Sejarah Piramida Giza dan Sphinx Mesir - Arsitektur
merupakan ilmu yang sudah ada sejak zaman dahulu. Walaupun dengan teknologi
yang sangat begitu minim, namun orang-orang pada zaman itu dapat menghasilkan
suatu bangunan yang memiliki nilai arsitektur yang sangat tinggi. Mereka
menggunakan perasaan dan ilmu yang sangat terbatas namun mereka sudah
memikirkan terhadap kebutuhan hidupnya.
Sejarah Piramida Giza dan Sphinx Mesir |
Arsitektur
mesir adalah salah satu arsitektur kuno yang sangat terlihat hasilnya sampai
dengan sekarang. Bangunan-bangunan yang terbangun pada masa itu masih berdiri
tegak dan dapat dinikmati oleh orang-orang masa kini. Bangunan etnik yang
sangat mencirikan kehidupan pada saat itu, menjadikan daya tarik bagi setiap
orang untuk mengkaji terhadap arsitektur mesir ini. Bagaimana kehidupan
penduduk pada masa itu sehingga bisa membuat catatan sejarah dunia.
Piramida
Mesir adalah sebutan untuk piramida yang terletak di Mesir yang
dikenal sebagai "negeri piramida" sekalipun ditemukan situs piramida
dalam jumlah besar di Semenanjung Yucatan yang merupakan pusat
peradaban Maya. Di Mesir umumnya piramida digunakan sebagai makam
raja-raja Mesir Kuno yang dikenal dengan nama firaun. Namun,
berabad abad lalu piramida sering digunakan sebagai sasaran penjarahan dan
perampok makam karena para raja-raja membawa harta kekayaannya dan segala
macam artefak guna di alam baka, sekalipun diberi perlindungan dengan
semacam kutukan-kutukan untuk mencegahnya. Sehingga pada masa raja-raja mesir
kuno berikutnya, makam raja-raja dan para bangsawan ditempatkan pada lembah
yang tersembunyi seperti halnya makam Raja Tutankhamun yang ditemukan
secara utuh dan lengkap.
Piramida Giza |
A. Sejarah Piramida Mesir
Republik
Arab Mesir atau Mesir yaitu sebuah negara yang sebagian besar
wilayahnya terletak di Afrika bagian timur laut. Dengan luas wilayah
sekitar 997.739 km². Mayoritas penduduk Mesir menetap di pinggir Sungai
Nil (sekitar 40.000 km²). Sebagian besar daratan merupakan bagian
dari gurun Sahara yang jarang dihuni.
Mesir
terkenal dengan peradaban kuno dan beberapa monumen kuno termegah di
dunia, misalnya Piramid Giza, Kuil Karnak dan Lembah Raja serta Kuil
Ramses. Di Luxor, sebuah kota di wilayah selatan, terdapat kira-kira
artefak kuno yang mencakup sekitar 65% artefak kuno di seluruh dunia. Kini,
Mesir diakui secara luas sebagai pusat budaya dan politikal utama di wilayah
Arab dan Timur Tengah.
Akibat
kelangkaan kayu, kedua bahan bangunan yang dominan digunakan di
Mesir kuno adalah dipanggang matahari-bata lumpur dan batu, terutama
batu kapur, tetapi juga batu pasir dan granit dalam jumlah yang cukup besar.
Dari Kerajaan Lama seterusnya, batu biasanya disediakan untuk makam-makamdan kuil-kuil, sedangkan
batu bata yang digunakan bahkan untuk istana raja, benteng, dinding candi Bait
dan Putoz, dan untuk anak perusahaan bangunan di kompleks candi.
Rumah-rumah
mesir yang terbuat dari lumpur yang dikumpulkan dari sungai Nil, saat itu ditempatkan
dalam cetakan dan dibiarkan kering di bawah terik matahari untuk mengeras untuk
digunakan dalam konstruksi. Peningkatan dari pemakaian bata/lumpur yang
dikeringkan dibawah terik matahari menjadi konstruksi batu yang lebih baik
kualitasnya dan perlu teknik yang lebih tinggi dalam pengerjaannya. Dalam waktu
± 200 tahun saja, ahli bangunan Mesir telah begitu menguasai bahan bangunan
baru tersebut, dan dapat menyelesaikan pyramid di Gizeh.
Banyak
kota-kota Mesir telah menghilang karena mereka terletak di dekat kawasan
budidaya Lembah Sungai Nil dan sungai banjir sebagai tempat tidur perlahan
berdiri selama ribuan tahun, atau batu bata lumpur yang dibangun mereka
digunakan oleh petani sebagai pupuk. Yang lain tidak dapat diakses, bangunan
baru telah didirikan pada yang kuno. Untungnya, yang kering dan panas iklim
dari Mesir diawetkan beberapa struktur bata lumpur. Contoh mencakup desa Deir
al-Madinah, kota Kerajaan Tengah di Kahun, dan benteng-benteng di Buhen dan
Mirgissa. Selain itu, banyak kuil dan makam bertahan karena mereka dibangun di
atas tanah yang tinggi tidak terpengaruh oleh banjir Sungai Nil dan dibangun
dari batu.
