Sejarah Perang Dingin - Istilah “Perang Dingin”
diperkenalkan pada tahun 1947 oleh Bernard Baruch dan Walter Lippman dari
Amerika Serikat untuk menggambarkan hubungan yang terjadi di antara Amerika
Serikat dan Uni Soviet. Seperti yang duniabaca.com pelajari dari wikipedia, Perang Dingin (1947-1991) adalah
sebutan bagi sebuah periode di mana terjadi konflik, ketegangan, dan kompetisi
antara Amerika Serikat (beserta sekutunya disebut Blok Barat) dan Uni Soviet
(beserta sekutunya disebut Blok Timur) yang terjadi antara tahun 1947—1991.
Persaingan keduanya terjadi di berbagai bidang: koalisi militer; ideologi,
psikologi, dan tilik sandi; militer, industri, dan pengembangan teknologi;
pertahanan; perlombaan nuklir dan persenjataan; dan banyak lagi. Ditakutkan
bahwa perang ini akan berakhir dengan perang nuklir, yang akhirnya tidak
terjadi.
Sejarah Perang Dingin |
A.
Sejarah Awal Mula Terjadinya Perang Dingin
Perang Dingin antara Amerika Serikat (USA) dan
sekutu-sekutunya di satu pihak dan Uni Soviet (USSR) serta kawan-kawannya di
pihak lain berawal dari masalah penyelesaian Perang Dunia II (PD II). Dalam PD
II tersebut, USA dan USSR berada dala satu Sekutu dan memenangkan perang
terhadap Jerman, Italia, dan Jepang.
Ternyata, kemenangan total Sekutu tersebut tidak diikuti
dengan terciptanya perdamaian sejati. Persekutuan USA dan USSR ditandai dengan
perbedaan ideologi yang kontras antara kapitalis-liberalis dan komunis.
Keduanya berseteru setelah perang melawan Hitler, Musolini, dan kawan-kawan
berakhir. Konferensi antara Stalin (USSR), Roosevelt (USA) dan Churchill
(Inggris) yang dikenal dengan The Big Three atau Tiga Besar yang
diselenggarakan di kota Iran, Teheran (Konferensi Teheran), pada November 1943,
merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian-kejadian berikutnya.
Dalam konferensi tersebut, mereka menyatakan untuk menghancurkan Jerman dan
berusaha mencari strategi militer terbaik.
Pada Konferensi pasca perang di Postdam (Juli 1945),
perbedaan yang berlangsung lama mengenai Eropa Timur, akhirnya muncul kembal
lebih jelas, Presiden USA, Harry S. Truman, memiliki kebijaksanaan berbeda
dengan pendahulunya. Dia menginginkan diselenggarakannya pemilu yang bebas di
seluruh negara-negara di Eropa Timur. Stalin menolak usulan tersebut dengan
mengatakan “Sebuah pemerintahan yang dipilih secara bebas di Eropa Timur akan
membentuk pemerintahan anti Uni Soviet dan kami tidak akan mengizinkannya.”
Perbedaan pandangan antara Uni Soviet dan USA dalam
Konferensi Posdam tersebut dianggap sebagai kunci asal mula Perang Dingin.
Sikap orang-orang Amerika Serikat yang dipengaruhi oleh “perang suci” terhadap
Hitler dan pandangan politik di Amerika yang diperngaruhi oleh jutaan pemilih
dari negara-negara Eropa Timur, menginginkan diadakannya pemilu yang bebas di
negara-negara yang telah diduduki oleh Uni Soviet. Di pihak lain, Stalin, yang
merasakan dan menyaksikan sendiri negerinya hancur akibat dua serangan raksasa
pasukan Nazi Jerman menginginkan keamanan militer yang total dari Jerman dan
sekutu-sekutu potensialnya di Eropa Timur untuk selamanya. Stalin percaya bahwa
hanya negara-negara komunis yang dapat menjadi sekutu sejati bagi Uni Soviet
Oleh karena itu, Stalin khawatir bahwa pemilu yang bebas akan menghasilkan
pemerintahan yang bermusuhan dengan USSR di perbatasan sebelah barat. Sejak
pasukan Stalin menduduki negara-negara timur, Stalin merasa harus konsisten
dengan keyakinannya.
