Sejarah Terjadinya Perang Salib - Sejarah Peradaban Islam memiliki
banyak cerita di dalamnya. Cerita tentang penyebaran, kebudayaan dan
tokoh-tokoh yang berpengaruh. Dalam salah satu bab menceritakan tentang Perang
Salib. Sebagai gambaran, Perang Salib yang familiar bagi kita adalah suatu
perang keagamaan yang sangat terkenal. Jika kita pernah menonton film Kingdom
of Heaven, mungkin kita memiliki sedikit gambaran tentang Perang Salib ini.
Disebut Perang Salib karena para tentara atau pejuang Kristen ini menggunakan
simbol salib ditameng, baju, topi dan segala atribut berperangnya. Perang Salib
ini terbagi atas beberapa periode. Didalamnya, terdapat banyak tokoh-tokoh yang
menarik cerita saat pemimpin perang ini yang dapat menambah wawasan kita.
Sejarah Terjadinya Perang Salib |
A. Pengertian Perang Salib
Perang Salib (The Crusades) adalah gerakan
umat Kristen di Eropa yang memerangi umat Muslim di Palestina secara berulang-ulang
mulai abad ke-11 sampai abad ke-13, dengan tujuan untuk merebut Tanah Suci dari kekuasaan kaum Muslim dan
mendirikan gereja dan kerajaan Latin di Timur. Dinamakan
Perang Salib, karena setiap orang Eropa yang ikut bertempur dalam peperangan
memakai tanda salib pada bahu, lencana dan panji-panji mereka.
Istilah ini juga digunakan untuk
ekspedisi-ekspedisi kecil yang terjadi selama abad ke-16 di wilayah di luar
Benua Eropa, biasanya terhadap
kaum pagan dan kaum non-Kristiani untuk alasan
campuran; antara agama, ekonomi, dan politik. Skema penomoran tradisional atas
Perang Salib memasukkan 9 ekspedisi besar ke Tanah Suci selama Abad ke-11
sampai dengan Abad ke-13. “Perang Salib” lainnya yang tidak bernomor berlanjut
hingga Abad ke-16 dan berakhir ketika iklim politik dan agama di Eropa berubah
secara signifikan selama masa Renaissance.
Perang Salib pada hakikatnya bukan perang agama, melainkan perang merebut kekuasaan
daerah. Hal ini dibuktikan bahwa tentara Salib dan tentara Muslim saling
bertukar ilmu pengetahuan.
B. Sejarah Terjadinya Perang Salib
Terjadinya
Perang Salib antara kedua belah pihak, Islam dengan Kristen disebabkan oleh
faktor-faktor utama yaitu agama, politik dan sosial ekonomi.
1. Faktor
Agama
Pada tahun 1009, kalifah Bani Fatimiyah, Al-Hakim bi-Amr Allah memerintahkan penghancuran Gereja Makam Kudus (Church of the Holy Sepulchre).
Penerusnya memperbolehkan Kekaisaran Byzantium untuk membangun gereja itu
kembali dan memperbolehkan para peziarah untuk berziarah di tempat itu lagi.
Akan tetapi, banyak laporan yang beredar di Barat tentang kekejaman kaum Muslim
terhadap para peziarah Kristen. Laporan yang didapat dari para peziarah yang
pulang ini kemudian memainkan peranan penting dalam perkembangan Perang Salib
pada akhir abad itu. Mereka merasa mendapat perlakuan jelek dari orang-orang
Seljuk yang fanatic. Umat Kristen merasa perlakuan para penguasa Dinasti Seljuk
sangat berbeda dengan para penguasa Islam lainnya yang pernah menguasai kawasan
itu sebelumnya.
tentara atau pasukan salib |
Sebelumnya, Paus Urbanus II
memerintahkan untuk ekspedisi besar-besaran atas permintaan Alexius I yang
ingin merebut kembali Asia Kecil (Anatolia) yang direbut Turki Utsmani.