Jadi,
pemahaman tentang arsitektur Mesir kuno didasarkan terutama pada
monumen-monumen keagamaan, besar-besaran struktur dicirikan oleh tebal, dinding
miring dengan sedikit bukaan, mungkin bergema metode konstruksi yang digunakan
untuk memperoleh stabilitas di dinding lumpur. Dengan cara yang sama, yang
bertakuk dan hiasan permukaan datar model dari bangunan batu mungkin berasal
dari hiasan dinding lumpur. Meskipun penggunaan lengkungan dikembangkan
selama dinasti keempat, semua bangunan monumental dan palang
pasca konstruksi, dengan atap datar terbuat dari batu besar blok didukung
oleh dinding eksternal dan kolom berdekatan.
Dinding
eksterior dan interior, serta kolom dan dermaga, ditutupi
dengan hieroglif dan gambar-gambar lukisan-lukisan dinding dan ukiran
yang dicat warna-warna yang cemerlang. Banyak Mesir motif ornamen yang simbolis, seperti scarab, kumbang
atau suci, maka solar disk , dan burung nasar. motif umum
lainnya termasuk palem daun, papirus tanaman, dan kuncup
dan bunga-bunga teratai. hieroglif yang ditulis untuk tujuan
dekoratif dan juga untuk merekam peristiwa bersejarah atau mantra.
Kuil-kuil
Mesir Kuno astronomis selaras dengan kejadian-kejadian penting, seperti solstices danequinoxes, memerlukan
pengukuran yang tepat pada saat acara tertentu. Pengukuran di kuil yang paling
signifikan mungkin telah seremonial yang dilakukan oleh Firaun sendiri.
Seni tidak ketinggalan dari Arsitektur, pengrajin Mesir menunjukkan rasa
keindahan dengan simetri, menyentuh benda yang banyak digunakan sehari-hari
seperti tempayan batu atau tanah liat, serta alat-alat rumah tangga yang lain.
Pematung memahat gambar para Dewa serta Raja dari batu dalam skala ukuran yang
sangat besar, serta membuat patung dari bahan batu, kayu atau tembaga dengan
ukuran yang sesungguhnya.
Giza
Necropolis berdiri di Giza Plateau, di pinggiran Kairo, Mesir. Hal
ini kompleks monumen kuno adalah yang terletak sekitar 8 kilometer (5 mil)
pedalaman ke padang gurun dari kota tua Giza di Nil, sekitar 20
kilometer (12 mi) barat daya pusat kota chihuahua. Ini mesir kuno pekuburan terdiri
dari Piramida Khufu(juga dikenal sebagai Piramida Besar dan Piramida
Cheops), yang agak lebih kecil Piramida Khafre (atau Kephren),
dan berukuran relatif sederhana Piramida Menkaure (atau Mykerinus),
bersama dengan sejumlah bangunan-bangunan satelit yang lebih kecil, yang
dikenal sebagai "ratu" piramida, dan Sphinx.
Piramida,
yang dibangun pada Dinasti Keempat, memberi kesaksian kuasa agama dan negara
fir'aun. TheGreat Pyramid, yang mungkin selesai sekitar 2580 SM, adalah
yang tertua dan terbesar dari piramida, dan merupakan satu-satunya monumen yang
masih hidup dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno. piramida Khafre yang
diyakini telah selesai sekitar 2532 SM, pada akhir pemerintahan
Khafre. Tanggal konstruksi piramida Menkaure yang tidak diketahui, karena
pemerintahan Menkaure belum ditentukan secara akurat, tetapi itu mungkin
selesai sekitar tahun Abad ke-26 SM.
Dengan
beberapa bukaan, piramida telah kompleks labirin terowongan dan ruangan semua
tersembunyi oleh bongkahan batu besar. Namun demikian, keras kepala perampok
kubur mencuri dari piramida, sehingga memaksa orang Mesir kuno untuk
menghentikan pembangunan struktur besar tersebut dan membangun makam di Lembah
Para Raja sebagai gantinya. Dalam sebuah ngarai jauh dari kota Mesir kuno,
orang-orang Mesir mulai membangun makam tidak mencolok digali ke dalam tanah,
berpikir makam akan pergi tanpa diketahui oleh perampok kuburan.
B. Desain Piramida Cheops/ Khufu
Piramida
Khufu adalah piramida yang terbesar. Dibangun selama 23 tahun. Sejarawan Yunani
bernama Herodotus menyebut bahwa masa persiapan pembangunan adalah 10 tahun dan
pelaksanaan pembangunan adalah 20 tahun.
Adapun
design piramida ini adalah sebagai berikut:
Tinggi
awal 146,59 m. Saat ini mejadi 138,75 m yang menyusut akibat erosi.