Jawaban USA terhadap konsep keamanan Stalin, yang
tampaknya berlebihan, mulai terlihat. Pada Mei 1945, sebelum diselenggarakan
konferensi Postdam, Truman mengusulkan dihentikannya semua bantuan ke USSR.
Pada Oktober 1945, Truman menyatakan bahwa USA tidak akan mengakui suatu
pemerintahan yang didirikan dengan paksa dan tidak mengabaikan aspirasi politik
rakyatnya.
Pada Maret 1946, mantan PM Inggris, Churchill, ketika
mengunjungi USA, menyatakan di depan publik Amerika bahwa “tirai besi” telah
digelar diseluruh daratan Eropa dengan membagi Jerman dan Eropa ke dalam dua
kubu yang saling berlawanan. Segera setelah itu muncul kembali sikap emosional
dan sikap mencela orang Amerika terhadap Stalin serta Uni Soviet. Sikap
tersebut kemudian menjadi bagian dari kehidupan politik Amerika di era Perang
Dingin. USA sendiri meresponnya dengan melakukan mobilisasi di berbagai bidang
dengan cepat.
Agen-agen rahasia Stalin diseluruh dunia memanaskan situasi
dengan mengungkapkan pentingnya “perjuangan ideologi melwan imperialisme
kapitalis.” Partai Komunis besar dan terorganisasi dengan baik di Italia dan
Prancis mengungkapkan rencana Amerika Serikat untuk mengambil alih Eropa dan
dengan agresif menentang pemerintahan mereka melalui cara-cara kekerasan dan
pemogokan. Uni Soviet juga melakukan tekanan terhadap Iran dan Turki yang
terlalu pro Amerika. Perang sipil yang disponsori USA juga terjadi di Yunani
dan Cina. Sejak musim semi 1947, di mata Amerika, Uni Soviet telah berusaha
mengeskpor komunisme dan melakukan kegiatan sebversi ke negara-negara Eropa
Barat.
Untuk menyikapi USSR, Amerika melalui Doktrin Presiden
Truman melaksanakan politik containing atau pengepungan terhadap komunisme di
kawasan yang sudah dikuasai oleh Tentara Merah. Truman meminta kepada Kongres
USA untuk mengirimkan bantuan militer ke Yunani dan Turki. Agar negara-negara
Barat tidak jatuh ke tangan komunis, USA juga menawarkan program bantuan kepada
negara-negara Eropa melalui Marshall Plan.
Stalin menolak program bantuan Marshall Plan bagi semua
negara-negara Eropa Timur. Sebagai jawaban terhadap rencana tersebut, Stalin
segera membersihkan unsur-unsur nonkomunis dalam tubuh pemerintahan Eropa Timur
dengan membentuk sistem Pemerintahan Soviet, satu partai diktator komunis.
Pendudukan Cekoslovakia pada Februari 1948, merupakan jawaban Uni Soviet
terhadap sikap USA.
Pendudukan tersebut menimbulkan kekhawatiran terhadap
semakin berkembangnya komunisme di Eropa yang dimulai dari negara-negara Eropa
Timur dan Jerman. Ketika Stalin memblokade semua lalu lintasbarang dab manusia
dari zone pendudukan Barat di Jerman ke Berlin Barat, Sekutu meresponya degan
melakukan “jembatan udara”, mendrop bahan makanan dengan pesawat terbang ke
Berlin Barat. Selama 324 hari “jembatan udara” mengangkut berton-ton bahan
makanan ke Berlin sebagai bentuk pelaksanaan politik cotaining.