Semangat ini semakin besar tatkala Paus menerima berita bahwa Khalifah Abdul Hakim-yang menguasai Palestina saat
itu-menaikkan pajak ziarah ke Palestina bagi orang-orang Kristen Eropa. “Ini
perampokan! Oleh karena itu, tanah suci Palestina harus direbut kembali,” kata Paus.
Disanalah kaum Kristen merasa semakin sulit berziarah dan ingin merebut kembali
daerah Palestina.
2. Faktor
Politik
Kekalahan Bizantium (sejak tahun 330 M
disebut Constantinopel atau sekarang Istanbul Turki) tahun 1071 M di Manzikart
(Malazkird atau Malasyird, Armenia) dan Asia kecil jatuh ke bawah kekuasaan
Seljuk, mendorong Kaisar Alexius I Comnenus (Kaisar Constantinopel) meminta
bantuan seperti yang sudah dipaparkan di atas kepada Paus Urbanus II untuk
mengembalikan kekuasaannya di daerah-daerah pendudukan Dinasti Seljuk.
Sementara itu, kondisi kekuasaan Islam sedang melemah sehingga orang-orang
Kristen di Eropa berani untuk ikut dalam Perang Salib. Dinasti Fathimiyah dalam
keadaan lumpuh dan kekuasaan Islam di Andalusia semakin goyah dengan dikuasainya
Toledo dan Sicilia oleh Kristen Spanyol.
tentara atau pasukan muslim |
3. Faktor Sosial Ekonomi
Pedagang-pedangan besar di pantai
timur Laut Tengah, terutama yang berada di kota Venezia, Genoa dan Pisa
berambisi untuk menguasai kota-kota dagang di sepanjang pantai timur dan
selatan Laut Tengah sehingga rela menanggung sebagian dana Perang Salib.
Apabila pihak Kristen Eropa menang, mereka menjadikan kawasan itu sebagai pusat
perdagangan mereka. Stratifikasi sosial masyarakat Eropa terdiri dari tiga
kelompok yaitu kaum gereja, kaum bangsawan dan ksatria dan rakyat jelata.
Ketika rakyat jelata dimobilisasi oleh pihak gereja untuk ikut Perang Salib
dijanjikan kebebasan dan kesejahteraan yang lebih baik bila menang perang,
mereka menyambut secara spontan dan berduyun-duyun terlibat dalam perang itu.
Saat itu, di Eropa berlaku hukum waris
bahwa anak tertua yang berhak menerima harta warisam, apabila anak tertua
meninggal maka harta warisan harus diserahkan kepada gereja. Oleh karena itu,
populasi orang miskin meningkat sehingga anak-anak yang miskin beramai-ramai
mengikuti seruan mobilisasi umum Perang Salib dengan harapan mendapatkan
perbaikan ekonomi.
Pada tahun 1063, Paus Alexander II memberikan restu kepausan bagi kaum Kristen Iberia untuk memerangi kaum Muslim. Paus memberikan baik restu
kepausan standar maupun pengampunan bagi siapa saja yang terbunuh dalam
pertempuran tersebut. Maka, permintaan yang datang dari Kekaisaran Byzantium yang sedang terancam oleh ekspansi
kaum MuslimSeljuk, menjadi
perhatian semua orang di Eropa. Hal ini terjadi pada tahun 1074, dari Kaisar Michael VII kepada Paus Gregorius VII dan sekali lagi pada tahun 1095, dari
Kaisar Alexius I Comnenus kepada Paus Urbanus II.
