Thursday, January 26, 2017

Sejarah Piramida Giza dan Sphinx Mesir

Sejarah Piramida Giza dan Sphinx Mesir - Arsitektur merupakan ilmu yang sudah ada sejak zaman dahulu. Walaupun dengan teknologi yang sangat begitu minim, namun orang-orang pada zaman itu dapat menghasilkan suatu bangunan yang memiliki nilai arsitektur yang sangat tinggi. Mereka menggunakan perasaan dan ilmu yang sangat terbatas namun mereka sudah memikirkan terhadap kebutuhan hidupnya.

Sejarah Piramida Giza dan Sphinx Mesir
Sejarah Piramida Giza dan Sphinx Mesir
Arsitektur mesir adalah salah satu arsitektur kuno yang sangat terlihat hasilnya sampai dengan sekarang. Bangunan-bangunan yang terbangun pada masa itu masih berdiri tegak dan dapat dinikmati oleh orang-orang masa kini. Bangunan etnik yang sangat mencirikan kehidupan pada saat itu, menjadikan daya tarik bagi setiap orang untuk mengkaji terhadap arsitektur mesir ini. Bagaimana kehidupan penduduk pada masa itu sehingga bisa membuat catatan sejarah dunia.

Piramida Mesir adalah sebutan untuk piramida yang terletak di Mesir yang dikenal sebagai "negeri piramida" sekalipun ditemukan situs piramida dalam jumlah besar di Semenanjung Yucatan yang merupakan pusat peradaban Maya. Di Mesir umumnya piramida digunakan sebagai makam raja-raja Mesir Kuno yang dikenal dengan nama firaun. Namun, berabad abad lalu piramida sering digunakan sebagai sasaran penjarahan dan perampok makam karena para raja-raja membawa harta kekayaannya dan segala macam artefak guna di alam baka, sekalipun diberi perlindungan dengan semacam kutukan-kutukan untuk mencegahnya. Sehingga pada masa raja-raja mesir kuno berikutnya, makam raja-raja dan para bangsawan ditempatkan pada lembah yang tersembunyi seperti halnya makam Raja Tutankhamun yang ditemukan secara utuh dan lengkap.
Piramida Giza
Piramida Giza

A. Sejarah Piramida Mesir
Republik Arab Mesir atau Mesir yaitu sebuah negara yang sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika bagian timur laut. Dengan luas wilayah sekitar 997.739 km². Mayoritas penduduk Mesir menetap di pinggir Sungai Nil (sekitar 40.000 km²). Sebagian besar daratan merupakan bagian dari gurun Sahara yang jarang dihuni.

Mesir terkenal dengan peradaban kuno dan beberapa monumen kuno termegah di dunia, misalnya Piramid Giza, Kuil Karnak dan Lembah Raja serta Kuil Ramses. Di Luxor, sebuah kota di wilayah selatan, terdapat kira-kira artefak kuno yang mencakup sekitar 65% artefak kuno di seluruh dunia. Kini, Mesir diakui secara luas sebagai pusat budaya dan politikal utama di wilayah Arab dan Timur Tengah.

Akibat kelangkaan kayu,  kedua bahan bangunan yang dominan digunakan di Mesir kuno adalah dipanggang matahari-bata lumpur dan batu, terutama batu kapur, tetapi juga batu pasir dan granit dalam jumlah yang cukup besar. Dari Kerajaan Lama seterusnya, batu biasanya disediakan untuk makam-makamdan kuil-kuil, sedangkan batu bata yang digunakan bahkan untuk istana raja, benteng, dinding candi Bait dan Putoz, dan untuk anak perusahaan bangunan di kompleks candi.

Rumah-rumah mesir yang terbuat dari lumpur yang dikumpulkan dari sungai Nil, saat itu ditempatkan dalam cetakan dan dibiarkan kering di bawah terik matahari untuk mengeras untuk digunakan dalam konstruksi. Peningkatan dari pemakaian bata/lumpur yang dikeringkan dibawah terik matahari menjadi konstruksi batu yang lebih baik kualitasnya dan perlu teknik yang lebih tinggi dalam pengerjaannya. Dalam waktu ± 200 tahun saja, ahli bangunan Mesir telah begitu menguasai bahan bangunan baru tersebut, dan dapat menyelesaikan pyramid di Gizeh.

Banyak kota-kota Mesir telah menghilang karena mereka terletak di dekat kawasan budidaya Lembah Sungai Nil dan sungai banjir sebagai tempat tidur perlahan berdiri selama ribuan tahun, atau batu bata lumpur yang dibangun mereka digunakan oleh petani sebagai pupuk. Yang lain tidak dapat diakses, bangunan baru telah didirikan pada yang kuno. Untungnya, yang kering dan panas iklim dari Mesir diawetkan beberapa struktur bata lumpur. Contoh mencakup desa Deir al-Madinah, kota Kerajaan Tengah di Kahun, dan benteng-benteng di Buhen  dan Mirgissa. Selain itu, banyak kuil dan makam bertahan karena mereka dibangun di atas tanah yang tinggi tidak terpengaruh oleh banjir Sungai Nil dan dibangun dari batu.

