Sejarah Konflik Israel dengan Palestina - Konflik Israel-Palestina bermula dari
resolusi PBB yang membagi wilayah Palestina. Wilayah dibagi menjadi tiga bagian
yaitu wilayah Arab-Palestina, wilayah Israel, dan Yerussalem yang dikelola
dunia internasional. Pembagian tersebut tidak disetujui oleh mayoritas penduduk
Palestina karena wilayah Israel pembagiannya lebih luas dibandingkan wilayah
Palestina.
![]() |
Sejarah Konflik Israel dengan Palestina |
Israel mendeklarasikan diri sebagai sebuah
negara pada 14 Mei 1948 setelah resolusi PBB, rakyat Palestina tidak
menyetujuinya dan terjadilah konflik yang berkepanjangan diantara keduanya.
Konflik ini pun melibatkan negara Arab lainnya karena penduduk Palestina
merupakan suku yang berasal dari Arab. Perhatian dunia internasional tertuju
pada konflik kedua negara ini, hal tersebut disebabkan karena banyaknya korban
yang berjatuhan dari konflik Israel-Palestina. Nuansa politik dan agama pun
dominan diperlihatkan dalam konflik ini.
Konflik Israel- Palestina adalah konflik
yang menjadi isu internasional, ada beberapa faktor yang menyebabkan konflik
ini terjadi baik secara politis dan teologis. Yerussalem misalnya, kota tiga
iman ini menjadi salah satu wilayah yang vital baik bagi Israel yang beragama
Yahudi, Palestina yang mayoritas beragama Islam dan bagi pemeluk Kristiani.
Harapan
kedamaian bagi kedua negara ini tampaknya masih jauh dalam pandangan, betapa
tidak setelah enam puluhan tahun lebih konflik, titik terang perdamaian masih
jauh. Bahkan beberapa saat yang lalu, pemberitaan Agresi Militer Israel ke Jalur
Gaza sangat mengiris hati karena banyaknya jumlah korban, hingga ribuan
penduduk Palestina. Penyelesaian konflik harus segera diupayakan, negara
adidaya Amerika Serikat harus memperhatikan kondisi dan melihat dari segi
kemanusiaan bukan hanya secara politis semata. Bagaimana kondisi terkini di
Gaza dan apa yang melatarbelakangi agresi terhadap Gaza dilakukan akan
dijelaskan kemudian.
Palestina Selayang Pandang
Konflik
Israel- Palestina merupakan konflik yang berlangsung begitu lama, enam puluhan
tahun konflik ini bergulir belum menemui titik terang. Kadangkala konflik
terjadi karena adanya ingatan kultural yaitu pemikiran yang diturunkan pada
generasi ke generasi dan terus menerus direproduksi disebabkan ketegangan di
masa lampau yang tidak terselesaikan.
Bagi bangsa Yahudi, tanah merupakan hal
yang cukup krusial. Sejarah panjang mereka yang terusir dua kali dari tanah
Palestina pada masa kekaisaran Romawi dan Babilonia membuat mereka harus
berdiaspora hingga muncul suatu gerakan ideologis nasionalis yaitu Zionisme.
Menurut Leonard C. Efapras (2012: 5) Zionisme adalah “Kombinasi yang dihidupi dari berbagai aspirasi termasuk diantaranya bangkitnya nasionalisme di Eropa dan dunia Arab,...” namun menelisik lebih dalam Zionisme adalah penolakan/ negasi terhadap kehidupan diaspora (shelilat ha-galut). Secara ringkas Zionisme menolak kehidupan diaspora Yahudi yang sudah berumur berabad-abad itu, yang diwarnai dengan penganiayaan, pengusiran, migrasi, dan asimilasi. Bagi Zionisme dampak dari diaspora membentuk Yahudi yang berwatak budak, impoten, tergantung pada belas kasihan orang lain, pengecut, licik, lemah, dan berjiwa dangkal.”
Sejarah penindasan
yang dialami Yahudi- Israel membuat mereka menginginkan sebuah negara atau yang
disebut “Tanah Terjanji” untuk menjadi tempat tinggal mereka. Konflik Israel-
Palestina seringkali digambarkan sebagai konflik Yahudi-Islam dan bahkan salah
satu Kota Suci Jerussalem pun di klaim
oleh Yahudi sebagai wilayah yang dijanjikan Tuhan pada mereka yang selama ini
tertindas.