Lebar
sisi tapak 230 m
Luas
tapak 53.065 m2
Sudut
51,8º
Gambar Dimensi Piramida Khufu |
Terbuat
atas susunan batu yang dipasang secara vertikal sebanyak 210 lapis. Jumlah batu
2.500.000 dengan ukuran rata-rata batu sekitar 1,27 x 1,27 x 0,71 m atau volume
1,145 m3. Jenis batu yang digunakan terbanyak adalah limestone lalu yang lain
adalah granit (untuk interior seperti King’s Chamber) dengan berat jenis batu
sekitar 2,6 – 2,9 ton/m3. Berat total piramida adalah sekitar 6,5 juta
ton sehingga tekanan tanah yang terjadi adalah sekitar 12 kg/cm2.
Gambar Susunan Batu Piramida Khufu |
C. Struktur Piramida Cheops/ Khufu
Pyramida
Khufu mulai dibangun pada 2480 SM. Dibutuhkan 6 juta ton batu untuk membangun
pyramida ini, terdiri atas 2,5 juta buah blok batu yang masing-masing beratnya
sekitar 2,5 ton. Pada setiap periode, 25.000 orang bekerja secara bersamaan.
Semua dikoordinasi dengan sangat rapi. Setiap orang punya tempat bekerjanya
masing-masing, tahu tujuan pekerjaannya. Setiap blok batu ditulisi nomor
identitas, sehingga jelas di posisi mana batu tersebut akan ditempatkan dalam
pyramida. Pekerja dibagi dalam beberapa kelompok, ada kelompok pemotong batu,
penulis identitas batu, dan penarik batu. Mereka bekerja selama 9 hari
berturut-turut, dan istirahat pada hari ke 10.
Tidak
lama bekerja sebagai pembawa air, Nakht dan Deba dipindahkan bekerja di lokasi
pembangunan pyramida. Pekerja di lokasi pyramida memiliki ‘gengsi’ lebih tinggi
dari pada pekerja di pertambangan batu, karena hanya pekerja terpilih yang
boleh masuk ke lokasi pembangunan pyramida. Yunu, pimpinan pekerja di pyramida
menilai Nakht dan Deba memiliki kecerdasan tinggi, sehingga dengan cepat diberi
tugas-tugas yang lebih penting.
Pada
pembangunan pyramida, tukang batu adalah tenaga kerja terpenting. Mereka
menghaluskan blok-blok batu yang baru dikirim dari pertambangan, memastikan
ukurannya benar-benar tepat. Di lokasi pembangunan pyramida, Nakht dan Deba
ditugaskan menempatkan blok-blok batu pada lokasi yang sudah ditentukan.
Batu-batu itu ditarik ke atas melalui jalan landai yang dibangun khusus di
samping pyramida. Pekerjaan menarik batu ini sangatlah berat. Sebuah blok batu
seberat 2,5 ton ditarik oleh 20 – 30 orang. Untuk menempatkannya pada posisi di
pyramida, digunakan katrol yang ditempatkan pada sebuah segitiga kayu besar.
Pada suatu ketika, karena ada pekerja yang kurang hati-hati, segitiga kayu ini
roboh. Deba yang berada di bawahnya tertimpa balok kayu yang besar dan berat.
Ia meninggal, 5 tahun setelah bekerja di pyramida.
Kematian
Deba membuat Nakht sangat berduka. Lima tahun bekerja di pyramida yang pada
hakekatnya adalah sebuah makam, ia tak pernah berpikir tentang kematian.
Kematian Deba mengingatkan Nakht bahwa semua kerja keras luar biasa itu
dilakukan demi satu orang, yaitu Raja. Seluruh rakyat berhutang budi pada Raja,
maka memberikan pengorbanan bagi raja adalah suatu kehormatan.
Temuan
profesor Bryn ternyata cukup sederhana. Dia percaya bahwa arsitek Mesir kuno
sudah menemukan struktur tata letak bangunan (grid) seperti jaman sekarang,
yaitu dengan memisahkan antara sistem pengukur struktur dengan bangunan
fisiknya sendiri. Bryn telah memelajari tiga puluh rencana pembangunan Piramida
Mesir dan menemukan sebuah sistem presisi yang memungkinkan orang Mesir
membangun titik puncak piramida yang terakhir, tertinggi, dan dengan presisi yang
akurat. Sepanjang si arsitek tahu dimensi utama piramida, dia dapat memproyeksi
bangunan seperti pada bangunan modern, tetapi dengan metode pembangunan dan
pengukuran ala Mesir kuno tentunya.
Dalam
sebuah artikel ilmiah terbitan Mei 2010 dalam "Nordic Journal of
Architectural Research", Bryn membahas aspek yang dapat menjelaskan
pembangunan banyak piramida Mesir dengan mengambil grid bangunan, bukan
bangunan fisik itu sendiri sebagai titik awal analisis.
Jika prinsip-prinsip di balik gambar-gambar analisis Bryn benar, para arkeolog akan memiliki "peta" baru yang menunjukkan bahwa piramida bukan sekadar "sekelompok batu berat dengan struktur tak diketahui", melainkan struktur yang sangat cermat dan tepat.