Jadi, pemahaman tentang arsitektur Mesir kuno didasarkan terutama pada monumen-monumen keagamaan, besar-besaran struktur dicirikan oleh tebal, dinding miring dengan sedikit bukaan, mungkin bergema metode konstruksi yang digunakan untuk memperoleh stabilitas di dinding lumpur. Dengan cara yang sama, yang bertakuk dan hiasan permukaan datar model dari bangunan batu mungkin berasal dari hiasan dinding lumpur. Meskipun penggunaan lengkungan dikembangkan selama dinasti keempat, semua bangunan monumental dan palang pasca konstruksi, dengan atap datar terbuat dari batu besar blok didukung oleh dinding eksternal dan kolom berdekatan.

Dinding eksterior dan interior, serta kolom dan dermaga, ditutupi dengan hieroglif dan gambar-gambar lukisan-lukisan dinding dan ukiran yang dicat warna-warna yang cemerlang. Banyak Mesir motif ornamen yang simbolis, seperti scarab, kumbang atau suci, maka solar disk , dan burung nasar. motif umum lainnya termasuk palem daun, papirus tanaman, dan kuncup dan bunga-bunga teratai. hieroglif yang ditulis untuk tujuan dekoratif dan juga untuk merekam peristiwa bersejarah atau mantra.

Kuil-kuil Mesir Kuno astronomis selaras dengan kejadian-kejadian penting, seperti solstices danequinoxes, memerlukan pengukuran yang tepat pada saat acara tertentu. Pengukuran di kuil yang paling signifikan mungkin telah seremonial yang dilakukan oleh Firaun sendiri. Seni tidak ketinggalan dari Arsitektur, pengrajin Mesir menunjukkan rasa keindahan dengan simetri, menyentuh benda yang banyak digunakan sehari-hari seperti tempayan batu atau tanah liat, serta alat-alat rumah tangga yang lain. Pematung memahat gambar para Dewa serta Raja dari batu dalam skala ukuran yang sangat besar, serta membuat patung dari bahan batu, kayu atau tembaga dengan ukuran yang sesungguhnya.

Giza Necropolis berdiri di Giza Plateau, di pinggiran Kairo, Mesir. Hal ini kompleks monumen kuno adalah yang terletak sekitar 8 kilometer (5 mil) pedalaman ke padang gurun dari kota tua Giza di Nil, sekitar 20 kilometer (12 mi) barat daya pusat kota chihuahua. Ini mesir kuno pekuburan terdiri dari Piramida Khufu(juga dikenal sebagai Piramida Besar dan Piramida Cheops), yang agak lebih kecil Piramida Khafre (atau Kephren), dan berukuran relatif sederhana Piramida Menkaure (atau Mykerinus), bersama dengan sejumlah bangunan-bangunan satelit yang lebih kecil, yang dikenal sebagai "ratu" piramida, dan Sphinx.

Piramida, yang dibangun pada Dinasti Keempat, memberi kesaksian kuasa agama dan negara fir'aun. TheGreat Pyramid, yang mungkin selesai sekitar 2580 SM, adalah yang tertua dan terbesar dari piramida, dan merupakan satu-satunya monumen yang masih hidup dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno. piramida Khafre yang diyakini telah selesai sekitar 2532 SM, pada akhir pemerintahan Khafre. Tanggal konstruksi piramida Menkaure yang tidak diketahui, karena pemerintahan Menkaure belum ditentukan secara akurat, tetapi itu mungkin selesai sekitar tahun Abad ke-26 SM.

Dengan beberapa bukaan, piramida telah kompleks labirin terowongan dan ruangan semua tersembunyi oleh bongkahan batu besar. Namun demikian, keras kepala perampok kubur mencuri dari piramida, sehingga memaksa orang Mesir kuno untuk menghentikan pembangunan struktur besar tersebut dan membangun makam di Lembah Para Raja sebagai gantinya. Dalam sebuah ngarai jauh dari kota Mesir kuno, orang-orang Mesir mulai membangun makam tidak mencolok digali ke dalam tanah, berpikir makam akan pergi tanpa diketahui oleh perampok kuburan.

B. Desain Piramida Cheops/ Khufu
Piramida Khufu adalah piramida yang terbesar. Dibangun selama 23 tahun. Sejarawan Yunani bernama Herodotus menyebut bahwa masa persiapan pembangunan adalah 10 tahun dan pelaksanaan pembangunan adalah 20 tahun.