Seorang tentara Salib, sesudah
memberikan sumpah sucinya, akan menerima sebuah salib dari Paus atau wakilnya
dan sejak saat itu akan dianggap sebagai “tentara gereja”. Hal ini sebagian
adalah karena adanya Kontroversi
Pentahbisan, yang berlangsung mulai tahun 1075 dan masih berlangsung selama Perang Salib Pertama. Karena kedua
belah pihak yang terlibat dalam Kontroversi
Pentahbisan berusaha untuk
menarik pendapat publik, maka masyarakat menjadi terlibat secara pribadi dalam
pertentangan keagamaan yang dramatis. Hasilnya adalah kebangkitan semangat
Kristen dan ketertarikan publik pada masalah-masalah keagamaan. Hal ini
kemudian diperkuat oleh propaganda keagamaan tentang Perang untuk Keadilan
untuk mengambil kembali Tanah Suci – yang termasuk Yerusalem (dimana kematian, kebangkitan dan
pengangkatan Yesus ke Surga terjadi menurut ajaran Kristen) dan Antiokhia (kota Kristen yang pertama) - dari
orang Muslim. Selanjutnya, “Penebusan Dosa” adalah faktor penentu dalam hal
ini. Ini menjadi dorongan bagi setiap orang yang merasa pernah berdosa untuk
mencari cara menghindar dari kutukan abadi di Neraka.
Persoalan ini diperdebatkan dengan
hangat oleh para tentara salib tentang apa sebenarnya arti dari “penebusan
dosa” itu. Kebanyakan mereka percaya bahwa dengan merebut Yerusalem kembali,
mereka akan dijamin masuk surga pada saat mereka meninggal dunia. Akan tetapi,
kontroversi yang terjadi adalah apa sebenarnya yang dijanjikan oleh paus yang
berkuasa pada saat itu. Suatu teori menyatakan bahwa jika seseorang gugur
ketika bertempur untuk Yerusalemlah “penebusan dosa” itu berlaku. Teori ini
mendekati kepada apa yang diucapkan oleh Paus Urbanus II dalam
pidato-pidatonya. Ini berarti bahwa jika para tentara salib berhasil merebut
Yerusalem, maka orang-orang yang selamat dalam pertempuran tidak akan diberikan
“penebusan”. Teori yang lain menyebutkan bahwa jika seseorang telah sampai ke
Yerusalem, orang tersebut akan dibebaskan dari dosa-dosanya sebelum Perang
Salib. Oleh karena itu, orang tersebut akan tetap bisa masuk Neraka jika
melakukan dosa sesudah Perang Salib. Seluruh faktor inilah yang memberikan
dukungan masyarakat kepada Perang Salib Pertama dan kebangkitan keagamaan pada
abad ke-12.
C. Periodisasi Perang Salib
Dikutip
dari Wikipedia terdapat empat periodisasi Perang Salib, yakni Perang Salib I,
perang Salib II, Perang Salib III dan Perang Salib IV.
1. Perang
Salib I
Pada musim semi tahun 1095 M, 150.000
orang Eropa, sebagian besar
bangsa Perancis dan Norman,
berangkat menuju Konstantinopel,
kemudian ke Palestina. Tentara Salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymond ini memperoleh kemenangan besar. Pada
tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil menaklukkan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa).
Di sini mereka mendirikan County Edessa dengan Baldwin sebagai raja. Pada tahun yang sama
mereka dapat menguasai Antiokhia dan mendirikan Kepangeranan Antiokhia di Timur, Bohemond dilantik menjadi
rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Baitul
Maqdis (Yerusalem) pada 15 Juli
1099 M dan mendirikan Kerajaan
Yerusalem dengan rajanya,
Godfrey. Setelah penaklukan Baitul Maqdis itu, tentara Salib melanjutkan
ekspansinya. Mereka menguasai kota Akka (1104 M), Tripoli (1109 M) dan kota Tyre (1124
M). Di Tripoli mereka mendirikan County Tripoli, rajanya adalah
Raymond.
Selanjutnya, Syeikh Imaduddin Zengi pada tahun 1144 M, penguasa Mosul dan Irak,
berhasil menaklukkan kembali Aleppo, Hamimah,
dan Edessa. Namun ia wafat tahun
1146 M. Tugasnya dilanjutkan oleh puteranya, Syeikh Nuruddin Zengi. Syeikh Nuruddin
berhasil merebut kembali Antiokhia pada tahun 1149 M dan pada tahun 1151
M, seluruh Edessa dapat direbut kembali.