Jika prinsip-prinsip di balik gambar-gambar analisis Bryn benar, para arkeolog akan memiliki "peta" baru yang menunjukkan bahwa piramida bukan sekadar "sekelompok batu berat dengan struktur tak diketahui", melainkan struktur yang sangat cermat dan tepat.
D. Proses Pembangunan Piramida Cheops/
Khufu
1. Misteri Pembangun Piramida
Sekretaris
jenderal dewan tertinggi tentang benda budaya Mesir yakni doktor Jasey Hawass
mengumumkan bahwa hasil temuan arkeologi terbaru menunjukkan, bahwasannya
Piramida itu dibuat oleh buruh. Hasil temuan ini menyangkal infrensi bahwa
Piramida dibuat oleh budak belian. Doktor Hawass mengumumkan temuan ini di
bawah kaki Piramida dekat Kairo. Doktor Hawass yang berusia 55 tahun dinobatkan
sebagai pakar paling berpengaruh dalam penelitian benda budaya kuno Mesir.
Ketika diwawancarai di lokasi penggalian arkeologi saat itu mengatakan bahwa,
setelah lebih dari 10 tahun melakukan penggalian dan penelitian, dapat ditarik
kesimpulan, bahwa Piramida itu dibangun oleh buruh bukan budak belian. Dan di
lokasi penggalian ini adalah makam pekerja yang meninggal dalam proses
pembangunan Piramida.
Hawass
menjelaskan bahwa, peneliti arkeologi menemukan sejumlah besar alat hitung,
alat ukur dan perkakas batu prosesing dalam barang-barang yang dikubur bersama
si mati. Ini menunjukkan bahwa orang-orang yang meninggal ini adalah pembuat
Piramida. Dan tidak mungkin mereka adalah budak belian, sebab budak yang mati
tidak akan dikebumikan. Selain itu, arkeolog juga menemukan perkakas operasi
dari logam primitif dan bekas pengobatan si mati yang mengalami patah tulang
dalam liang kubur. Ini menunjukkan bahwa simati mendapat perlakuan dan
perawatan medis yang baik jika budak belian tidak akan mendapat perlakuan
demikian.
Hawass
mengantar reporter melihat-lihat salah satu makam di antaranya. Ia menuturkan,
bahwa pintu masuk ke makam ini adalah sepotong granit, sama dengan batu raksasa
untuk pembangunan Piramida juga berasal dari daerah Aswan, selatan Mesir. Ini
menunjukkan bahwa status si pemilik makam berasal dari golongan terhormat. Dan
epigraf di atas pintu menunjukkan, bahwa pemilik makam adalah pejabat
administrasi tertinggi di daerah asministratif Piramida.
Personel
arkeologi menemukan sebuah peti mati dari batu dalam liang kubur, dan yang
menggembirakan adalah peti mati batuan ini tidak ada tanda mengalami pencurian
dan penggalian. Hawass bahkan mengatakan, bahwa daerah penghidupan para pekerja
berada di sekitar makam. Personel arkeologi menemukan bekas tempat tinggal
sekretaris jenderal di sana. Dan tempat tinggal pejabat ini dibangun pada 4.500
tahun lampau, adalah tempat tinggal sekretaris jenderal paling kuno yang
ditemukan di Mesir saat ini.
Selain
itu, personel peneliti juga menemukan mess kolektif dan bekas perlengkapan para
pekerja di dalam kawasan penghidupan tersebut. Dari perkiraan peninggalan-peningalan
ini, secara total terdapat lebih dari 20.000 pekerja yang turut dalam
pembangunan Piramida. Dan ini berarti bahwa kesimpulan sejarawan Yunani kuno
tentang pembangunan. Piramida yang dikerjakan oleh 10.000 tukang batu itu tidak
benar. Hawass menambahkan, bahwa pekerja–pekerja tersebut bekerja secara
bergantian di proyek ini, dengan masa kontrak kerja 3 bulan, dan sebagian besar
pekerja adalah petani, tukang batu yang miskin, biaya penghidupan mereka
ditanggung oleh keluarga yang berada kampungnya.
Piramida
terletak di sebelah selatan Kairo, adalah Piramida terbesar di Mesir, dan
dinobatkan sebagai salah satu dari 7 keajaiban dunia. Piramida ini dibangun
dari 2.3 juta batu raksasa, batu yang paling ringan adalah 2.5 ton, sedang yang
paling berat mencapai 40 ton. Siapakah yang membangun mega proyek yang demikian
hebat ini, hingga saat ini banyak versinya, namun sebagian besar sejarawan
mendukung pandangan tentang budak belian yang membangun Piramida.