Adapun design piramida ini adalah sebagai berikut:
Tinggi awal 146,59 m. Saat ini mejadi 138,75 m yang menyusut akibat erosi.
Lebar sisi tapak 230 m
Luas tapak 53.065 m2
Sudut 51,8º

Gambar Dimensi Piramida Khufu
Gambar Dimensi Piramida Khufu
Terbuat atas susunan batu yang dipasang secara vertikal sebanyak 210 lapis. Jumlah batu 2.500.000 dengan ukuran rata-rata batu sekitar 1,27 x 1,27 x 0,71 m atau volume 1,145 m3. Jenis batu yang digunakan terbanyak adalah limestone lalu yang lain adalah granit (untuk interior seperti King’s Chamber) dengan berat jenis batu sekitar 2,6  – 2,9 ton/m3. Berat total piramida adalah sekitar 6,5 juta ton sehingga tekanan tanah yang terjadi adalah sekitar 12 kg/cm2.

Gambar Susunan Batu Piramida Khufu
Gambar Susunan Batu Piramida Khufu
C. Struktur Piramida Cheops/ Khufu
Pyramida Khufu mulai dibangun pada 2480 SM. Dibutuhkan 6 juta ton batu untuk membangun pyramida ini, terdiri atas 2,5 juta buah blok batu yang masing-masing beratnya sekitar 2,5 ton. Pada setiap periode, 25.000 orang bekerja secara bersamaan. Semua dikoordinasi dengan sangat rapi. Setiap orang punya tempat bekerjanya masing-masing, tahu tujuan pekerjaannya. Setiap blok batu ditulisi nomor identitas, sehingga jelas di posisi mana batu tersebut akan ditempatkan dalam pyramida. Pekerja dibagi dalam beberapa kelompok, ada kelompok pemotong batu, penulis identitas batu, dan penarik batu. Mereka bekerja selama 9 hari berturut-turut, dan istirahat pada hari ke 10.

Tidak lama bekerja sebagai pembawa air, Nakht dan Deba dipindahkan bekerja di lokasi pembangunan pyramida. Pekerja di lokasi pyramida memiliki ‘gengsi’ lebih tinggi dari pada pekerja di pertambangan batu, karena hanya pekerja terpilih yang boleh masuk ke lokasi pembangunan pyramida. Yunu, pimpinan pekerja di pyramida menilai Nakht dan Deba memiliki kecerdasan tinggi, sehingga dengan cepat diberi tugas-tugas yang lebih penting.

Pada pembangunan pyramida, tukang batu adalah tenaga kerja terpenting. Mereka menghaluskan blok-blok batu yang baru dikirim dari pertambangan, memastikan ukurannya benar-benar tepat. Di lokasi pembangunan pyramida, Nakht dan Deba ditugaskan menempatkan blok-blok batu pada lokasi yang sudah ditentukan. Batu-batu itu ditarik ke atas melalui jalan landai yang dibangun khusus di samping pyramida. Pekerjaan menarik batu ini sangatlah berat. Sebuah blok batu seberat 2,5 ton ditarik oleh 20 – 30 orang. Untuk menempatkannya pada posisi di pyramida, digunakan katrol yang ditempatkan pada sebuah segitiga kayu besar. Pada suatu ketika, karena ada pekerja yang kurang hati-hati, segitiga kayu ini roboh. Deba yang berada di bawahnya tertimpa balok kayu yang besar dan berat. Ia meninggal, 5 tahun setelah bekerja di pyramida.

Kematian Deba membuat Nakht sangat berduka. Lima tahun bekerja di pyramida yang pada hakekatnya adalah sebuah makam, ia tak pernah berpikir tentang kematian. Kematian Deba mengingatkan Nakht bahwa semua kerja keras luar biasa itu dilakukan demi satu orang, yaitu Raja. Seluruh rakyat berhutang budi pada Raja, maka memberikan pengorbanan bagi raja adalah suatu kehormatan.

Temuan profesor Bryn ternyata cukup sederhana. Dia percaya bahwa arsitek Mesir kuno sudah menemukan struktur tata letak bangunan (grid) seperti jaman sekarang, yaitu dengan memisahkan antara sistem pengukur struktur dengan bangunan fisiknya sendiri. Bryn telah memelajari tiga puluh rencana pembangunan Piramida Mesir dan menemukan sebuah sistem presisi yang memungkinkan orang Mesir membangun titik puncak piramida yang terakhir, tertinggi, dan dengan presisi yang akurat. Sepanjang si arsitek tahu dimensi utama piramida, dia dapat memproyeksi bangunan seperti pada bangunan modern, tetapi dengan metode pembangunan dan pengukuran ala Mesir kuno tentunya.

