Sejarah Terjadinya Perang Uhud - Perang
Uhud adalah perang kedua setelah perang Badar yang dimenangkan oleh kaum
Muslimin.Dengan banyaknya tokoh Quraisy yang meninggal dunia dalam perang Badar mengakibatkan
tersulutnya dendam dari kaum Quraisy terhadap kamum Muslimin. Faktor inilah
yang menyebabkan terjadinya perang Uhud pada tahun ke-3 H.
Sejarah Terjadinya Perang Uhud |
A. Sejarah Perang Uhud
Mendung
kesedihan masih saja menyelimuti kota Makkah. Tak bisa dipungkiri lagi bahwa
kaum Musyrikin Quraisy tak mampu menyembunyikan duka lara mendalam perihal
kekalahan telak mereka pada perang Badar tahun ke-2 Hijriyah, hati mereka
tersayat pilu tak terkira. Berita kalahnya pasukan Quraisy terasa begitu cepat
menyebar keseluruh penjuru kota Makkah, bak awan bergerak menutupi celah celah
langit yang kosong di musim penghujan. Namun sangat disayangkan, kekalahan
telak kaum paganis Quraisy pada perang itu tidak mampu merubah sikap bengis
mereka terhadap kaum muslimin. Dendam kesumat nan membara tertancap kokoh dalam
hati mereka, tewasnya tokoh-tokoh Quraisy berstrata sosial tinggi pada
peristiwa nahas itu semakin menambah kental kebencian Quraisy terhadap kaum
muslimin.
Selain
dikarenakan rasa dendam pada kaum Quraisy, terdapat pula beberapa faktor lain yang menjadi
penyebab terjadinya perang Uhud, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Faktor Agama
Allah
SWT telah memberitahukan bahwa orang-orang musyrik rela menginfakkan harta
mereka untuk menghalangi manusia dari jalan Allah, merintangi dakwah Islam,
mencegah manusia yang mau masuk Islam, dan menghancurkan Islam, kaum Muslimin,
dan Negara Islam yang baru saja berdiri.
Dari
ini terlihat jelas bahwa diantara factor penyebab terpenting terjadinya perang
Uhud adalah factor Agama, yang merupakan salah satu tujuan kaum Quraisy untuk
menghadang manusia dari jalan Allah, menghalangi mengikuti jalan kebenaran, dan
mencegah agar tidak masuk agama Islam, memerangi Rasulullah, dan menumpas
dakwah Islam.
2. Faktor Sosial
Kekalahan
besar pada perang Badar dan terbunuhnya para pembesar Quraisy merupakan
peristiwa beasaryang merendahkan martabat dan membuat terhina orang-orang kafir
Quraisy, serta membuat mereka merasa kehilangan harga diri dan tidak berdaya. Oleh
sebab itu mereka berusaha sekuat tenaga untuk membersihkan noda dan kehinaan
yang melekat pada diri mereka.Mereka bertekad mengumpulkan harta benda untuk
memerangi Rasulullah SAW ketika mereka kembali dari perang Badar.
3. Faktor Ekonomi
Gerakan
tentara yang dibentuk Negara Islam berdampak pada perekonomian Quraisy,
menyebabkan ruang lingkup wilayah perekonomian mereka terbatas.Mobilitas
perekonomian masyarakat Makkah sangat bergantung pada dua perjalanan dagang
yakni musim dingin dan musim panas. Perjalanan musim dingin ke Yaman, mereka
mmbawa barang-barang dari negeri Syam.Dan perjalanan musim panas ke negeri
Syam, mereka membawa barang hasil produksi negeri Yaman.Akan tetapi kedua jalur
ini harus melalui kta Madinnah yang telah dikuasi oleh kamu
Muslimin.Terputusnya salah satu dari dua jalur perdagangan ini menyebabkan
jalur lain menjadi ikut terputus, karena perdagangan mereka ke negeri Syam
bergantung pada barang-barang dari negeri Yaman, demikian juga sebaliknya.
4. Faktor Politik
Kekuatan
politik Quraisy mengalami keruntuhan sejak perang Badar.Pusat kekuatan
terombang-ambing diantara beberapa kabilah, padahal sebelumnya Quraisy adalah
pemimpin kabilah-kabilah yang ada.Oleh sebab itu, maka kekuatan politik Quraisy
mesti dikembalikan meskipun itu membutuhkan kerja keras, biaya dan
pengorbanan.Ini adalah factor terpenting yang membuat Quraisy segera melakukan
perlawanan tentara melawan Negara Islam di Madinnah.