2. Sejarah Pembangunan
Sejak
abad ke-6 SM, Mesir merupakan tempat pelarian kerajaan Poshi, yang kehilangan
kedudukannya setelah berdiri lebih dari 2.000 tahun, menerima kekuasaan yang
berasal dari luar yaitu kerajaan Yunani, Roma, kerajaan Islam serta kekuasaan
bangsa lain. Semasa itu sejumlah besar karya terkenal zaman Firaun dihancurkan,
aksara dan kepercayaan agama bangsa Mesir sendiri secara berangsur-angsur
digantikan oleh budaya lain, sehingga kebudayaan Mesir kuno menjadi surut dan
hancur, generasi belakangan juga kehilangan sejumlah besar peninggalan yang
dapat menguraikan petunjuk yang ditinggalkan oleh para pendahulu.
Tahun
450 SM, setelah seorang sejarawan Yunani berkeliling dan tiba di Mesir,
membubuhkan tulisan: Cheops, (aksara Yunani Khufu), konon katanya, hancur
setelah 50 tahun. Dalam batas tertentu sejarawan Yunani tersebut menggunakan
kalimat "konon katanya", maksudnya bahwa kebenarannya perlu
dibuktikan lagi. Namun, sejak itu pendapat sejarawan Yunani tersebut malah
menjadi kutipan generasi belakangan sebagai bukti penting bahwa piramida
didirikan pada dinasti kerajaan ke-4.
Selama
ini, para sejarawan menganggap bahwa piramida adalah makam raja. Dengan
demikian, begitu membicarakan piramida, yang terbayang dalam benak secara tanpa
disadari adalah perhiasan dan barang-barang yang gemerlap. Dan, pada tahun 820
M, ketika gubernur jenderal Islam Kairo yaitu Khalifah Al-Ma'mun memimpin
pasukan, pertama kali menggali jalan rahasia dan masuk ke piramida, dan ketika
dengan tidak sabar masuk ke ruangan, pemandangan yang terlihat malah membuatnya
sangat kecewa. Bukan saja tidak ada satu pun benda yang biasanya dikubur
bersama mayat, seperti mutiara, maupun ukiran, bahkan sekeping serpihan pecah
belah pun tidak ada, yang ada hanya sebuah peti batu kosong yang tidak ada
penutupnya. Sedangkan tembok pun hanya bidang yang bersih kosong, juga tak ada
sedikit pun ukiran tulisan.
Kesimpulan
para sejarawan terhadap prestasi pertama kali memasuki piramida ini adalah
"mengalami perampokan benda-benda dalam makam". Namun, hasil
penyelidikan nyata menunjukkan, kemungkinan pencuri makam masuk ke piramida
melalui jalan lainnya adalah sangat kecil sekali. Di bawah kondisi biasa,
pencuri makam juga tidak mungkin dapat mencuri tanpa meninggalkan jejak sedikit
pun, dan lebih tidak mungkin lagi menghapus seluruh prasasti Firaun yang
dilukiskan di atas tembok. Dibanding dengan makam-makam lain yang umumnya
dipenuhi perhiasan-perhiasan dan harta karun yang berlimpah ruah, piramida
raksasa yang dibangun untuk memperingati keagungan raja Firaun menjadi sangat
berbeda.
Selain
itu, dalam catatan "Inventory Stela" yang disimpan di dalam museum
Kairo, pernah disinggung bahwa piramida telah ada sejak awal sebelum Khufu
meneruskan takhta kerajaan. Namun, oleh karena catatan pada batu prasasti
tersebut secara keras menantang pandangan tradisional, terdapat masalah antara
hasil penelitian para ahli dan cara penulisan pada buku, selanjutnya secara
keras mengecam nilai penelitiannya. Sebenarnya dalam keterbatasan catatan
sejarah yang bisa diperoleh, jika karena pandangan tertentu lalu
mengesampingkan sebagian bukti sejarah, tanpa disadari telah menghambat kita
secara obyektif dalam memandang kedudukan sejarah yang sebenarnya.
3. Teknik Pembangunan Piramid
Di
Mesir, terdapat begitu banyak piramida berbagai macam ukuran, standarnya bukan
saja jauh lebih kecil, strukturnya pun kasar. Di antaranya piramida yang
didirikan pada masa kerajaan ke-5 dan 6, banyak yang sudah rusak dan hancur,
menjadi timbunan puing, seperti misalnya piramida Raja Menkaure. Kemudian,
piramida besar yang dibangun pada masa yang lebih awal, dalam sebuah gempa bumi
dahsyat pada abad ke-13, di mana sebagian batu ditembok sebelah luar telah
hancur, namun karena bagian dalam ditunjang oleh tembok penyangga, sehingga
seluruh strukturnya tetap sangat kuat. Karenanya, ketika membangun piramida
raksasa, bukan hanya secara sederhana menyusun 3 juta batu menjadi bentuk
kerucut, jika terdapat kekurangan pada rancangan konstruksi yang khusus ini,
sebagian saja yang rusak, maka bisa mengakibatkan seluruhnya ambruk karena
beratnya beban yang ditopang.