Dalam sebuah artikel ilmiah terbitan Mei 2010 dalam "Nordic Journal of Architectural Research", Bryn membahas aspek yang dapat menjelaskan pembangunan banyak piramida Mesir dengan mengambil grid bangunan, bukan bangunan fisik itu sendiri sebagai titik awal analisis.
Jika prinsip-prinsip di balik gambar-gambar analisis Bryn benar, para arkeolog akan memiliki "peta" baru yang menunjukkan bahwa piramida bukan sekadar "sekelompok batu berat dengan struktur tak diketahui", melainkan struktur yang sangat cermat dan tepat.

D. Proses Pembangunan Piramida Cheops/ Khufu
1. Misteri Pembangun Piramida
Sekretaris jenderal dewan tertinggi tentang benda budaya Mesir yakni doktor Jasey Hawass mengumumkan bahwa hasil temuan arkeologi terbaru menunjukkan, bahwasannya Piramida itu dibuat oleh buruh. Hasil temuan ini menyangkal infrensi bahwa Piramida dibuat oleh budak belian. Doktor Hawass mengumumkan temuan ini di bawah kaki Piramida dekat Kairo. Doktor Hawass yang berusia 55 tahun dinobatkan sebagai pakar paling berpengaruh dalam penelitian benda budaya kuno Mesir. Ketika diwawancarai di lokasi penggalian arkeologi saat itu mengatakan bahwa, setelah lebih dari 10 tahun melakukan penggalian dan penelitian, dapat ditarik kesimpulan, bahwa Piramida itu dibangun oleh buruh bukan budak belian. Dan di lokasi penggalian ini adalah makam pekerja yang meninggal dalam proses pembangunan Piramida.

Hawass menjelaskan bahwa, peneliti arkeologi menemukan sejumlah besar alat hitung, alat ukur dan perkakas batu prosesing dalam barang-barang yang dikubur bersama si mati. Ini menunjukkan bahwa orang-orang yang meninggal ini adalah pembuat Piramida. Dan tidak mungkin mereka adalah budak belian, sebab budak yang mati tidak akan dikebumikan. Selain itu, arkeolog juga menemukan perkakas operasi dari logam primitif dan bekas pengobatan si mati yang mengalami patah tulang dalam liang kubur. Ini menunjukkan bahwa simati mendapat perlakuan dan perawatan medis yang baik jika budak belian tidak akan mendapat perlakuan demikian.

Hawass mengantar reporter melihat-lihat salah satu makam di antaranya. Ia menuturkan, bahwa pintu masuk ke makam ini adalah sepotong granit, sama dengan batu raksasa untuk pembangunan Piramida juga berasal dari daerah Aswan, selatan Mesir. Ini menunjukkan bahwa status si pemilik makam berasal dari golongan terhormat. Dan epigraf di atas pintu menunjukkan, bahwa pemilik makam adalah pejabat administrasi tertinggi di daerah asministratif Piramida.

Personel arkeologi menemukan sebuah peti mati dari batu dalam liang kubur, dan yang menggembirakan adalah peti mati batuan ini tidak ada tanda mengalami pencurian dan penggalian. Hawass bahkan mengatakan, bahwa daerah penghidupan para pekerja berada di sekitar makam. Personel arkeologi menemukan bekas tempat tinggal sekretaris jenderal di sana. Dan tempat tinggal pejabat ini dibangun pada 4.500 tahun lampau, adalah tempat tinggal sekretaris jenderal paling kuno yang ditemukan di Mesir saat ini.

Selain itu, personel peneliti juga menemukan mess kolektif dan bekas perlengkapan para pekerja di dalam kawasan penghidupan tersebut. Dari perkiraan peninggalan-peningalan ini, secara total terdapat lebih dari 20.000 pekerja yang turut dalam pembangunan Piramida. Dan ini berarti bahwa kesimpulan sejarawan Yunani kuno tentang pembangunan. Piramida yang dikerjakan oleh 10.000 tukang batu itu tidak benar. Hawass menambahkan, bahwa pekerja–pekerja tersebut bekerja secara bergantian di proyek ini, dengan masa kontrak kerja 3 bulan, dan sebagian besar pekerja adalah petani, tukang batu yang miskin, biaya penghidupan mereka ditanggung oleh keluarga yang berada kampungnya.

Piramida terletak di sebelah selatan Kairo, adalah Piramida terbesar di Mesir, dan dinobatkan sebagai salah satu dari 7 keajaiban dunia. Piramida ini dibangun dari 2.3 juta batu raksasa, batu yang paling ringan adalah 2.5 ton, sedang yang paling berat mencapai 40 ton. Siapakah yang membangun mega proyek yang demikian hebat ini, hingga saat ini banyak versinya, namun sebagian besar sejarawan mendukung pandangan tentang budak belian yang membangun Piramida.