Eko Marhaendy (T.
Tahun: 10) mengungkapkan bahwa “Pembagian
Jerusalem– menjadi bagian Israel dan bagian Palestina – sulit untuk
dilaksanakan karena peta demografi tidak mudah diubah menjadi peta politik.
Meskipun peta tersebut telah terbagi sebagai wilayah yang dihuni orang-orang
Israel dan wilyah lain yang dihuni orang-orang Palestina, Jerusalem akan
semakin sulit dibagi karena ia merupakan simbol tiga agama besar yang letaknya
saling berdekatan”.
Ada
beberapa faktor yang menguatkan Israel mengklaim wilayah yang semula wilayah
Palestina, yaitu sebagai berikut.
•
Kitab Perjanjian Lama Bab Genesis 15:18 yang mengatakan:
Pada hari ini Tuhan membuat perjanjian dengan Ibrahim melalui firman, ‘Untuk
keturunanmu Aku berikan tanah ini, dari Sungai Mesir hingga Sungai Besar
Eufrat’
•
Deklarasi Balfour pada bulan November 1917 M oleh Arthur
James Balfour yang sebelumnya atas kesepakatan Sykes Picot dan pembagian daerah kekuasaan di Timur Tengah dengan
Prancis. Dalam deklarasi tersebut dikatakan:
“Pemerintah Inggris
menyetujui didirikannya sebuah tanah air bagi bangsa Yahudi di Palestina, dan
berusaha dengan sebaik-baiknya untuk melancarkan pencapaian tujuan ini, setelah
dipahami secara jelas bahwa tidak akan dilakukan sesuatu yang dapat merugikan
hak-hak sipil dan hak-hak keagamaan komunitas non Yahudi yang ada di Palestina,
atau hak-hak dan status politik yang dinikmati oleh setiap bangsa Yahudi di
negara lain” (Bakar, 2008)
•
Resolusi Majelis Umum PBB No. 181 tahun 1947 M yang membagi
Palestina menjadi tiga wilayah. Wilayah Palestina, Wilayah Israel dan
Jerussalem sebagai zona internasional.
Hingga
sekarang ini, konflik masih terus berlanjut. Berikut adalah Kronologi Konflik
Israel-Palestina secara singkat.
Tahun
|
Peristiwa
|
Deskripsi
|
1917
|
Deklarasi
Balfour
|
2
November 1917 Inggris memenangkan Deklarasi Balfour yang dipandang pihak
Yahudi dan Arab sebagai janji untuk mendirikan tanah air bagi kaum Yahudi di
Palestina.
|
1922
|
Mandat
Palestina
|
|
1936-1939
|
Revolusi
Arab
|
Pimpinan
Amin al Husein yang menyebabkan tidak kurang 5000 warga Arab terbunuh
|
1947
|
Rencana
pembagian
wilayah
oleh PBB
|
29
November 1947, Perserikatan Bangsa-Bangsa menyetujui untuk mengakhiri Mandat
Britania untuk Palestina dari tanggal 1 Agustus 1948 dengan pemecahan wilayah
mandat
|
1948
|
Deklarasi
Negara Israel
|
Israel
diproklamirkan pada tanggal 14 Mei 1948, sehari kemudian langsung diserang
oleh tentara dari Libanon, Yordania, Mesir, Irak, dan negara Arab lainnya.
Israel berhasil memenangkan peperangan dan merebut + 70% dari luas total
wilayah mandat PBB Britania Raya.
|
1949
|
Persetujuan
gencatan
senjata
|
3
April 1949, Israel dan Arab sepakat untuk melakukan gencatan senjata. Israel
mendapat kelebihan 50 persen lebih banyak dari yang diputuskan rencana
pemisahan PBB
|
1956
|
Perang
Suez
|
29
Oktober 1965, Krisis Suez, sebuah serangan meliter terhadap Mesir dilakukan
oleh Britania Raya, Perancis dan Israel.
|
1964
|
Organisasi
Pembebasan
Palestina
(PLO)
|
Berdiri
Mei 1964, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) resmi berdiri, tujuannya
untuk menghancurkan Israel.
|
1967
|
• Perang
enam hari
• Resolusi
Khartoum
|
•
Dikenal dengan perang Arab-Israel 1967, merupakan
peperangan antara Israel menghadapi gabungan tiga negara Arab: Mesir,
Yordania dan Suriah, yang mendapatkan bantuan aktif dari Irak, Kuwait, Arab
Saudi, Sudan dan Aljazair. Perang tersebut berlangsung selama 132 jam 30
menit.