Langkah
awal yang dilakukan kaum Quraisy dalam persiapan perang Uhud adlah mengumpulkan
harta hasil laba kafilah yang lolos dari sergapan kaum muslim pada perang Badar
dan diwakafkan untuk memerangi Nabi Muhammad SAW. Setelah persiapan matang, Quraisy mengirim
utusan ke kabilah-kabilah di berbagai belahan Arab dengan tujuan mengajak
mereka bergabung dan meminta bantuan.Mereka mendatangi Bani Kinanah, penduduk
Tihamah, Kabilah Khuzaimah dan Khza’ah.Kini mereka telah terkumpul menjadi
sebuah pasukan perang yang berjumlah tiga ribu prajurit yang bergerak di bawah
pimpinan Abu Sufyan ibn Harb.
Kabar tentang pasukan tersebut diterima Nabi
melalui sepucuk surat yang dikirim pamannya, Abbas, dari Makkah. Dalam surat
itu Abbas menyebutkan secara detail tentang kekuatan pasukan Quraisy. Begitu
tentara Quraisy mendekati Madinnah, Nabi mengutus beberapa orang untuk
melakukan pengintaian.Para penjaga ditempatkan di bukit-bukit.Sejumlah kaum
Anshar datang menjaga beliau. Nabi memanggil para sahabat untuk meminta
pendapat mereka: Apakah akan tetap tinggal di Madinnah menunggu musuh dan
memerangi mereka di dalam kota, ataukah akan melayani mereka di luar kota?.
Terjadi
perdebatan panjang dan alot, hingga akhirnya Nabi mengambil keputusan
berdasarkan suara terbanyak, yaitu menyambut musuh di luar Madinnah.Beliau
berangkat, meskipun awalnya merasa berat hati.Maka keluarlah sebanyak seribu
tentara muslim. Ditengah perjalanan, orang-orang munafik pimpinan Abdullah bin
Ubay bin Salul melakukan penghianatandengan menarik 1/3 tentara dari pasukan
kaum muslimin. Alasan yang mereka kemukakan adalah bahwa Rasulullah telah
mengingkarinya dengan cara keluar dari Madinah dan tidak mengambil pendapat
mereka.
B. Peristiwa Di Medan Perang
Akhirnya
dua angkatan perang berhadapan satu sama lain di dekat gunung Uhud. Nabi SAW
mengatur strategi peperangan dengan sempurna dalam penempatan
pasukannya.Beberapa orang pemanah ditempatkan pada suatu bukit kecil untuk
menghalangi majunya musuh. Pada
awalnya musuh menderita kekalahan dan mereka kocar-kacir. Hal ini lah yang membuat
banyak dari para pemanah Muslim meninggalkan pos-pos mereka untuk mengumpulkan
barang rampasan.
Pasukan
pemanah diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW untuk tidak meninggalkan posisi
mereka dalam keadaan apapun juga. Kebanyakan
para pemanah mengira dan merasakan bahwa Allah SWT telah memberikan kemenangan
kepada angkatan perang Muslim, padahal kenyataannya perang belum usai.Mereka
tidak tahan untuk mengumpulkan barang rampasan musuh yang berharga tersebut.
Abdullah bin Jubair RA, pemimpin pasukan pemanah mengingatkan mereka tentang
instruksi dari Nabi Muhammad SAW. Akantetapi perigatan ini tidak digubris sama
para pemanah tersebut.
Sangat disesalkan, Abdullah bin Jubair RA
ditinggalkan disana dengan hanya Sembilan orang pemanah. Musuh mengambil
kesempatan ini dan sekali lagi menyerang kaum Muslim dengan langkah awal
menguasai bukit ini.Banyak dari kaum muslimin yang mati syahid, salah satunya
adalah Hamzah RA yang meninggal dibunuh Wahshi (budak Jubair bin Muttan).Wahshi
bersembunyi sendirian dibelakang sebuah batu karang dan dengan licik menyerang
Hamzah RA dengan tombak kecil kea rah perut bagian bawah Hamzah RA.