2. Perang
Salib II
Kejatuhan County Edessa ini
menyebabkan orang orang Kristen mengobarkan Perang Salib kedua. Paus
Eugenius IIImenyampaikan perang suci yang disambut positif oleh raja Perancis Louis VII dan raja Jerman Conrad II. Keduanya memimpin pasukan
Salib untuk merebut wilayah Kristen di Syria.
Akan tetapi, gerak maju mereka dihambat oleh Syeikh Nuruddin Zengi. Mereka
tidak berhasil memasuki Damaskus.
Louis VII dan Conrad II sendiri melarikan diri pulang ke negerinya. Syeikh
Nuruddin wafat tahun 1174 M.
Pimpinan perang kemudian dipegang oleh
Sultan Shalahuddin al-Ayyubi yang
berhasil mendirikan dinasti
Ayyubiyah di Mesir tahun 1175 M, setelah berhasil
mencegah pasukan salib untuk menguasai Mesir. Hasil peperangan Shalahuddin yang
terbesar adalah merebut kembali Yerusalem pada tahun 1187 M, setelah beberapa
bulan sebelumnya dalam Pertempuran
Hittin, Shalahuddin berhasil mengalahkan pasukan gabungan County Tripoli dan
Kerajaan Yerusalaem melalui taktik penguasaan daerah. Dengan demikian
berakhirlah Kerajaan Latin di Yerussalem yang berlangsung selama 88 tahun
berakhir. Sehabis Yerusalem, tinggal Tirus merupakan kota besar Kerajaan
Yerusalem yang tersisa. Tirus yang saat itu dipimpin oleh Conrad dari Montferrat berhasil sukses dari pengepungan yang
dilakukan Shalahuddin sebanyak dua kali. Shalahuddin kemudian mundur dan
menaklukan kota lain, seperti Arsuf dan Jaffa.
3. Perang Salib III
Jatuhnya Yerussalem ke tangan kaum Muslim sangat memukul perasaan Tentara Salib.
Mereka pun menyusun rencana balasan. Selanjutnya, Tentara Salib dipimpin oleh Frederick Barbarossa raja Jerman, Richard si Hati Singa raja Inggris,
danPhilip Augustus raja Perancis memunculkan Perang Salib III. Pasukan
ini bergerak pada tahun 1189 M dengan dua jalur berbeda. Pasukan Richard dan
Philip melalui jalur laut dan pasukan Barbarossa - saat itu merupakan yang
terbanyak di Eropa - melalui jalur darat, melewati Konstantinopel. Namun, Barbarossa meninggal di daerah Cilicia karena tenggelam di sungai, sehingga
menyisakan Richard dan Philip. Sebelum menuju Tanah Suci, Richard dan Philip
sempat menguasaiSiprus dan
mendirikan Kerajaan Siprus.
Meskipun mendapat tantangan berat dari
Shalahuddin, namun mereka berhasil merebut Akka yang kemudian dijadikan ibu kota
kerajaan Latin. Philip kemudian balik ke Perancis untuk
"menyelesaikan" masalah kekuasaan di Perancis dan hanya tinggal
Richard yang melanjutkan Perang Salib III. Richard tidak mampu memasuki Palestina lebih jauh, meski bisa beberapa kali
mengalahkan Shalahuddin. Pada tanggal 2 Nopember 1192 M, dibuat perjanjian
antara Tentara Salib dengan Shalahuddin yang disebut dengan Shulh al-Ramlah. Dalam
perjanjian ini disebutkan bahwa orang-orang Kristen yang pergi berziarah ke Baitul Maqdis tidak akan diganggu.