•
Sebuah pertemuan 8 pemimpin negara Arab pada tanggal 1
September 1967 karena terjadinya perang enam hari. Resolusi ini berlanjut ke
perang Yom Kippur tahun 1973.
|
1968
|
Palestina
menuntut
pembekuan
Israel
|
Perjanjian
Nasional Palestina dibuat, dan secara resmi Palestina menuntut pembekuan
Israel.
|
1970
|
War of Attrition
|
Setelah
perang enam hari (5-10 Juni 1967), terjadi insiden serius di Terusan Suez.
Tembakan pertama dilepaskan 1 Juli 1967, ketika pasukan Mesir menyerang
patroli Israel, dan ini merupakan awal dari perang War of Attrition.
|
1973
|
Perang
Yom Kippur
|
Dikenal
juga dengan Perang Ramadhan pada tanggal 6-26 Oktober 1973 karena bertepatan
dengan bulan ramadhan. Perang ini merupakan perang antara pasukan Israel
melawan koalisi negara-negara Arab yang dipimpin oleh Mesir dan Suriah,
terjadi pada hari raya Yom Kipur,
hari raya yang paling besar dalam tradisi orang-orang Yahudi.
|
1978
|
Kesepakatan
Camp David
|
Ditandatangani
pada tanggal 17 September 1978 di Gedung Putih yang diselenggarakan untuk
perdamaian di Tmur Tengah. Jimmy Carter (Presiden Amerika Serikat) memimpin
perundingan rahasia yang berlangsung selama 12 hari antara Presiden Mesir,
Anwar Sadat, dan Perdana Menteri Israel, Menachem Begin.
|
1982
|
Perang
Libanon
|
Perang
antara Israel dan Libanon yang terjadi pada tanggal 6 Juni 1982 ketika
angkatan bersenjata Israel menyerang Libanon Selatan.
1990-1991
Perang
Teluk
1993
Kesepakatan
damai antara
Palestina
dan Israel
13
September 1993, Israel dan PLO sepakat untuk saling mengakui kedaulatan
masing-masing. Pertemuan Yaser Arafat dan Israel Yitzhak Rabin berhasil
melahirkan kesepakatan OSLO. Rabin bersedia menarik pasukannya dari Tepi
Barat dan Jalur Gaza serta memberi Arafat kesempatan menjalankan sebuah
lembaga semi otonom yang bisa memerintah di kedua wilayah. Arafat mengakui
hak negara Israel untuk eksis secara aman dan damai.
1996
Kerusuhan
terowongan al-
Aqsha
Israel
sengaja membuka terowongan Masjid al Aqsha untuk memikiat para turis dan
membahayakan fondasi mesjid bersejarah, pertempuran berlangsung beberapa
hari.
1997
Israel
menarik pasukannya dari Hebron, Tepi Barat
1998
Perjanjian
Wye River
Oktober
1998, Perjanjian Wye River yang berisi penarikan Israel dan dilepaskannya
tahanan politik dan kesediaan Palestina untuk menerapkan butir-butir
perjanjian Oslo, termasuk soal penjualan senjata ilegal.
2000
KTT
Camp David
2002
Israel
membangun tembok pertahanan di tepi Barat diiringi rangkaian serangan bunuh
diri Palestina
2002
Israel
membangun tembok pertahanan di tepi Barat diiringi rangkaian serangan bunuh
diri Palestina
2004
Mahkamah
Internasional menetapkan pembangunan batas pertahanan menyalahi hukum
internasional dan Israel harus merobohkannya
2005
Mahmud
Abbas terpilih menjadi Presiden 9 Januari 2005, Mahmud Abbas dari al Fatah
terpilih sebagai Presiden Otoritas Palestina menggantikan Yaser Arafat yang
wafat pada 11 November 2004
Juni
2005, pertemuan Mahmud Abbas dan Ariel Sharon di Yerusalem. Mahmud Abbas
mengulur Jadwal Pemili karena mengkhawatirkan kemenangan diraih pihak Hammas
Agustus
2005, Israel hengkang dari pemukiman Gaza dan empat wilayah pemukiman di Tepi
Barat
2006
Hamas
memenangkan
Pemilu
Januari
2006, Hammas memenangkan kursi Dewan Legislatif, menyudahi dominasi fatah
selama 40 tahun
2008
Januari-Juli,
ketegangan meningkat di Gaza. Israel memutus suplai listrik dan gas, Hamas
dituding tidak mampu mengendalikan kekerasan November 2008, Hamas batal ikut
serta dalam pertemuan univikasi Palestina yang dilaksanakan di Kairo, Mesir.