2. Sejarah Pembangunan
Sejak abad ke-6 SM, Mesir merupakan tempat pelarian kerajaan Poshi, yang kehilangan kedudukannya setelah berdiri lebih dari 2.000 tahun, menerima kekuasaan yang berasal dari luar yaitu kerajaan Yunani, Roma, kerajaan Islam serta kekuasaan bangsa lain. Semasa itu sejumlah besar karya terkenal zaman Firaun dihancurkan, aksara dan kepercayaan agama bangsa Mesir sendiri secara berangsur-angsur digantikan oleh budaya lain, sehingga kebudayaan Mesir kuno menjadi surut dan hancur, generasi belakangan juga kehilangan sejumlah besar peninggalan yang dapat menguraikan petunjuk yang ditinggalkan oleh para pendahulu.

Tahun 450 SM, setelah seorang sejarawan Yunani berkeliling dan tiba di Mesir, membubuhkan tulisan: Cheops, (aksara Yunani Khufu), konon katanya, hancur setelah 50 tahun. Dalam batas tertentu sejarawan Yunani tersebut menggunakan kalimat "konon katanya", maksudnya bahwa kebenarannya perlu dibuktikan lagi. Namun, sejak itu pendapat sejarawan Yunani tersebut malah menjadi kutipan generasi belakangan sebagai bukti penting bahwa piramida didirikan pada dinasti kerajaan ke-4.

Selama ini, para sejarawan menganggap bahwa piramida adalah makam raja. Dengan demikian, begitu membicarakan piramida, yang terbayang dalam benak secara tanpa disadari adalah perhiasan dan barang-barang yang gemerlap. Dan, pada tahun 820 M, ketika gubernur jenderal Islam Kairo yaitu Khalifah Al-Ma'mun memimpin pasukan, pertama kali menggali jalan rahasia dan masuk ke piramida, dan ketika dengan tidak sabar masuk ke ruangan, pemandangan yang terlihat malah membuatnya sangat kecewa. Bukan saja tidak ada satu pun benda yang biasanya dikubur bersama mayat, seperti mutiara, maupun ukiran, bahkan sekeping serpihan pecah belah pun tidak ada, yang ada hanya sebuah peti batu kosong yang tidak ada penutupnya. Sedangkan tembok pun hanya bidang yang bersih kosong, juga tak ada sedikit pun ukiran tulisan.

Kesimpulan para sejarawan terhadap prestasi pertama kali memasuki piramida ini adalah "mengalami perampokan benda-benda dalam makam". Namun, hasil penyelidikan nyata menunjukkan, kemungkinan pencuri makam masuk ke piramida melalui jalan lainnya adalah sangat kecil sekali. Di bawah kondisi biasa, pencuri makam juga tidak mungkin dapat mencuri tanpa meninggalkan jejak sedikit pun, dan lebih tidak mungkin lagi menghapus seluruh prasasti Firaun yang dilukiskan di atas tembok. Dibanding dengan makam-makam lain yang umumnya dipenuhi perhiasan-perhiasan dan harta karun yang berlimpah ruah, piramida raksasa yang dibangun untuk memperingati keagungan raja Firaun menjadi sangat berbeda.

Selain itu, dalam catatan "Inventory Stela" yang disimpan di dalam museum Kairo, pernah disinggung bahwa piramida telah ada sejak awal sebelum Khufu meneruskan takhta kerajaan. Namun, oleh karena catatan pada batu prasasti tersebut secara keras menantang pandangan tradisional, terdapat masalah antara hasil penelitian para ahli dan cara penulisan pada buku, selanjutnya secara keras mengecam nilai penelitiannya. Sebenarnya dalam keterbatasan catatan sejarah yang bisa diperoleh, jika karena pandangan tertentu lalu mengesampingkan sebagian bukti sejarah, tanpa disadari telah menghambat kita secara obyektif dalam memandang kedudukan sejarah yang sebenarnya.

3. Teknik Pembangunan Piramid
Di Mesir, terdapat begitu banyak piramida berbagai macam ukuran, standarnya bukan saja jauh lebih kecil, strukturnya pun kasar. Di antaranya piramida yang didirikan pada masa kerajaan ke-5 dan 6, banyak yang sudah rusak dan hancur, menjadi timbunan puing, seperti misalnya piramida Raja Menkaure. Kemudian, piramida besar yang dibangun pada masa yang lebih awal, dalam sebuah gempa bumi dahsyat pada abad ke-13, di mana sebagian batu ditembok sebelah luar telah hancur, namun karena bagian dalam ditunjang oleh tembok penyangga, sehingga seluruh strukturnya tetap sangat kuat. Karenanya, ketika membangun piramida raksasa, bukan hanya secara sederhana menyusun 3 juta batu menjadi bentuk kerucut, jika terdapat kekurangan pada rancangan konstruksi yang khusus ini, sebagian saja yang rusak, maka bisa mengakibatkan seluruhnya ambruk karena beratnya beban yang ditopang.