4. Perang Salib IV
Pada tahun 1219 M, meletus kembali
peperangan yang dikenal dengan Perang Salib periode keenam, dimana tentara
Kristen dipimpin oleh raja Jerman, Frederik II, mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum ke Palestina, dengan harapan dapat
bantuan dari orang-orang Kristen
Koptik. Dalam serangan tersebut, mereka berhasil menduduki Dimyath, raja Mesir dari Dinasti
Ayyubiyah waktu itu, al-Malik al-Kamil, membuat penjanjian
dengan Frederick. Isinya antara lain Frederick bersedia melepaskan Dimyath,
sementara al-Malik al-Kamil melepaskan Palestina, Frederick menjamin keamanan
kaum muslimin di sana, dan Frederick tidak mengirim
bantuan kepada Kristen di Syria.
Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum
muslimin tahun 1247 M, pada masa pemerintahan al-Malik
al-Shalih, penguasa Mesir selanjutnya.
Ketika Mesir dikuasai oleh Dinasti Mamalik yang menggantikan posisi Dinasti Ayyubiyyah, pimpinan perang
dipegang olehBaibars, Qalawun,
dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.
Pada masa merekalah Akka dapat direbut kembali oleh kaum Muslim
tahun 1291 M. Demikianlah Perang Salib yang berkobar di Timur. Perang ini tidak
berhenti di Barat, di Spanyol,
sampai umat Islam terusir dari sana.
Tambahan yang dikutip dari buku
Sejarah Peradaban Islam oleh Ratu Suntiah, M.Ag dan Maslani M.Ag, pada periode
ketiga Perang Salib atau menurut Wikipedia Perang Salib IV, telah terukir dalam
sejarah munculnya pahlawan wanita yang terkenal gagah berani yaitu Syajar
ad-Durr. Ia berhasil menghancurkan pasukan raja Louis IX dari Perancis dan
sekaligus menangkap raja tersebut. Pahlawan wanita inipun telah mampu
menunjukkan sikap kebesaran Islam dengan membebaskan dan mengizinkan raja Louis
IX kembali ke negerinya. Setelah Mesir dikuasai Dinasti Mamalik, pimpinan perang
dipegang oleh Baybars yang berhasil merebut kembali seluruh benteng yang
dikuasai tentara Salib. Pada tahun 1286 M, kota Yaffa dapat ditaklukkan, tahun
1289 M menaklukan kota Tripoli (Libanon) dan kota Akka dikuasai pada tahun 1291
M. Sejak saat itu tentara Salib habis di seluruh benua Timur.
Sedangkan Christopher Tyerman membagi
Perang Salib ke dalam 9 periode.
Pertama, sejak tahun 1905 M sampai 1099 M.
Sepanjang periode ini berhasil membangun 4 kerajaan, yakni Kerajaan Jerusalem,
Kerajaan Antiokhia, Kerajaan Edessa dan Kerajaan Tripoli.
Kedua, sejak tahun 1147 M sampai 1149 M.
Pada periode ini, kemenangan ada di pihak umat muslim.
Ketiga, sejak tahun 1187 M sampai 1192 M.
Selama periode ini, Shalahuddin menjadi tokoh yang tidak hanya dihormati oleh
umat Islam, tetapi juga umat Kristen, karena terkenal kebijaksanaannya.
Keempat, sejak tahun 1202 M hingga 1204 M.
Pada periode ini Paus Innocent III bermaksud mengusir Ayyubiyah Mesir.
Kelima, sejak tahun 1217 M sampai 1221 M.
Sejak tahun 1221 M, pihak muslim dan Kristen menyetujui perjanjian damai selama
8 tahun. Tentara Salib melanggar janji. Akhirnya, mereka melakukan perlawanan
kembali.
Keenam, sejak tahun 1228 M sampai 1229 M.
Kristen menguasai sebagian besar Jerusalem, sedangkan orang muslim diberi kekuasaan
terhadap Masjid Al-Aqsha.
Ketujuh, sejak tahun 1248 M sampai 1254 M.
Pada tahun 1243 M, kaum Templar Kristen melanggar perjanjian perdamaian dan
berkonflik dengan Mesir. Tetapi, mereka menelan kekalahan, dan tentara muslim
pun tetap tak terkalahan.