Serangan roket kecil berjatuhan di wilayah
Israel.
26
Desember 2008, Agresi Israel ke Jalur Gaza. Israel melancarkan Operasi Oferet
Yetsuka, yang dilanjutkan dengan serangan udara ke pusat-pusat operasi Hamas.
Persengketaan Jalur Gaza
Jalur Gaza adalah sebuah kawasan yang terletak di pantai
timur laut tengah, berbatasan dengan Mesir di sebelah barat daya, dan Israel di
sebelah timur. Jalur Gaza memliki panjang sekitar 41 kilometer dan lebar antara
6 sampai 12 kilometer. Populasi di Jalur Gaza berjumlah sekitar 1,7 juta jiwa.
Mayoritas penduduknya besar dan lahir di Jalur Gaza, selebihnya merupakan
pengungsi palestina yang melarikan diri ke Gaza setelah meletusnya perang
Arab-Israel tahun 1948. Populasi di Jalur Gaza didominasi oleh Muslim Sunni.
Tingkat pertumbuhannya pertahun mencapai angka 3,2% menjadikannya sebagai
wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk tertinggi ke-7 di dunia. Jalur Gaza
memperoleh batas-batasnya saat ini pada akhir tahun 1948, yang ditetapkan
melalui perjanjian genjatan senjata
Israel-Mesir pada tanggal 24 Februari 1949. Pasal V dari perjanjian ini
menyatakan bahwa garis demarkasi di Jalur Gaza bukanlah merupakan perbatasan
internasional. Jalur Gaza selanjutnya diduduki oleh Mesir.
Pada awalnya Jalur
Gaza secara resmi dikelola oleh Pemerintah Palestina yang didirikan oleh Liga
Arab pada bulan September 1948, sejak pembubaran pemerintahan Palestina pada
tahun 1959 hingga 1967 Jalur Gaza secara langsung dikelola oleh seorang
gubernur militer Mesir. Israel merebut dan menduduki Jalur Gaza dalam perang
enam hari pada tahun 1967. Berdasarkan persetujuan damai Oslo yang disahkan
pada tahun 1993 otoritas Palestina ditetapkan sebagai badan admistratif yang
mengelola pusat kependudukan Palestina. Israel mempertahankan kontrolnya
terhadap Jalur Gaza di wilayah udara, wilayah perairan, dan lintas perbatasan
darat dengan mesir. Israel secara sepihak menarik diri dari Jalur Gaza pada
tahun 2005. Jalur Gaza merupakan bagian dari teritori Palestina sejak bulan
Juli 2007, setelah pemilihan umum legislatif Palestina 2006 dan setelah
pertempuran Gaza Hamas menjadi penguasa de facto di Jalur Gaza yang kemudian
membentuk Pemerintahan Hamas di Gaza.
Keputusan PBB mengeluarkan resolusi The UN Partition Plan dan berdirinya negara Israel ditentang oleh
negara-negara Arab sehingga mendorong pecahnya perang Arab-Israel (Perang
Al-Nakbah) tahun 1948. Israel harus menghadapi serangan Yordania, Irak, Syria,
Lebanon, dan Mesir. Perang yang dimenangkan oleh Israel tersebut berakhir
melalui serangkaian kesepakatan gencatan senjata Januari – Juli 1949 antara
Israel dengan Mesir, Lebanon, Yordania, dan Syria. Pada dasarnya, gencatan
senjata tersebut mempertahankan kedudukan teritorial yang dihasilkan melalui
perang. Hasilnya adalah Israel menguasai tiga perempat wilayah Palestina, 21%
lebih luas daripada Rencana Pembagian yang diajukan oleh PBB tahun 1947. Karena
dalam perang Al-Nakhbah, Israel berhasil merebut beberapa wilayah Palestina
dari tentara negara-negara Arab. Gencatan senjata pasca perang menyepakati
bahwa Tepi Barat dan Jerusalem Timur berada di bawah kontrol Yordania, wilayah
Gaza dan sekitarnya di bawah kontrol Mesir, sedangkan sisanya menjadi bagian
dari negara baru, Israel. Dari sinilah mulai muncul istilah “Jalur Gaza”, yaitu
wilayah Gaza dan sekitarnya yang di dalam naskah gencatan senjata setelah
perang Arab-Israel pertama diakui sebagai entitas terpisah di bawah pengawasan
Mesir.