Lagi pula, bagaimanakah proyek bangunan piramida raksasa itu dikerjakan, tetap merupakan topik yang membuat pusing para sarjana. Selain mempertimbangkan sejumlah besar batu dan tenaga yang diperlukan, faktor terpenting adalah titik puncak piramida harus berada di bidang dasar tepat di titik tengah 4 sudut atas. Karena jika ke-4 sudutnya miring dan sedikit menyimpang, maka ketika menutup titik puncak tidak mungkin menyatu di satu titik, berarti proyek bangunan ini dinyatakan gagal. Karenanya, merupakan suatu poin yang amat penting, bagaimanakah meletakkan sejumlah 2,3 juta -2,6 juta buah batu besar yang setiap batunya berbobot 2,5 ton dari permukaan tanah hingga setinggi lebih dari seratus meter di angkasa dan dipasang dari awal sampai akhir pada posisi yang tepat.

Seperti yang dikatakan oleh pengarang Graham Hancock dalam karangannya "Sidik Jari Tuhan": Di tempat yang terhuyung-huyung ini, di satu sisi harus menjaga keseimbangan tubuh, dan sisi lainnya harus memindahkan satu demi satu batu yang paling tidak beratnya 2 kali lipat mobil kecil ke atas, diangkut ke tempat yang tepat, dan mengarah tepat pada tempatnya, entah apa yang ada dalam pikiran pekerja-pekerja pengangkut batu tersebut. Meskipun ilmu pengetahuan modern telah memperkirakan berbagai macam cara dan tenaga yang memungkinkan untuk membangun, namun jika dipertimbangkan lagi kondisi riilnya, akan kita temukan bahwa orang-orang tersebut tentunya memiliki kemampuan atau kekuatan fisik yang melebihi manusia biasa, baru bisa menyelesaikan proyek raksasa tersebut serta memastikan keakuratan maupun ketepatan presisinya.

Terhadap hal ini, Jean Francois Champollion yang mendapat sebutan sebagai "Bapak Pengetahuan Mesir Kuno Modern" memperkirakan bahwa orang yang mendirikan piramida berbeda dengan manusia sekarang, paling tidak dalam "pemikiran mereka mempunyai tinggi tubuh 100 kaki yang tingginya sama seperti manusia raksasa". Ia berpendapat, dilihat dari sisi pembuatan piramida, itu adalah hasil karya manusia raksasa.

Senada dengan itu, Master Li Hongzhi dalam ceramahnya pada keliling Amerika Utara tahun 2002 juga pernah menyinggung kemungkinan itu. "Manusia tidak dapat memahami bagaimana piramida dibuat. Batu yang begitu besar bagaimana manusia mengangkutnya? Beberapa orang manusia raksasa yang tingginya lima meter mengangkut sesuatu, itu dengan manusia sekarang memindahkan sebuah batu besar adalah sama. Untuk membangun piramida itu, manusia setinggi lima meter sama seperti kita sekarang membangun sebuah gedung besar." Piramida raksasa dan sejumlah besar bangunan batu raksasa kuno yang ditemukan di berbagai penjuru dunia telah mendatangkan keraguan yang sama kepada semua orang: tinggi besar dan megah, terbentuk dengan menggunakan susunan batu yang sangat besar, bahkan penyusunannya sangat sempurna. Seperti misalnya, di pinggiran kota utara Mexico ada Kastil Sacsahuaman yang disusun dengan batu raksasa yang beratnya melebihi 100 ton lebih, di antaranya ada sebuah batu raksasa yang tingginya mencapai 28 kaki, diperkirakan beratnya mencapai 360 ton (setara dengan 500 buah mobil keluarga). Dan di dataran barat daya Inggris terdapat formasi batu raksasa, dikelilingi puluhan batu raksasa dan membentuk sebuah bundaran besar, di antara beberapa batu tingginya mencapai 6 meter. Sebenarnya, sekelompok manusia yang bagaimanakah mereka itu? Mengapa selalu menggunakan batu raksasa, dan tidak menggunakan batu yang ukurannya dalam jangkauan kemampuan kita untuk membangun?

Sphinx, singa bermuka manusia yang juga merupakan obyek penting dalam penelitian ilmuwan, tingginya 20 meter, panjang keseluruhan 73 meter, dianggap didirikan oleh kerjaan Firaun ke-4 yaitu Khafre. Namun, melalui bekas yang dimakan karat (erosi) pada permukaan badan Sphinx, ilmuwan memperkirakan bahwa masa pembuatannya mungkin lebih awal, paling tidak 10 ribu tahun silam sebelum Masehi.