Kedelapan, sejak tahun 1270 M hingga 1271 M.
Tentara Salib kali ini hendak menaklukan Tunisia. Tetapi, hanya 2 bulan
berselang, Lois IX meninggal dunia.
Kesembilan, sejak tahun 1271 M sampai 1272 M.
Dengan jatuhnya Antiokhia (pada tahun 1268 M), orang-orang Kristen dibantai
oleh tentara Muslim sehingga pemerintahan Kristen di Levant habis kisahnya.
Pada tahun 1400-an, Turki Utsmani yang di pimpin oleh Mehmed II tidak hanya
menjajah sejumlah kerajaan di Eropa, Asia, dan Afrika, tetapi juga berhasil
membersihkan sisa-sisa tentara salib di Timur Tengah.
D.
Kondisi Sesudah Perang Salib dan Pengaruhnya
Perang Salib Pertama melepaskan gelombang semangat perasaan
paling suci sendiri yang diekspresikan dengan pembantaian terhadap orang-orang Yahudi yang menyertai pergerakan tentara
Salib melintasi Eropa dan juga perlakuan kasar terhadap
pemeluk Kristen Ortodoks Timur. Kekerasan terhadap Kristen
Ortodoks ini berpuncak pada penjarahan kota Konstantinopel pada tahun 1024, dimana seluruh
kekuatan tentara Salib ikut serta. Selama terjadinya serangan-serangan terhadap
orang Yahudi, pendeta lokal dan orang Kristen berupaya melindungi orang Yahudi
dari pasukan Salib yang melintas. Orang Yahudi seringkali diberikan
perlindungan di dalam gereja atau bangunan Kristen lainnya, akan tetapi, massa
yang beringas selalu menerobos masuk dan membunuh mereka tanpa pandang bulu.
kondisi sesudah perang salib |
Pada abad ke-13, Perang Salib tidak
pernah mencapai tingkat kepopuleran yang tinggi di masyarakat. Sesudah kota Akka jatuh untuk terakhir kalinya pada
tahun 1291 dan sesudah penghancuran bangsa Ositania (Perancis Selatan) yang berpaham Katarisme pada Perang
Salib Albigensian, ide Perang Salib mengalami kemerosotan nilai yang
diakibatkan oleh pembenaran lembaga Kepausan terhadap agresi politik dan
wilayah yang terjadi di Katolik
Eropa.
Orde Ksatria Salib mempertahankan
wilayah adalah orde Ksatria
Hospitaller. Sesudah kejatuhan Akka yang terakhir, orde ini menguasai Pulau Rhodes dan pada abad ke-16 dibuang ke Malta. Tentara-tentara Salib yang
terakhir ini akhirnya dibubarkan oleh Napoleon
Bonaparte pada tahun 1798.
Pihak Islam pada akhirnya dapat
memenangkan Perang Salib yang sangat melelahkan, berlangsung tahun 1096-1291 M.
Walaupun menang, umat Islam sebenarnya mengalami kerugian yang luar biasa
karena peperangan itu terjadi di kawasan dunia Islam (Turki, Palestina dan
Mesir). Sebaliknya bagi pihak Kristen, mereka menderita kekalahan dalam Perang
Salib, namun mendapatkan hikmah yang tidak ternilai harganya karena mereka
dapat berkenalan dengan kebudayaan dan peradaban Islam yang sudah maju.
Kebudayaan dan peradaban yang mereka peroleh dari Timur-Islam menyebabkan
lahirnya Renaissans (kembali bangkitnya peradaban di Eropa) di Barat.
Kebudayaan yang mereka bawa ke Barat terutama dalam bidang militer, seni,
penidustrian, perdagangan, pertanian, astronomi, kesehatan dan kepribadian.
Perang Salib memiliki efek yang buruk
tetapi terlokalisir pada dunia Islam. Dimana persamaan antara “Bangsa Frank” dengan “Tentara Salib”
meninggalkan bekas yang amat dalam. Muslim secara tradisional mengelu-elukan Saladin, seorang ksatria Kurdi, sebagai pahlawan Perang Salib.