Pada 4 April 1949, Amerika Serikat berhasil membujuk
negara-negara Eropa Barat untuk menandatangani pendirian suatu pakta pertahanan
yang dikenal dengan nama North Atlantic Treaty Organization(NATO) atau
Organisasi Pertahanan Atlantik Utara. Anggotanya terdiri atas Inggris,
Irlandia, Islandia, Norwegia, Denmark, Belgia, Belanda, Luxemburg, Prancis,
Portugal dan Kanada serta Amerika Serikat. Segera setelah itu pada 1955, Uni
Soviet juga mengikat negara-negara satelitnya di Eropa Timur yang berhaluan
komunis dalam Pakta Warsawa. Anggotanya terdiri atas Unis Soviet, Albania,
Bulgaria, Cekoslovakia, Jerman Timur, Hongaria, Polandia dan Rumania. Dengan
adanya pakta petahanan, kedua pemimpin blok militer berlomba-lomba saling
mengembangkan senjata, memata-matai dan mempertahankan pegaruhnya bersama
sekutunya masing-masing yang sengaja ditujukan untuk menghadapi ancaman NATO.
B.
Hubungan
Perkembangan Teknologi Persenjataan dan Ruang Angkasa dengan Kondisi Keamanan
Dunia pada Masa Perang Dingin
Berakhirnya
Perang Dunia II menyebabkan kekuatan dunia terbagi atas dua blok, yaitu Blok
Barat pimpinan Amerika Serikat dan Blok Timur pimpinan Uni Soviet. Blok Barat
dan Blok Timur tersebut saling bersaing berebut pengaruh dalam berbagai bidang
kehidupan manusia.
1. Perkembangan Teknologi Persenjataan
Persaingan
yang paling mencolok dalam masa Perang Dingin adalah dalam bidang militer,
khususnya dalam hal persenjataan. Kedua negara adidaya itu saling berlomba
menciptakan berbagai senjata yang mutakhir dan mematikan, misalnya bom. Bom
adalah senjata ledak yang lazim digunakan dalam perang. Terorisme juga
melibatkan penggunaan bom. Bom umumnya terdiri atas wadah logam yang diisi
dengan bahan peledak atau bahan kimia. Bom melukai dan menewaskan orang serta
merusakkan gedung dan bangunan lain, kapal, pesawat terbang, ataupun sasaran
lain.
Salah satu
senjata yang paling menakutkan dan dapat membantu mengakhiri Perang Dunia II
adalah bom atom. Senjata yang disebut bom atom itu dibuat pertama kali oleh
Amerika Serikat pada tanggal 16 Juli 1945 di Alamo Gardo, New Mexico. Bom atom
itu kemudian dipakai untuk menghancurkan kota Hiroshima pada tanggal 8 Agustus
1945 dan kota Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945. Akibat pemboman itu Jepang
menyerah dan berakhirlah Perang Dunia II. Bom dalam bentuk apa pun apabila
meledak akan menimbulkan kerugian pada manusia dan alam sekitarnya. Tenaga atom
yang ditimbulkan akan menimbulkan radiasi yang apabila diterima dalam jumlah
besar akan sangat fatal akibatnya. Debu radioaktif dan endapan dari awan yang
tertiup angin dan bertebaran di daratan dapat mengakibatkan kerusakan pada
tanaman serta membinasakan hewan dan manusia. Pada jangka panjang ledakan bom
atom akan mengakibatkan kematian serta kanker pada manusia, sedangkan kerusakan
genetis akan terlihat pada generasi-generasi berikutnya.
Keberhasilan
Amerika Serikat dalam menciptakan bom atom, ternyata dalam waktu yang tidak
terlalu lama dapat diikuti oleh pesaingnya Uni Soviet. Pada tahun 1949 Uni
Soviet berhasil melakukan uji coba peledakan bom atomnya. Tentu saja
keberhasilan Uni Soviet itu menimbulkan kecemasan Amerika Serikat sehingga
negara tersebut berusaha mencari dan menciptakan bom tandingannya. Oleh karena
itu, Amerika Serikat segera melakukan penelitian tentang bom hidrogen.