Seorang sarjana John Washeth juga berpendapat: Bahwa Piramida raksasa dan tetangga dekatnya yaitu Sphinx dengan bangunan masa kerajaan ke-4 lainnya sama sekali berbeda, ia dibangun pada masa yang lebih purbakala dibanding masa kerajaan ke-4. Dalam bukunya "Ular Angkasa", John Washeth mengemukakan: perkembangan budaya Mesir mungkin bukan berasal dari daerah aliran sungai Nil, melainkan berasal dari budaya yang lebih awal dan hebat yang lebih kuno ribuan tahun dibanding Mesir kuno, warisan budaya yang diwariskan yang tidak diketahui oleh kita. Ini, selain alasan secara teknologi bangunan yang diuraikan sebelumnya, dan yang ditemukan di atas yaitu patung Sphinx sangat parah dimakan karat juga telah membuktikan hal ini.

Ahli ilmu pasti Swalle Rubich dalam "Ilmu Pengetahuan Kudus" menunjukkan: pada tahun 11.000 SM, Mesir pasti telah mempunyai sebuah budaya yang hebat. Pada saat itu Sphinx telah ada, sebab bagian badan singa bermuka manusia itu, selain kepala, jelas sekali ada bekas erosi. Perkiraannya adalah pada sebuah banjir dahsyat tahun 11.000 SM dan hujan lebat yang silih berganti lalu mengakibatkan bekas erosi.

Perkiraan erosi lainnya pada Sphinx adalah air hujan dan angin. Washeth mengesampingkan dari kemungkinan air hujan, sebab selama 9.000 tahun di masa lalu dataran tinggi Jazirah, air hujan selalu tidak mencukupi, dan harus melacak kembali hingga tahun 10000 SM baru ada cuaca buruk yang demikian. Washeth juga mengesampingkan kemungkinan tererosi oleh angin, karena bangunan batu kapur lainnya pada masa kerajaan ke-4 malah tidak mengalami erosi yang sama. Tulisan berbentuk gajah dan prasasti yang ditinggalkan masa kerajaan kuno tidak ada sepotong batu pun yang mengalami erosi yang parah seperti yang terjadi pada Sphinx.

Profesor Universitas Boston, dan ahli dari segi batuan erosi Robert S. juga setuju dengan pandangan Washeth sekaligus menujukkan: Bahwa erosi yang dialami Sphinx, ada beberapa bagian yang kedalamannya mencapai 2 meter lebih, sehingga berliku-liku jika dipandang dari sudut luar, bagaikan gelombang, jelas sekali merupakan bekas setelah mengalami tiupan dan terpaan angin yang hebat selama ribuan tahun.

Washeth dan Robert S. juga menunjukkan: Teknologi bangsa Mesir kuno tidak mungkin dapat mengukir skala yang sedemikian besar di atas sebuah batu raksasa, produk seni yang tekniknya rumit. Jika diamati secara keseluruhan, kita bisa menyimpulkan secara logis, bahwa pada masa purbakala, di atas tanah Mesir, pernah ada sebuah budaya yang sangat maju, namun karena adanya pergeseran lempengan bumi, daratan batu tenggelam di lautan, dan budaya yang sangat purba pada waktu itu akhirnya disingkirkan, meninggalkan piramida dan Sphinx dengan menggunakan teknologi bangunan yang sempurna.

Dalam jangka waktu yang panjang di dasar lautan, piramida raksasa dan Sphinx mengalami rendaman air dan pengikisan dalam waktu yang panjang, adalah penyebab langsung yang mengakibatkan erosi yang parah terhadap Sphinx. Karena bahan bangunan piramida raksasa Jazirah adalah hasil teknologi manusia yang tidak diketahui orang sekarang, kemampuan erosi tahan airnya jauh melampaui batu alam, sedangkan Sphinx terukir dengan keseluruhan batu alam, mungkin ini penyebab yang nyata piramida raksasa dikikis oleh air laut yang tidak tampak dari permukaan.

Keterangan gambar: Sphinx yang bertetangga dekat dengan piramida raksasa kelihatannya sangat kuno. Para ilmuwan memastikan bahwa dari badannya, saluran dan irigasi yang seperti dikikis air, ia pernah mengalami sebagian cuaca yang lembab, karenanya memperkirakan bahwa ia sangat berkemungkinan telah ada sebelum 10 ribu tahun silam. Melalui penelitian, dalam pembangunan piramida ini ditemukan sistem presisi yang memungkinkan orang Mesir membangun titik puncak piramida yang terakhir, tertinggi, dan dengan presisi yang akurat. Sepanjang si arsitek tahu dimensi utama piramida, dia dapat memproyeksi bangunan seperti pada bangunan modern, tetapi dengan metode pembangunan dan pengukuran ala Mesir kuno . Piramida khufu memiliki kesejajaran dengan empat arah mata angin pada kompas. Ini artinya empat sisinya menghadap ke arah utara, timur, selatan dan barat. Ketidaksesuaian dengan utara hanya sekitar 1/12 derajat.