Pada abad ke-21, sebagian dunia Arab, seperti gerakan kemerdekaan Arab dan
gerakan Pan-Islamisme masih terus menyebut keterlibatan
dunia Barat di Timur Tengah sebagai “perang salib”. Perang Salib
dianggap oleh dunia Islam sebagai pembantaian yang kejam dan keji oleh kaum
Kristen Eropa.
Konsekuensi yang secara jangka panjang
menghancurkan tentang perang salib, menurut ahli sejarah Peter Mansfield, adalah pembentukan
mental dunia Islam yang cenderung menarik diri. Menurut Peter Mansfield, “Diserang dari
berbagai arah, dunia Islam berpaling ke dirinya sendiri. Ia menjadi sangat
sensitive dan defensive……sikap yang tumbuh menjadi semakin buruk seiring dengan
perkembangan dunia, suatu proses dimana dunia Islam merasa dikucilkan, terus
berlanjut.”
Dalam bidang militer, dunia Barat
menemukan persenjataan dan teknin berperang yang belum pernah mereka temui sebelumnya
di negerinya, seperti penggunaan bahan-bahan peledak untuk melontarkan peluru,
pertarungan senjata dengan menunggang kuda, teknik melatih burung merpati untuk
kepentingan informasi militer dan penggunaan alat-alat rebana dan gendang untuk
memberi semangat kepada pasukan militer di medang perang.
Dalam bidang perindustrian, mereka
banyak menemukan kain tenun sekaligus peralatan tenun di dunia Timur. Untuk itu
mereka mengimpor berbagai jenis kain seperti mosselin, satin dan damast dari
Timur ke Barat. Mereka juga menemukan berbagai jenis parfum, kemenyan dan getah
Arab yang dapat mengharumkan ruangan.
Dalam bidang pertanian, mereka
menemukan system pertanian yang sama sekali baru di dunia Barat dari dunia
Timur-Islam seperti model irigasi yang praktis dan jenis tumbuh-tumbuhan dan
buah-buahan yang beraneka macam. Di samping itu, mereka menemukan gula yang
dianggap cukup penting.
Dalam bidang perdagangan, Kebutuhan
untuk memuat, mengirimkan dan menyediakan balatentara yang besar menumbuhkan
perdagangan di seluruh Eropa. Jalan-jalan yang sebagian besar tidak pernah
digunakan sejak masa pendudukan Romawi,
terlihat mengalami peningkatan disebabkan oleh para pedagang yang berniat
mengembangkan usahanya. Ini bukan saja karena Perang Salib mempersiapkan Eropa untuk bepergian akan tetapi
lebih karena banyak orang ingin bepergian setelah diperkenalkan dengan
produk-produk dari timur. Hal ini juga membantu pada masa-masa awal Renaissance
di Itali, karena banyak
negara-kota di Itali yang sejak awal memiliki hubungan
perdagangan yang penting dan menguntungkan dengan negara-negara Salib, baik di Tanah Suci maupun kemudian di daerah-daerah bekas Byzantium.
Pertumbuhan perdagangan membawa banyak
barang ke Eropa yang sebelumnya tidak mereka kenal
atau amat jarang ditemukan dan sangat mahal. Barang-barang ini termasuk
berbagai macam rempah-rempah, gading, batu-batu mulia, teknik pembuatan
barang kaca yang maju, bentuk awal dari mesiu,
jeruk, apel, hasil-hasil tanaman Asia lainnya dan banyak lagi.
Sebagai akibat hubungan perniagaan
dengan Timur menyebabkan mereka menggunakan mata uang sebagai alat tukar
barang, sebelumnya mereka menggunakan system barter. Kontak perdagangan antara
Timur dan Barat semakin pesat, dimana Mesir dan Syria sangat besar artinya
sebagai lintas perdagangan. Kekayaan kerajaan dan rakyat kian melimpah hingga
membuka jalan perdagangan sampai ke Tanjung Harapan dan lama kelamaan
perdagangan dan kemajuan Timur berpindah ke Barat (Eropa).