Bahkan akibat dari kejadian ini Nabi Muhammad
SAW mengalami luka yang sangat parah (yang hal ini menimbulkan isu miring yang
menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW telah mati syahid). Pasukan berkuda musuh
maju terus dan mengepung angkatan perang Muslim. Kaum Muslim menjadi panik dan
kacau, dan beberapa orang terpaksa melarikan diri untuk menyelamatkan
diri.Kemenangan dengan cepat berubah menjadi suatu keadaan yang sangat
mengkhawatirkan.
Dari
kejadian ini, dapat ditarik garis besar bahwa terdapat 3 faktor yang
menyebabkan berubahnya kemenangan menjadi kekalahan kaum Muslimin, yaitu:
1) Pelanggaran
terhadap perintah Nabi Muhammad SAW oleh pasukan pemanah.
2) Berita
miring yang menyatakan kematian Nabi Muhammad SAW. Ini melemahkan semangat
banyak orang-orang beriman.
3) Perselisihan
paham di medan perang tentang perintah Nabi Muhammad SAW.
C. Pasca Perang Uhud
Setelah
beberapa waktu perang antara kaum muslimin dan kaum Quraisy di medan Uhud,
akhirnya perangpun berakhir dengan kekalahan kaum Muslimin. Adapun hal-hal yng
dilakukan Rasulullah ketika perang berakhir adalah:
1) Mencari
orang-orang yang terbunuh dan terluka
2) Menghimpun
jasad Syuhada dan menguburkannya
3) Rasulullah
memajatkan puji dan do’a kepada Allah SWT
4) Kembali
ke kota Madinnah
1. Interpretasi
Ibnul-Qayyim
telah membahas lebih jauh terkait kejadian peperangan Uhud ini. Ibnu Hajar
menuturkan, para Ulama berkata. “Kisah mengenai Perang Uhud dan kesudahan yang menimpa orang-orang muslim
mengandung berbagai faidah dan hikmah Rabbani”, diantaranya:
1. Memperlihatkan
kepada orang-orang Muslim akibat yang tidak menguntungkan dari kedurhakaan dan
melanggar larangan. Tepatnya adalah tindakan para pemanah yang meninggalkan
posnya di atas bukit, padahal Rasulullah SAW memerintahkan agar mereka tidak
meninggalkan tempat itu, bagaimanapun keadaan inti pasukan Muslimin.
2. Seperti
biasa terjadi pada diri para rasul, jika mereka mendapat cobaan tentu akan
disusul dengan kesudahannya. Hikmah dari cobaan ini, jika para rasul terus
menerus mendapat kemenangan, maka orang-orang yang sebenarnya tidak termasuk
golongan mereka juga ikut bergabung, sehingga sulit membedakan mana orang yang
baik dan mana orang yang tidak baik. Sebaliknya, jika mereka terus-menerus
kalah, maka tujuan pengutusan para rasul tidak tercapai. Hikmahnya akan tampak
jika sesekali menang dan sesekali kalah, agar orang yang membenarkan dapat
dibedakan dari orang-orang yang mendustakan.
3. Kemenangan
yang tertunda seringkali
meremukkan jiwa dan meluluhkan kehebatan yang dirasakan. Namun orang-orang
mukmin tetap sabar saat mendapat cobaan, sedangkan orang-orang munafik menjadi
risau.
4. Allah
telah menyediakan bagi hamba-hambaNya yang mukmin kedudukan yang mulia di
sisiNya, yang tidak bias dicapai begitu saja. Tetapi Dia perlu menguji dan mencoba
mereka, sebagai jalan bagi mereka untuk mencapai kedudukan tersebut.
5. Mati
syahid merupakan kedudukan para penolong agama Allah yang paling tinggi.
6. Allah
ingin menghancurkan musuh-musuhNya, dengan menampakkan sebab-sebab yang memang
menguatkan kekufuran mereka, karena mereka menyiksa para penolongNya. Dengan
begitu,, dosa orang-orang mukmin terhapus dan dosa orang-orang kafir semakin
menumpuk.
D. Gagasan dari Perang Uhud
Gagasan atau i’tibar yang dapat diambil dari
peristiwa Perang Uhud yaitu:
1. Mengingatkan Orang-Orang Mukmin akan Sunatullah dan
Menyeru Mereka kepada Keagungan Iman.