Negara-negara
sekutu Amerika Serikat dan satelit Uni Soviet tidak lepas dari pengerahan
teknologi persenjataan itu. Negara-negara mereka dibangun basis militer dan
pangkalan peluncuran rudal hanya untuk ambisi dua adidaya dunia. Namun, apabila
perang terbuka itu benar-benar terjadi karena terkena akibatnya. Bahkan, dapat
menjadi sasaran langsung penghancuran padahal mereka tidak tahu-menahu
permasalahan. Oleh karena itu, kerja sama dalam bidang pertahanan dan keamanan
merupakan kerja sama yang paling mencolok dalam suasana Perang Dingin.
Upaya meredakan Perang Dingin dengan mengurangi, membatasi, dan memusnahkan persenjataan nuklir dilakukan pada kurun waktu 1968–1982. Bentuk persetujuan yang dicapai, antara lain sebagai berikut.
Upaya meredakan Perang Dingin dengan mengurangi, membatasi, dan memusnahkan persenjataan nuklir dilakukan pada kurun waktu 1968–1982. Bentuk persetujuan yang dicapai, antara lain sebagai berikut.
a. Perjanjian Nonproliferasi Nuklir
(Nonproliferation Treaty)
Perjanjian Nonproliferasi Nuklir
dilaksanakan pada tahun 1968 yang diikuti oleh negara Inggris, Amerika Serikat,
dan Uni Soviet. Pertemuan itu menyepakati bahwa mereka tidak akan menjual
senjata nuklir atau memberikan informasi kepada negara-negara nonnuklir.
Perjanjian Nonproliferasi Nuklir (Nonproliferation Treaty) |
b.
Perjanjian Pembatasan Persenjataan Strategis (Strategic Arms Limitation
Talks/SALT I)
Perjanjian
SALT I ditandatangani oleh Richard Nixon, Presiden Amerika Serikat dan Leonid
Breshnev, Sekjen Partai Komunis Uni Soviet pada tanggal 26 Mei 1972. Pertemuan
kedua pemimpin negara adidaya itu menyepakati untuk:
1) Pembatasan
terhadap sistem pertahanan antipeluru kendali (Anti-Balistic Missile=ABM)
2) pembatasan senjata-senjata
ofensif strategis, seperti Inter-Continental Ballistic Missile (ICBM = Peluru
Kendali Balistik Antarbenua) dan Sea-Launched Ballistic Missile (SLBM = Peluru
Kendali Balistik yang diluncurkan dari laut/ kapal).
c.
Perjanjian Pengurangan Persenjataan Strategis (Strategic Arms Reduction
Treaty/START)
Perjanjian
pengurangan persenjataan strategis dilakukan oleh Amerika Serikat dan Uni
Soviet pada tahun 1982. Perjanjian itu menyepakati bahwa kedua negara adidaya
akan memusnahkan persenjataan nuklir yang dapat mencapai sasaran jarak
menengah. Upaya menghindari bahaya
perang nuklir juga diadakan oleh negara-negara lain yang tidak memiliki
persenjataan nuklir. Negara-negara itu khawatir kawasan atau wilayahnya akan
menjadi sasaran ataupun salah sasaran akibat perang nuklir itu.
C. Pengaruh
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Era Globalisasi
Ledakan Teknologi Informasi dan Komunikasi telah membuka babak baru bagi
masyarakat untuk memperoleh informasi secara otonom. Sekat-sekat informasi
dengan sendirinya menghilang oleh inisiatif kuat individu yang ingin mengetahui
lebih jauh apa yang terjadi sekitarnya. Setiap orang memiliki akses terhadap
sumber informasi dimanapun di dunia ini. Konsekuensinya, masyarakat menjadi kritis
dan tanggap terhadap hal yang berkembang.