Ilmu astronomi yang dikembangkan Islam
sejak abad ke-9 telah mempengaruhi lahirnya berbagai observatorium di dunia
Barat. Mereka juga meniru rumah sakit dan tempat pemandian. Berita perjalanan
Marcopolo dalam mencari benua Amerika di abad ke-13 sebagai langkah awal
perjalanan Colombus ke Amerika tahun 1492 M. sikap dan kepribadian umat Islam
di Timur telah memberikan pengaruh positif terhadap nilai-nilai kemanusiaan di
Eropa yang sebelumnya tidak mendapatkan perhatian.
Orang Armenia merupakan pendukung
setia Tentara Salib. Di Pegunungan
Kaukasus di Georgia, di dataran tinggiKhevsureti yang terpencil, ada sebuah suku yang
disebut Khevsurs yang dianggap merupakan keturunan
langsung dari sebuah kelompok tentara salib yang terpisah dari induk pasukannya
dan tetap dalam keadaan terisolasi dengan sebagian budaya perang salib yang
masih utuh. Memasuki abad ke-20, peninggalan dari baju perang, persenjataan dan
baju rantai masih digunakan dan terus diturunkan dalam komunitas tersebut. Ahli ethnografi Rusia, Arnold Zisserman, yang menghabiskan 25
tahun (1842 – 1862) di pegunungan Kaukasus, percaya bahwa kelompok dari dataran
tinggi Georgia ini adalah keturunan dari tentara Salib yang terakhir
berdasarkan dari kebiasaan, bahasa, kesenian dan bukti-bukti yang lain.
Penjelajah Amerika Richard
Halliburton melihat dan mencatat
kebiasaan suku ini pada tahun 1935.
E. Tokoh-Tokoh Terkenal dalam Perang
Salib
Tokoh
Terkenal Dari Pihak Islam
1. Abu Ali Mansur Tariqul Hakim (sang penghancur Tanah Suci Jerusalem)
2. Kilij Arsalan (Penghadang Gempuran Tentara Salib Periode Awal)
3. Imaduddin Zanky (Penakluk Negara Salib)
4. Nuruddin
Mahmud (Propagandis Semangat Perang Umat Muslim)
5. Asaduddin Shirkuh (Panglima Perang Muslim Terbesar)
6. Hasan Al-Sabbah (sang Pembunuh Bayaran)
7. Shalahuddin al-Ayyubi (Tokoh Terbesar Kesatria Muslim Sepanjang Sejarah
Perang Salib)
8. Al-Malik
al-Adil Syaifudin; Komandan Perang Ayyubiyah yang tanpa Komporomi
9.
Al-Malik al-Kamil Muhammad Dipuja sekaligus Dicaci
10.
Al-Malik al-Zhahir Baybar; Penangkis Ancaman Salib dab Mongol
Tokoh
Terkenal dari Pihak Kristen
1. Paus Urbanus II; Penyulut Terjadinya Perang Salib I
2. Petrus Hermit; Penyebabar Isu dan Penyulut Api Salib
2. Bohemond I; The New Buamundus Gigas
3. Alexius I Comnenus; Si Licik dari Byzantium
4. Robert II of Flander; Komandan Pusat Tentara Salib Pertama
6. Godfrey de Bouillon; Raja Pertama Negara Salib Jerusalem
7. Guy de Lusignan; si Bijak yang paling dihujat
8. Baldwin
IV; Raja bertopeng yang paling angkuh
9. Richard
the Lion Heart; Panglima terbesar Pasukan salib
10. Frederick II
11. Paus Innocent III; pendendam dan pengucil dari Roma
12. Edward I; si Alim dari Inggris, penyulut perang salib jild terakhir
13. Vlad Dracula III; Ksatria paling ‘haus darah’