Allah
berfirman dalam Surat Ali Imran yang artinya:
Sesungguhnya
telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah[230]; karena itu berjalanlah
kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang
mendustakan (rasul-rasul).
138.
(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta
pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
139.
janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal
kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman.
[230]
Yang dimaksud dengan sunnah Allah di sini ialah hukuman-hukuman Allah yang
berupa malapetaka, bencana yang ditimpakan kepada orang-orang yang mendustakan
rasul.
Dengan ayat ini Allah menyeru mereka, membangkitkan
harapan di dalam hati mereka, menunjukkan kepada mereka kepada sesuatu yang
membuat mereka kuat dan teguh. Selain itu ayat ini membangkitkan keingintahuan,
menanamkan pelajaran dalam hati orang-orang mukmin. Karena mereka dulu adalah
orang-orang yang mendustakan seruan Allah, padahal Allah SWT memberikan kuasa
kepada mereka untuk memimpin dunia saat itu, memberikan banyak nikmat kepada
mereka, akan tetapi mereka tidak mensyukurinya, maka Allah membinasakan mereka
disebabkan sikap mereka yang melampaui batas. Dan Allah mengajak mereka agar
meninggalkan sifat lemah, memerangi sifat pengecut, melepaskan dari kelemahan
dan agar mereka jangan bersedih hati.
2. Hiburan bagi Orang-Orang yang Beriman, Menjelaskan Hikmah
di Balik berbagai Peristiwa yang Terjadi pada Perang Uhud
3. Cara Mengatasi Kekeliruan
4. Perumpamaan Pasukan Jihad pada Masa Silam
5. Sikap Menentang Pemimpin Menyebabkan Kegagalan Pasukan
Itu terlihat jelas ketika pasukan pemanah tidak mengikuti
perintah Rasulullah, mereka melakukan kekeliruan yang sangat fatal sehingga
membalikkan keseimbangan dan menyebabkan kerugian yang parah bagi kaum
Muslimin. Agar kita memahami pentingnya sikap patuh dan taat kepada pemimpin,
kita dapat memperhatikan mundurnya Abdullah bin Ubay dan orang-orang munafik
yang bersamanya, sikap itu tidak berdampak bagi pasukan kaum Muslimin. Namun
ketika kekeliruan dilakukan pasukan pemanah yang telah dididik Rasulullah dan
setiap mereka telah diserahi tugas, kemudian mereka tidak menuruti perintah
Rasulullah, maka dampaknya sangat fatal bagi pasukan kaum Muslimin secara umum.
Musuh mereka mampu menguasai mereka, semua itu disebabkan karena mereka tidak
mematuhi perintah pemimpin. Kemudian kondisi mereka menjadi kacau balau dan
komando pun menjadi terpecah belah, hampir saja melenyapkan dakwah Islam yang
masih baru tumbuh.
6. Bahaya Sikap Lebih Mementingkan Dunia daripada Akhirat
Apa yang terjadi pada perang Uhud mengandung pelajaran
besar, bahwa cinta dunia telah menyusup
ke hati sebagian orang-orang beriman dan itu tersembunyi bagi mereka.
Mereka lebih mementingkan dunia beserta kenikmatannya. Mereka tidak mematuhi
perintah syariat yang jelas sebagaimana pasukan pemanah tidak mematuhi perintah
Rasulullah yang sangat jelas. Semua itu didorong oleh hawa nafsu dan cinta
dunia, mereka tidak mengikuti perintah syariat, melupakan perintah-perintah
sang pemilik hukum. Semua itu terjadi
dan menimpa orang mukmin, dan orang mukmin tidak menyadari motif-motif
yang tersembunyi tersebut. Inti dari semua itu adalah cinta duniawi, sikap
lebih mementingkan nikmat dunia daripada akhirat dan tuntutan-tuntutan iman.
Ini menuntut bagi setiap dai agar selalu berhati-hati dan melakukan pemeriksaan
berkesinambungan terhadap hal-hal yang tersembunyi di dalam jiwa, melepaskan
jiwa dari cinta duniawi, agar cinta duniawi itu tidak menjadi penghalang antara
jiwa dan perintah-perintah syariat, juga agar cinta duniawi itu tidak
menjerumuskan mereka kepada sikap tidak patuh, memberikan interpretasi yang
diiringi hawa nafsu sehingga mengalihkan jiwa kepada dunia beserta
kenikmatannya.