Perkembangan dunia teknologi informasi yang demikian pesatnya telah membawa
manfaat luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Kegiatan komunikasi
yang sebelumnya menuntut peralatan yang begitu rumit, kini relatif sudah
digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis. Sistem kerja alat teknologi
telah mengalihfungsikan tenaga otot manusia dengan pembesaran dan percepatan
yang menakjubkan. Begitupun dengan telah ditemukannya formulasi-formulasi baru
aneka kapasitas komputer, seolah sudah mampu menggeser posisi kemampuan otak
manusia dalam berbagai bidang ilmu dan aktivitas manusia. Kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi yang telah kita capai sekarang benar-benar telah
diakui dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan
umat manusia.
Bagi masyarakat sekarang, teknologi informasi dan komunikasi merupakan
suatu religion. Pengembangannya dianggap sebagai solusi dari permasalahan yang
ada. Sementara orang bahkan memuja hal tersebut sebagai liberator yang akan
membebaskan mereka dari kungkungan kefanaan dunia. Selain itu, hal tersebut
juga diyakini akan memberi umat manusia kebahagiaan dan immortalitas. Sumbangan
teknologi informasi dan komunikasi terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia
tidaklah dapat dipungkiri.
Seperti yang kita ketahui bahwa di era serba modern seperti saat ini, peran
teknologi informasi dalam kehidupan sehari-hari tentunya sangat berpengaruh.
Hal ini tidak terlepas dari aktivitas kita yang kerap kali ditunjang dengan
teknologi informasi itu sendiri yang mampu menjawab tuntutan pekerjaan yang
lebih cepat, mudah, murah dan menghemat waktu.
Kemajuan teknologi menjadi jawaban dari kemajuan globalisasi yang kian
menyelimuti dunia. Suatu kemajuan yang tentunya akan memberikan dampak bagi
peradaban hidup pelajar. Tidak dapat dipungkiri, kini kita telah menjadi
“budak” dari peradaban teknologi informasi itu sendiri. Bagaiman tidak,
banyaknya pelajar yang sekaligus berperan sebagai pengguna teknologi informasi
dan komunikasi, membuktikan bahwa kehidupan yang mereka lakoni tak pernah lepas
dari peran teknologi informasi.
Menghadapi keadaan seperti ini, kita sebagai pelajar perlu diarahkan pada
sikap “sadar teknologi” atau “melek teknologi”. Kemajuan yang sering diartikan sebagai
modernisasi, menjanjikan kemampuan manusia untuk mengendalikan alam melalui
ilmu pengetahuan, meningkatkan kesejahteraan material melalui teknologi dan
meningkatkan efektivitas kemampuan pelajar melalui penerapan organisasi yang
berdasarkan pertimbangan kesadaran. Karena dengan ilmu pengetahuan teknologi
informasi dan komunikasi pula, manusia dapat melakukan hal-hal yang sebelumnya
belum pernah dibayangkan.
Di satu sisi, teknologi memiliki keuntungan bagi orang yang menggunakannya.
Misalkan saja dalam hal berbagi informasi, para pelajar dapat mengakses
informasi dunia dengan cepat dan mudah, sehingga mereka dapat menyadari bahwa
dunia seakan berada di genggaman mereka. Suatu akses yang tentunya akan
memperkaya para pelajar dengan segudang informasi yang dapat memacu motivasi
mereka untuk meningkatkan kreativitasnya, khususnya dalam bidang informatika.
Bukan hanya itu, teknologi informasi dan komunikasi juga memiliki andil
yang besar dalam hal sarana pembelajaran. Karena seperti yang kita ketahui
bahwa teknologi informasi dan komunikasi kini telah merasuk ke dalam kurikulum
dunia pendidikan. Suatu hal yang tentunya menjadi gebrakan di dunia pendidikan
dalam ajang peningkatan potensi pelajar. Selain itu gelombang kemajuan dan
perkembangan teknologi dalam bidang pendidikan telah membawa perubahan pada
kehidupan dan gaya hidup pelajar yang lebih dinamis. Dengan adanya hal
tersebut, maka pelajar senantiasa menghidupkan dan menyalurkan semangat untuk
mengeksplorasi ilmu yang belum diketahui.
Kehidupan kita sekarang perlahan-lahan mulai berubah dari dulunya era
industri berubah menjadi era informasi dan komunikasi dibalik pengaruh era
globalisasi dan informatika yang menjadikan komputer, internet, dan pesatnya
perkembangan teknologi informasi sebagai bagian utama yang harus ada atau tidak
boleh kekurangan di dunia pendidikan. Dalam memasuki era tersebut, sekolah
memiliki tanggung jawab untuk menyiapkan siswa dalam menghadapi semua tantangan
yang berubah sangat cepat dalam lingkungan kehidupan mereka. Kemampuan untuk
berbahasa asing dan kemahiran komputer adalah dua kriteria yang sering kali
diminta masyarakat untuk memasuki era globalisasi baik di Indonesia maupun di
seluruh dunia. Maka dengan adanya komputer yang telah merambah di segala
kehidupan manusia, hal itu membutuhkan tanggung jawab yang sangat tinggi bagi
sistem pendidikan kita untuk mengembangkan kemampuan berbahasa siswa dan
kemahiran komputer.
Selain itu dengan adanya sistem pendidikan yang berbasis pada perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi maka diharapkan pelajar-pelajar di negeri kita
dapat bersaing dan mengejar ketertinggalan dari pelajar di negeri maju tanpa
perlu kehilangan nilai-nilai kemanusian dan budaya yang kita miliki. Atau
dengan kata lain, peserta didik di jenjang pendidikan dasar perlu diarahkan dan
dibekali pendidikan teknologi guna menuju masyarakat yang “melek teknologi”
yaitu bercirikan mampu mengenal, mengerti, memilih, menggunakan, memelihara,
memperbaiki, menilai, menghasilkan produk teknologi sederhana, dan peduli
terhadap masalah yang berkaitan dengan teknologi.
Di lain hal, teknologi informasi dan komunikasi juga dapat mendorong kita
untuk melihat hal kecil sebagai hal yang dapat dijadikan sebagai sejumlah
peluang yang tersaji di hadapan mata. Karena dengan begitu, maka kita dapat
membalikkan arah imperialisme budaya yang dibawa oleh perkembangan di bidang
tekonologi informasi ini, menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Namun, di samping semua itu, kita tidak bisa pula menipu diri akan
kenyataan bahwa era teknologi informasi dan komunikasi mendatangkan malapetaka
dan kesengsaraan bagi kehidupan kita. Dalam peradaban modern yang muda, terlalu
sering manusia terhenyak oleh disilusi dari dampak negatif perkembangan
teknologi ini terhadap kehidupan umat manusia. Kalaupun teknologi informasi
mampu mengungkap semua tabir rahasia alam dan kehidupan, tidak berarti
teknologi informasi sinonim dengan kebenaran. Sebab hal tersebut hanya mampu
menampilkan kenyataan. Sedangkan kebenaran yang manusiawi haruslah lebih dari
sekedar kenyataan obyektif. Tentu saja teknologi informasi dan komunikasi tidak
mengenal moral kemanusiaan, oleh karena itu hal tersebut tidak pernah bisa
mejadi standar kebenaran ataupun solusi dari masalah-masalah kemanusiaan.
Semakin kuatnya gejala “dehumanisasi”, tergerusnya nilai-nilai kemanusiaan
dewasa ini, merupakan salah satu oleh-oleh yang dibawa kemajuan teknologi
tersebut. Bahkan, sampai tataran tertentu, dampak negatif dari peradaban yang
tinggi itu dapat melahirkan kecenderungan pengingkaran manusia sebagai homo-religousus
atau makhluk teomorfis.