Lagi
pula, bagaimanakah proyek bangunan piramida raksasa itu dikerjakan, tetap
merupakan topik yang membuat pusing para sarjana. Selain mempertimbangkan
sejumlah besar batu dan tenaga yang diperlukan, faktor terpenting adalah titik
puncak piramida harus berada di bidang dasar tepat di titik tengah 4 sudut
atas. Karena jika ke-4 sudutnya miring dan sedikit menyimpang, maka ketika
menutup titik puncak tidak mungkin menyatu di satu titik, berarti proyek
bangunan ini dinyatakan gagal. Karenanya, merupakan suatu poin yang amat
penting, bagaimanakah meletakkan sejumlah 2,3 juta -2,6 juta buah batu besar
yang setiap batunya berbobot 2,5 ton dari permukaan tanah hingga setinggi lebih
dari seratus meter di angkasa dan dipasang dari awal sampai akhir pada posisi
yang tepat.
Seperti
yang dikatakan oleh pengarang Graham Hancock dalam karangannya "Sidik Jari
Tuhan": Di tempat yang terhuyung-huyung ini, di satu sisi harus menjaga
keseimbangan tubuh, dan sisi lainnya harus memindahkan satu demi satu batu yang
paling tidak beratnya 2 kali lipat mobil kecil ke atas, diangkut ke tempat yang
tepat, dan mengarah tepat pada tempatnya, entah apa yang ada dalam pikiran
pekerja-pekerja pengangkut batu tersebut. Meskipun ilmu pengetahuan modern telah
memperkirakan berbagai macam cara dan tenaga yang memungkinkan untuk membangun,
namun jika dipertimbangkan lagi kondisi riilnya, akan kita temukan bahwa
orang-orang tersebut tentunya memiliki kemampuan atau kekuatan fisik yang
melebihi manusia biasa, baru bisa menyelesaikan proyek raksasa tersebut serta
memastikan keakuratan maupun ketepatan presisinya.
Terhadap
hal ini, Jean Francois Champollion yang mendapat sebutan sebagai "Bapak
Pengetahuan Mesir Kuno Modern" memperkirakan bahwa orang yang mendirikan
piramida berbeda dengan manusia sekarang, paling tidak dalam "pemikiran
mereka mempunyai tinggi tubuh 100 kaki yang tingginya sama seperti manusia
raksasa". Ia berpendapat, dilihat dari sisi pembuatan piramida, itu adalah
hasil karya manusia raksasa.
Senada
dengan itu, Master Li Hongzhi dalam ceramahnya pada keliling Amerika Utara
tahun 2002 juga pernah menyinggung kemungkinan itu. "Manusia tidak dapat
memahami bagaimana piramida dibuat. Batu yang begitu besar bagaimana manusia
mengangkutnya? Beberapa orang manusia raksasa yang tingginya lima meter
mengangkut sesuatu, itu dengan manusia sekarang memindahkan sebuah batu besar
adalah sama. Untuk membangun piramida itu, manusia setinggi lima meter sama
seperti kita sekarang membangun sebuah gedung besar." Piramida raksasa dan
sejumlah besar bangunan batu raksasa kuno yang ditemukan di berbagai penjuru
dunia telah mendatangkan keraguan yang sama kepada semua orang: tinggi besar
dan megah, terbentuk dengan menggunakan susunan batu yang sangat besar, bahkan
penyusunannya sangat sempurna. Seperti misalnya, di pinggiran kota utara Mexico
ada Kastil Sacsahuaman yang disusun dengan batu raksasa yang beratnya melebihi
100 ton lebih, di antaranya ada sebuah batu raksasa yang tingginya mencapai 28
kaki, diperkirakan beratnya mencapai 360 ton (setara dengan 500 buah mobil
keluarga). Dan di dataran barat daya Inggris terdapat formasi batu raksasa,
dikelilingi puluhan batu raksasa dan membentuk sebuah bundaran besar, di antara
beberapa batu tingginya mencapai 6 meter. Sebenarnya, sekelompok manusia yang
bagaimanakah mereka itu? Mengapa selalu menggunakan batu raksasa, dan tidak
menggunakan batu yang ukurannya dalam jangkauan kemampuan kita untuk membangun?
Sphinx,
singa bermuka manusia yang juga merupakan obyek penting dalam penelitian
ilmuwan, tingginya 20 meter, panjang keseluruhan 73 meter, dianggap didirikan
oleh kerjaan Firaun ke-4 yaitu Khafre. Namun, melalui bekas yang dimakan karat
(erosi) pada permukaan badan Sphinx, ilmuwan memperkirakan bahwa masa
pembuatannya mungkin lebih awal, paling tidak 10 ribu tahun silam sebelum
Masehi.
Seorang
sarjana John Washeth juga berpendapat: Bahwa Piramida raksasa dan tetangga
dekatnya yaitu Sphinx dengan bangunan masa kerajaan ke-4 lainnya sama sekali
berbeda, ia dibangun pada masa yang lebih purbakala dibanding masa kerajaan
ke-4. Dalam bukunya "Ular Angkasa", John Washeth mengemukakan:
perkembangan budaya Mesir mungkin bukan berasal dari daerah aliran sungai Nil,
melainkan berasal dari budaya yang lebih awal dan hebat yang lebih kuno ribuan
tahun dibanding Mesir kuno, warisan budaya yang diwariskan yang tidak diketahui
oleh kita. Ini, selain alasan secara teknologi bangunan yang diuraikan
sebelumnya, dan yang ditemukan di atas yaitu patung Sphinx sangat parah dimakan
karat juga telah membuktikan hal ini.
Ahli
ilmu pasti Swalle Rubich dalam "Ilmu Pengetahuan Kudus" menunjukkan:
pada tahun 11.000 SM, Mesir pasti telah mempunyai sebuah budaya yang hebat.
Pada saat itu Sphinx telah ada, sebab bagian badan singa bermuka manusia itu,
selain kepala, jelas sekali ada bekas erosi. Perkiraannya adalah pada sebuah
banjir dahsyat tahun 11.000 SM dan hujan lebat yang silih berganti lalu
mengakibatkan bekas erosi.
Perkiraan
erosi lainnya pada Sphinx adalah air hujan dan angin. Washeth mengesampingkan
dari kemungkinan air hujan, sebab selama 9.000 tahun di masa lalu dataran
tinggi Jazirah, air hujan selalu tidak mencukupi, dan harus melacak kembali
hingga tahun 10000 SM baru ada cuaca buruk yang demikian. Washeth juga
mengesampingkan kemungkinan tererosi oleh angin, karena bangunan batu kapur
lainnya pada masa kerajaan ke-4 malah tidak mengalami erosi yang sama. Tulisan
berbentuk gajah dan prasasti yang ditinggalkan masa kerajaan kuno tidak ada
sepotong batu pun yang mengalami erosi yang parah seperti yang terjadi pada
Sphinx.
Profesor
Universitas Boston, dan ahli dari segi batuan erosi Robert S. juga setuju
dengan pandangan Washeth sekaligus menujukkan: Bahwa erosi yang dialami Sphinx,
ada beberapa bagian yang kedalamannya mencapai 2 meter lebih, sehingga
berliku-liku jika dipandang dari sudut luar, bagaikan gelombang, jelas sekali
merupakan bekas setelah mengalami tiupan dan terpaan angin yang hebat selama
ribuan tahun.
Washeth
dan Robert S. juga menunjukkan: Teknologi bangsa Mesir kuno tidak mungkin dapat
mengukir skala yang sedemikian besar di atas sebuah batu raksasa, produk seni
yang tekniknya rumit. Jika diamati secara keseluruhan, kita bisa menyimpulkan
secara logis, bahwa pada masa purbakala, di atas tanah Mesir, pernah ada sebuah
budaya yang sangat maju, namun karena adanya pergeseran lempengan bumi, daratan
batu tenggelam di lautan, dan budaya yang sangat purba pada waktu itu akhirnya
disingkirkan, meninggalkan piramida dan Sphinx dengan menggunakan teknologi
bangunan yang sempurna.
Dalam
jangka waktu yang panjang di dasar lautan, piramida raksasa dan Sphinx
mengalami rendaman air dan pengikisan dalam waktu yang panjang, adalah penyebab
langsung yang mengakibatkan erosi yang parah terhadap Sphinx. Karena bahan
bangunan piramida raksasa Jazirah adalah hasil teknologi manusia yang tidak
diketahui orang sekarang, kemampuan erosi tahan airnya jauh melampaui batu
alam, sedangkan Sphinx terukir dengan keseluruhan batu alam, mungkin ini
penyebab yang nyata piramida raksasa dikikis oleh air laut yang tidak tampak
dari permukaan.
Keterangan
gambar: Sphinx yang bertetangga dekat dengan piramida raksasa kelihatannya
sangat kuno. Para ilmuwan memastikan bahwa dari badannya, saluran dan irigasi
yang seperti dikikis air, ia pernah mengalami sebagian cuaca yang lembab,
karenanya memperkirakan bahwa ia sangat berkemungkinan telah ada sebelum 10
ribu tahun silam. Melalui penelitian, dalam pembangunan piramida ini ditemukan
sistem presisi yang memungkinkan orang Mesir membangun titik puncak piramida
yang terakhir, tertinggi, dan dengan presisi yang akurat. Sepanjang si arsitek
tahu dimensi utama piramida, dia dapat memproyeksi bangunan seperti pada
bangunan modern, tetapi dengan metode pembangunan dan pengukuran ala Mesir kuno
. Piramida khufu memiliki kesejajaran dengan empat arah mata angin pada kompas.
Ini artinya empat sisinya menghadap ke arah utara, timur, selatan dan barat.
Ketidaksesuaian dengan utara hanya sekitar 1/12 derajat.
Herodotus,
yang sempat singgah di Mesir sekitar 450 SM. Dalam catatannya ia menyebut-nyebut
“mesin - mesin” digunakan untuk menaikkan bongkahan batu, kalau diasumsikan
mungkin yang dimaksud adalah semacam mesin derek. Masalahnya, Herodotus datang 2000
tahun setelah piramida Khufu berdiri, jadi tidak menyaksikan langsung proses
pembangunannya. 300 tahun kemudian, seorang penulis dari pulau Sisilia, Italia,
yang bernama Diodorus menyebutkan: “Konstruksinya dibuat dengan gundukan
tanah”. Mungkin yang dimaksud “gundukan tanah” adalah bongkahan batu itu dibawa
melalui jalan layang menanjak.
Sempat
pula muncul teori “mahluk asing” yang membangun piramida tersebut dengan dasar pemikirannya
bahwa peradaban bangsa Mesir kala itu tidak memungkinkan untuk membangun
struktur bangunan super besar yang menakjubkan seperti itu. John Romer, penulis
buku “The Great Pyramid: Ancient Egypt Revisited”, menyebutkan pembangunan
piramida Khufu ini melibatkan sekitar 100.000 budak pekerja selama 20 tahun,
menggunakan lebih dari 2 juta buah bongkahan batu, dengan total berat semua
batu- batuan sekitar 5,5 juta ton.
E. Teori - Teori Pembangunan Piramida
Cheops/ Khufu
1. Teori Rope - Doll
Franz
Löhner menyuguhkan teori alternatif yang berbeda yaitu Rope Roll. teorinya
cenderung dominn lebih banyak melibatkan teori penggunakan “derek” ketimbang
“gundukan tanah” (Ramps). Ia berargumen penggunaan derek lebih bisa
mengakomodasi kecepatan mengangkut bongkahan batu sekitar 1-2 menit dengan
kecuraman tanjakan maksimal 52 derajat.
2.
Teori Eksternal dan Internal Ramp
Teori
yang terbaru disuguhkan oleh tim peneliti dari Perancis yang dipimpin oleh
Jean-Pierre Houdin. Terdapat keunggulan dari teori ini, misalnya saja sudah
mulai melibatkan teknologi simulasi komputer 3D buatan perusahaan Dassault
Systemes. Teori Houdin ini merupakan kombinasi antara jalan layang dan derek
yang lebih dikenal dengan External and Internal Ramps.
Tahap Awal :
·
Dipilih
area yang kira-kira bisa digunakan sebagai lahan untuk pondasi seluas 5,3
hektar (13 acre). Teori External and Internal Rampdari Jean-Pierre Houdin Area
yang dipilih harus pula memiliki sumber
daya bebatuan yang bisa digunakan sebagai bahan untuk membangun piramida. Teori Externaland Internal Rampdari Jean-Pierre
Houdin Diyakini pula bahan bebatuan didatangkan dari luar area ini yang diangkut
melalui transportasi perahu. Hal ini didasari keberadaan piramida Khufu berada
di dekat sungai Nil di mana di ujung sungai ini bertemu dengan laut.
·
Teori
External and Internal Rampdari Jean-Pierre Houdin 5 TAHUN: Jalur layang menanjak
(external ramp) digunakan untuk menyusun lapisan pertama yang selesai dibangun
sekitar 5 tahunan. Teori Externaland
Internal Rampdari Jean-Pierre Houdin External ramp ini terdiri dari dua jalur:
jalur angkut dan jalur pulang. Nantinya bahan batu yang membangun external ramp
ini akan dikanibalisasi untuk digunakan lapisan piramid berikutnya hingga ke
puncak. yang mencapai ketinggian sekitar 43 meter. Jalan layang ini mempunyai dua
jalur untuk jalur angkut dan angkat batu.
15
TAHUN: Grand Gallery dan King’s Chamber (tempat untuk jenazah Khufu) yang berada
di tengah-tengah piramida telah selesai dibangun. Tahap ini jalur layang dua
jalur masih tetap digunakan.
20 TAHUN:
External ramp setelah mulai dikanibalisasi setelah lapisan tengah selesai
dibangun. Untuk mengangkut bongkahan batu mulai digunakan jalur lorong internal
(internal ramp). Penggunaan jalur lorong spiral dengan kemiringan 6,3 derajat
di setiap sisi ini, lebih efisien dalam menggunakan bahan batu dibandingkan
bila harus dibangun jalan layang untuk mencapai hingga ke puncak piramida Di setiap sudut yang menjadi ujung jalur
lorang internal, terdapat semacam derek pemutar untuk memutar balok batu 90
derajat agar bisa diangkut naik ke tingkat selanjutnya.
21
TAHUN: Setelah puncak piramida selesai diletakkan, selanjutnya semua lapisan
piramida dilapisi atau dibalur oleh batu-batuan semacam batu kapur dengan kualitas
tinggi agar tampak lebih halus. Internal ramp tidak dihancurkan melainkan tetap
dipertahankan untuk memastikan struktur piramida tetap dalam proporsinya.