Jalur Gaza sempat diduduki oleh Israel ketika Israel
menyerang Mesir pada tanggal 2 November 1956 karena nasionalisasi Terusan Suez.
Israel menarik pasukannya dari Jalur Gaza pada bulan Maret 1957. Namun
kemudian, pecah Perang Enam hari pada tanggal 5-11 Juni 1967. Perang yang
disebabkan ketegangan yang masih berkelanjutan antara negara-negara Arab dan
Israel ini mengakibatkan Jalur Gaza dikuasai kembali oleh Israel. Setelah
mengalahkan Mesir dalam perang ini, Israel tidak hanya menguasai Jalur Gaza,
tapi juga Tepi Barat, Jerusalem Timur, Dataran Tinggi Golan, dan Gurun Sinai.
Perang selama enam hari telah mengakibatkan gelombang eksodus kedua penduduk
Palestina dari tempat tinggal mereka (eksodus pertama terjadi pada perang
Al-Nakhbah, 1948). Tercatat sebanyak 250.000 penduduk Tepi Barat, 70.000
penduduk Jalur Gaza, dan 90.000 penduduk Dataran Tinggi Golan menjadi pengungsi
selama perang. Sejak Israel memenangkan perang dan menguasai wilayah yang lebih
luas, rakyat Palestina berada di bawah pengawasan militer Israel. Israel mulai
menghancurkan rumah-rumah penduduk Palestina, gencar membangun pemukiman bagi
orang-orang Yahudi, membangun pos-pos pemeriksaan, dan menjaga ketat
pintu-pintu gerbang di Jalur Gaza. Pada 6 Oktober 1973, Mesir dan Syria
menyerang Israel (Perang Yom Kippur) dengan tujuan untuk mengambil kembali
wilayah yang diokupasi Israel akibat perang 1967.
Tujuan tersebut baru terealisasi pada 17 September 1978
ketika Mesir dan Israel menyepakati perjanjian damai di Camp David. Selain
dikembalikannya Semenanjung Sinai di bawah kontrol Mesir, perjanjian Camp David
juga memuat rencana pembentukan otoritas pemerintahan sendiri di Tepi Barat dan
Jalur Gaza. Pada tahun 1994, Israel menarik diri dari sebagian wilayah Jalur
Gaza sebagai konsekuensi dari kesepakatan Oslo 1993 antara Israel dan PA (inti
kesepakatan ini adalah Gaza merupakan bagian dari Palestina dan Palestina
berhak membentuk pemerintahan sendiri). Sejak itu, Israel dan Palestinian Authority (PA) berbagi
kekuasaan di Jalur Gaza. PA melakukan kontrol terhadap sipil sedangkan Israel
melakukan pengawasan militer, bertanggung jawab penuh terhadap urusan luar
negeri, perbatasan, dan keamanan terutama di sepanjang perbatasan
internasional, yaitu dengan Mesir dan Yordania, serta keamanan pemukiman Israel
yang ada di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Titik terang masalah Palestina muncul
ketika Perdana Menteri Israel, Ariel Sharon, mengajukan Disengagement Plan sejak Desember 2003 dan akhirnya disepakati
bersama Mesir, Yordania, dan PA pada pertemuan Sharm e-Sheikh tanggal 8
Februari 2005. Disengagement Plan
merupakan kebijakan penarikan mundur dari Jalur Gaza dan Tepi Barat bagian
utara, baik militer maupun penduduk Israel, mulai pada tanggal 17 Agustus 2005
dan berakhir pada 12 September 2005. Keputusan tersebut menandai berakhirnya
kekuasaan militer Israel atas Jalur Gaza yang sudah berlangsung sejak 1967 yang
mengakibatkan 1.700 keluarga Yahudi yang tersebar di 21 pemukiman di Jalur Gaza
terpaksa meninggalkan wilayah tersebut. Mengapa Jalur Gaza diperebutkan karena
Jalur Gaza cukup strategis wilayahnya.