Herodotus, yang sempat singgah di Mesir sekitar 450 SM. Dalam catatannya ia menyebut-nyebut “mesin - mesin” digunakan untuk menaikkan bongkahan batu, kalau diasumsikan mungkin yang dimaksud adalah semacam mesin derek. Masalahnya, Herodotus datang 2000 tahun setelah piramida Khufu berdiri, jadi tidak menyaksikan langsung proses pembangunannya. 300 tahun kemudian, seorang penulis dari pulau Sisilia, Italia, yang bernama Diodorus menyebutkan: “Konstruksinya dibuat dengan gundukan tanah”. Mungkin yang dimaksud “gundukan tanah” adalah bongkahan batu itu dibawa melalui jalan layang menanjak.

Sempat pula muncul teori “mahluk asing” yang membangun piramida tersebut dengan dasar pemikirannya bahwa peradaban bangsa Mesir kala itu tidak memungkinkan untuk membangun struktur bangunan super besar yang menakjubkan seperti itu. John Romer, penulis buku “The Great Pyramid: Ancient Egypt Revisited”, menyebutkan pembangunan piramida Khufu ini melibatkan sekitar 100.000 budak pekerja selama 20 tahun, menggunakan lebih dari 2 juta buah bongkahan batu, dengan total berat semua batu- batuan sekitar 5,5 juta ton.

E. Teori - Teori Pembangunan Piramida Cheops/ Khufu
1. Teori Rope - Doll
Franz Löhner menyuguhkan teori alternatif yang berbeda yaitu Rope Roll. teorinya cenderung dominn lebih banyak melibatkan teori penggunakan “derek” ketimbang “gundukan tanah” (Ramps). Ia berargumen penggunaan derek lebih bisa mengakomodasi kecepatan mengangkut bongkahan batu sekitar 1-2 menit dengan kecuraman tanjakan maksimal 52 derajat.

2. Teori Eksternal dan Internal  Ramp
Teori yang terbaru disuguhkan oleh tim peneliti dari Perancis yang dipimpin oleh Jean-Pierre Houdin. Terdapat keunggulan dari teori ini, misalnya saja sudah mulai melibatkan teknologi simulasi komputer 3D buatan perusahaan Dassault Systemes. Teori Houdin ini merupakan kombinasi antara jalan layang dan derek yang lebih dikenal dengan External and Internal Ramps.

Tahap Awal :
·         Dipilih area yang kira-kira bisa digunakan sebagai lahan untuk pondasi seluas 5,3 hektar (13 acre). Teori External and Internal Rampdari Jean-Pierre Houdin Area yang  dipilih harus pula memiliki sumber daya bebatuan yang bisa digunakan sebagai bahan untuk membangun piramida.  Teori Externaland Internal Rampdari Jean-Pierre Houdin Diyakini pula bahan bebatuan didatangkan dari luar area ini yang diangkut melalui transportasi perahu. Hal ini didasari keberadaan piramida Khufu berada di dekat sungai Nil di mana di ujung sungai ini bertemu dengan laut.
·         Teori External and Internal Rampdari Jean-Pierre Houdin 5 TAHUN: Jalur layang menanjak (external ramp) digunakan untuk menyusun lapisan pertama yang selesai dibangun sekitar 5 tahunan.  Teori Externaland Internal Rampdari Jean-Pierre Houdin External ramp ini terdiri dari dua jalur: jalur angkut dan jalur pulang. Nantinya bahan batu yang membangun external ramp ini akan dikanibalisasi untuk digunakan lapisan piramid berikutnya hingga ke puncak. yang mencapai ketinggian sekitar 43 meter. Jalan layang ini mempunyai dua jalur untuk jalur angkut dan angkat batu. 

15 TAHUN: Grand Gallery dan King’s Chamber (tempat untuk jenazah Khufu) yang berada di tengah-tengah piramida telah selesai dibangun. Tahap ini jalur layang dua jalur masih tetap digunakan. 

teknik pembangunan piramid giza

20 TAHUN: External ramp setelah mulai dikanibalisasi setelah lapisan tengah selesai dibangun. Untuk mengangkut bongkahan batu mulai digunakan jalur lorong internal (internal ramp). Penggunaan jalur lorong spiral dengan kemiringan 6,3 derajat di setiap sisi ini, lebih efisien dalam menggunakan bahan batu dibandingkan bila harus dibangun jalan layang untuk mencapai hingga ke puncak piramida  Di setiap sudut yang menjadi ujung jalur lorang internal, terdapat semacam derek pemutar untuk memutar balok batu 90 derajat agar bisa diangkut naik ke tingkat selanjutnya.

21 TAHUN: Setelah puncak piramida selesai diletakkan, selanjutnya semua lapisan piramida dilapisi atau dibalur oleh batu-batuan semacam batu kapur dengan kualitas tinggi agar tampak lebih halus. Internal ramp tidak dihancurkan melainkan tetap dipertahankan untuk memastikan struktur piramida tetap dalam proporsinya. 

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Sejarah Piramida Giza dan Sphinx Mesir

Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment