang merupakan hilir sungai yang
terletak di utara dan dekat dengan laut tengah. Bagian kedua adalah Mesit Atas
yang terletak I selatan dan lebih dekat dengan hulu sungai. Salah satu kota
pertama yang ada di Mesir adalah Hierakopolis, terletak di tepi barat Sungai
Nil antara Luxor dan Aswan dan sudah mengembangkan sebuah bentuk kebudayaan
sebelum masa kekuasaan firaun. Wujud dari kebudayaan awal masyarakat
Hierakonpolis berupa simbol-simbol atau tulisan yang di gambarkan diatas daun
papirus yang dikeringkan. Simbol-simbol atau tulisan tersebut dinamakan heiroglif yang dalam bahasa Yunani
beraarti ukiran sakral. Menurut Astawa dan Keren (2011: 30) menyatakan bahwa
huruf-huruf heiroglif tersebut sudah
dapat dibaca sejak tahun 1822 oleh Champollion yang menterjemahkan Batu
Rosetta.
Secara garis besar kebudayaan Mesir antara lain:
1. Tulisan
Bentuk
tulisan tertua dalam bentuk gambar disebut hieroglyph, kemudian berkembang
menjadi hieratis dan demotis. Bentuk hieratis dipakai kelas pendeta, sedangan
demotis yang lebih sederhana dipakai oleh rakyat. Mereka menulis pada batu-batu
dan pada papyrus dengan pena yang terbuat dari jerami serta sudah memakai tinta
(Noor,2014:25). Selain
itu, peninggalan berupa tulisan atau alphabet literature tertua tercantum pada
teks-teks piramida yang disebut dengan teks tertua tentang pemikiran manusia.
Teks yang berkenaan tentang agama dapat dijumpai pada dinding-dinding makam
raja ke-5 dan ke-6 yang berisi tentang mantra-mantra magis, mitos nyanyian
religious.
2. Penanggalan
Bangsa
Mesir Kuno telah mengenal tahun Syamsiah atau berdasarkan peredaran Matahari.
Mereka membagi satu tahun dalam 12 bulan. Setiap satu bulan mempunyai 30 hari.
Mereka juga mengenal tahun kabisat. Pengenalan-pengenalan ini dimulai sekitar
tahun 2776.
1. Bangunan.
a) Piramida,
yaitu makam raja-raja yang terbuat dari bahan batu, yang berbentuk piramida.
Piramida-piramida merupakan manifestasi keyakinan mereka. Karya-karya seni yang
mengakar dari symbol-simbol agama, tulisan-tulisan dalam dekorasi makam-makam
bernuansakan religious , kuil-kuil dijadikan sentral ilmu pengetahuan,
kemakmuran dan energy dimanfaatkan untuk melenggengkan jasad setelah mati. Bagi
rakyat jelata yang tidak dapat mengabdikan jasadnya dengan mumi , orientasi
mereka diabdikan bukan untuk politik , tetapi untuk keagamaan (Trever,
1963:50).
b) Spinx,
yaitu sejenis patung yang berbentuk kepala manusia berbadan singa.
c) Kuil-kuil,
kuil menunjukkan misteri bangsa Mesir. Kuil terbesar yakni Karnak yang dibangun
dengan batu besar dengan pintu-pintu dan jendela terbuka dan atap yang
menghadap ke langit. Terdiri dari tiang-tiang besar , di dalamnya terdapat
ruangan besar.
d) Kepercayaan MasyarakatMesir kuno percaya
bahwa roh orang yang telah meninggal akan hidup terus jika jasmaniah tidak akan
rusak. Oleh karena itu mereka mengawetkan mayat dengan ragi-ragi tertentu.
Mayat yang diawetkan disebut mummi. Perhatian mereka tentang keabadian jasad
dipengaruhi oleh Osiris , orang pertama diabadikan jasadnya dengan mummi.
Bangsa
Mesir Kuno memuja banyak dewa (polytheisme) berikut
ini adalah dewa yang dipercayai oleh bangsa mesir:
1) Dewa
Matahari dipercaya masyarakat Mesir Hilir (utara) yang disebut Ra. Di selatan
Amon kemudian diunifikasi menjadi Amon-Ra.
2) Dewa
peradilan di alam baka yaitu Osiris.
3) Dewa
sungai Nil yaitu Dewi Horus (Istri Osiris).
4) Penguasa
kejahatan atau kegelapan yaitu Seth (Noor,2014:26)
DAFTAR RUJUKAN
Daljoeni,
N. 1982. Geografi Kesejarahan I:
Peradaban Dunia. Bandung: Alumni.
Astawa, P.N. & Keren, N. 2011. Sekilas
Sejarah Dunia. Bali: Buku Arti.
Noor,
Yusliani. 2014. Sejarah Timur Tengah (Asia Barat Daya). Yogyakarta:Ombak.
Trever,
Albert. 1963. History of Ancient Civilization. USA :Bracc Company.
http://www.academia.edu/3245789/MESOPOTAMIA_DAN_MESIR_KUNO_Awal_Peradaban_Dunia.
(online yang diakses pada tanggal 14 November 2015).