Perkembangan Jalur Gaza Terkini
Israel melancarkan
lebih dari 200 serangan udara atas Jalur Gaza hari Sabtu, selagi tembakan roket
militan Hamas terus melumpuhkan Israel selatan. Asap hitam mengepul ke udara
setelah pesawat-pesawat tempur Israel menyerang kantor perdana menteri, kantor
polisi, dan kediaman komandan militer, serta gudang dan terowongan
penyelundupan senjata di Gaza. ( 11/17/2012).
Di kota Jerusalem, Israel dan Hamas melanjutkan saling
serang dengan sengit, hari Sabtu, sementara pasukan Israel berkumpul di
perbatasan Gaza, bersiap akan kemungkinan serangan darat. Militer Israel
melancarkan lebih dari 200 serangan udara terhadap Jalur Gaza yang dikuasai
Hamas hari Sabtu, menarget gedung-gedung pemerintah termasuk kantor Perdana
Menteri Ismail Haniyeh dan Kabinet Hamas. Haniyeh tidak berada di sana ketika
itu. Misil Israel juga menghantam lokasi-lokasi peluncuran roket dan
terowongan-terowongan penyelundupan senjata. Juru bicara pemerintah Israel Mark
Regev mengatakan, tujuan serangan itu untuk mengakhiri serangan roket ke Israel.
“Kami bertindak sekarang untuk menciptakan situasi di mana Hamas mengerti bahwa
mereka tidak boleh menyerang warga sipil Israel. Kami ingin menciptakan
perdamain dan ketenangan bagi warga di selatan, bagi seluruh rakyat Israel.
Saya rasa tujuan itu bisa tercapai,” tegasnya.
Pertahanan misil 'kubah besi' Israel berhasil mencegat roket
Hamas yang diarahkan ke kota Tel Aviv, Sabtu (17/11/12). Hamas yang diserang
habis-habisan terus berusaha menyerang balik. Suara sirine serangan udara
bergema di Israel selatan, ketika orang-orang Palestina menembakkan puluhan
roket ke seberang perbatasan Gaza. Suara sirine itu membuat warga Israel
berlarian ke tempat-tempat perlindungan , sehingga jalan-jalan menjadi lengang.
Khalil al Hayya, seorang pemimpin Hamas di Gaza, mengatakan, Palestina
bertindak untuk membela diri dan tidak akan menyerah. Ia mengatakan, “negara
Zionis membunuh laki-laki, perempuan, dan anak-anak Palestina. Perang tidak
akan berakhir sampai Palestina dan Yerusalem merdeka.’
Operasi udara Israel dimulai Rabu dengan membunuh pemimpin
militer Hamas dalam sebuah serangan udara, setelah serangan roket beberapa
hari. Setelah itu, serangan udara Israel di Jalur Gaza dan serangan roket Hamas
ke Israel semakin gencar. Konflik itu meningkat hari Jumat, ketika Palestina
menembakkan roket yang jatuh di dekat Yerusalem untuk pertama kalinya. Beberapa
roket juga ditembakkan ke Tel aviv. Kedua kota itu sebelumnya tidak bisa
dicapai oleh roket-roket Palestina. Namun, Hamas menyelundupkan roket-roket
jarak jauh buatan Iran.
Karena roket-roket yang ditembakkan dari Gaza tidak
henti-hentinya, kabinet Isreal mengizinkan militer untuk mengaktifkan 75.000
tentara cadangan. Israel telah menempatkan tank-tank dan berbagai kendaraan
lain berlapis baja di perbatasan serta menutup jalan-jalan utama di sekitar
Jalur Gaza. Itu mengisyaratkan Israel siap melancarkan serangan darat ke
wilayah Palestina.
Pejabat-pejabat Palestina mengatakan sudah 40 orang tewas di
Gaza, termasuk militan dan warga sipil, sejak Israel memulai serangan-serangan
udaranya beberapa hari lalu. Roket-roket Hamas menewaskan tiga warga sipil
Israel. Sekitar 10 warga Israel termasuk sejumlah tentara luka-luka akibat
serangan roket hari Sabtu.
Selagi pertempuran hari keempat berkobar, Presiden Amerika
Barack Obama terus menekan Mesir, Turki dan negara-negara lain yang mampu
mempengaruhi Hamas agar membantu mewujudkan gencatan senjata. Berbicara kepada
wartawan yang menyertai Presiden ke Asia Tenggara, Deputi Penasihat Keamanan
Nasional Ben Rhodes mengulangi sikap Amerika bahwa Israel berhak mempertahankan
diri terhadap serangan roket dari Gaza. Ia mengatakan, presiden telah berbicara
dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melalui telepon serta Presiden
Mesir Mohamad Morsi dan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan.
Sabtu malam, menteri-menteri luar negeri Liga Arab di Kairo
bertemu dalam sidang darurat guna membahas tanggapan Arab terhadap pertempuran
itu. Secara terpisah, Presiden Mesir Morsi menjadi tuan rumah pertemuan hari
Sabtu dengan para pemimpin Turki dan Qatar guna mengoordinasikan pengiriman
bantuan darurat ke Gaza.
Solusi Konflik di Jalur Gaza
Berdasarkan pemaparan singkat di atas, tampak jelas bahwa
kunci penyelesaian konflik Palestina-Israel sesungguhnya terletak pada kedua
belah pihak yang bertikai. Penyelesaian konflik Israel Palestina akan sulit
tercapai manakala pihak-pihak yang terlibat konflik tidak mentaati kesepakatan
yang telah diambil. Pada aspek politik, langkah bijak yang tentunya dapat
dilakukan adalah mengidentifikasi berbagai persoalan dari kedua belah pihak
untuk mendapatkan kerja sama dengan kepentingan yang sama dari masing-masing
kebijakan politik keduanya. Sementara pada aspek teologis, dialog merupakan
langkah yang tepat dalam menyelesaikan persoalan keduanya. Selain itu, aspek
teologis agaknya tidak terlalu dominan mewarnai konflik, mengingat dalam
sejarahnya hubungan teologis tiga agama besar pernah terjalin harmonis tanpa
sentuhan “tangan-tangan politik”.
Kesimpulan
Sejarah panjang bangsa Israel-Yahudi membuat mereka
mengaharapkan “Tanah Terjanji” yang termaktub dalam al-kitab mereka membuat
mereka mencaplok paksa wilayah yang telah secara de facto adalah wilayah
Palestina. Hingga turunnya resolusi PBB yang memberikan wilayah Palestina dan
dukungan negara adidaya Amerika Serikat menguatkan mereka dan sampai pada satu
titik yaitu mendeklarasikan diri sebagai sebuah negara pada 14 Mei 1948.
Jalur gaza sebagai salah satu wilayah Palestina kembali
menjadi wilayah Palestina pada tahun 2007 sejak kemenangan pemilu oleh Hamas.
Jalur Gaza yang diawasi ketat oleh Israel pernah jatuh ke tangan Mesir dan
jatuh kembali ke tangan Israel pada 1967. Jatuh bangun wilayah Gaza yang
terletak di Pantai Timur Laut ini menyebabkan Agresi dilakukan oleh Israel
tepatnya pada tanggal 17 Agustus 2005 dan berakhir pada 12 September 2005.
Israel menarik mundur militernya setelah Perdana Menteri Israel, Ariel Sharon,
mengajukan Disengagement Plan sejak
Desember 2003 dan akhirnya disepakati bersama Mesir, Yordania, dan PA pada
pertemuan Sharm e-Sheikh tanggal 8 Februari 2005. Disengagement Plan merupakan kebijakan penarikan mundur dari Jalur
Gaza dan Tepi Barat bagian utara, baik militer maupun penduduk Israel. Keputusan
tersebut menandai berakhirnya kekuasaan militer Israel atas Jalur Gaza yang
sudah berlangsung sejak 1967.
Akhirnya,
perlu upaya dari kedua belah pihak untuk perdamaian. Tentu tidak terlepas pula
dari peran PBB, negara Arab bahkan negara muslim dan negara adidaya Amerika
Serikat dalam kelangsungan perdamaian agar tidak lebih banyak lagi korban
berjatuhan. Diusahakan tidak membawa hal yang bersifat teologis dan politis
tetapi atas namakan humanities untuk
menjaga perdamaian dunia.
Demikianlah artikel tentang Sejarah Konflik Israel dengan Palestina yang sempat kami berikan dan jangan lupa juga untuk menyimak Sejarah 4 Perang Besar Islam yang Terjadi Saat Ramadan.