Teknologi informasi juga dapat menimbulkan sisi rawan yang gelap sampai
tahap mencemaskan dengan kekhawatiran pada perkembangan tindak pidana di bidang
teknologi itu sendiri yang berhubungan dengan “cybercrime” atau kejahatan
mayantara. Masalah kejahatan mayantara ini sepatutnya mendapat perhatian semua
pihak secara seksama pada perkembangan teknologi masa depan. Karena kejahatan
ini termasuk salah satu kejahatan luar biasa, bahkan dirasakan pula sebagai
kejahatan misterius yang dapat mengancam kehidupan masyarakat. Tindak pidana
atau kejahatan ini adalah sisi paling buruk di dalam kehidupan modern dari
masyarakat akibat kemajuan pesat teknologi dengan meningkatnya peristiwa
kejahatan komputer, pornografi, terorisme digital, “perang” informasi sampah,
bias informasi, hacker, cracker dan sebagainya.
Seperti halnya dengan peristiwa kejahatan mayantara yang menimpa situs
Mabes TNI, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Mabes Polri dan
Departemen Luar Negeri Republik Indonesia merupakan sisi gelap dari kejahatan
teknologi informasi yang memanfaatkan kecanggihan internet. Bukan hanya itu,
situs Microsoft, NASA dan pentagon tidak luput dari para hacker nakal yang
mengacaukan sistem informasi dan data yang dimiliki oleh Amerika Serikat.
Selain itu, kasus pembobolan ATM oleh para hacker nakal juga menjadi salah satu
dampak negatif dari teknologi informasi yang marak terjadi.
Tak dapat juga dipungkiri bahwa dampak negatif dari teknologi informasi
sangat dirasakan oleh kaum pelajar. Banyaknya pelajar yang terlena dengan
fasilitas website hiburan dari teknologi informasi seperti facebook, chatting,
twitter dan sebagainya, membuat mereka menyampingkan kewajibannya, bahkan
mereka menjadikan hal tersebut sebagai hobi yang dilakukan tanpa mengenal
waktu. Konsekuensinya, para pelajar akan menjadi malas dan semakin membutakan
kesadaran mereka tentang pentingnya sadar teknologi.
Inilah sebenarnya sisi paling buruk yang tidak dapat dihindarkan dan
disembunyikan dari kemajuan teknologi informasi dewasa ini. Oleh karena itu
kita harus berhati-hati terhadap dampak negatif yang ditimbulkan, karena dampak
negaitf tersebut dapat mengubah paradigma pelajar dalam menghadapi era
teknologi informasi dan komunikasi.
Bagi pelajar Indonesia, sebagai generasi pelanjut tidak akan luput dari
pengaruh perkembangan buruk teknologi informasi dewasa ini maupun masa depan.
Masalah ini perlu ditanggulangi supaya tidak menjadi hal yang dapat menjadi
ancaman bagi para pelajar dalam mencapai masa depan mereka.
Akan tetapi, janganlah kita mencemaskan perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi ini. Pandai-pandailah kita memanfaatkan media ini dan memilih
yang bernilai positif. Ambillah hal yang perlu dan jadikan hal yang bernilai
negatif sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan. Bersikap positiflah
menghadapi perkembangan teknologi informasi ini. perkembangan ini akan memberi
pengetahuan yang banyak dan berguna bagi orang-orang yang dapat memanfaatkannya
secara positif. Jadi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi bukanlah
sesuatu yang perlu dicemaskan tetapi sesuatu yang harus digali manfaatnya.
Dalam menyikapi perkembangan teknologi itu sendiri, semuanya tergantung
dari pribadi kita masing-masing. Karena teknologi informasi dan komunikasi itu
memiliki warna dasar putih. Tergantung dari penggunanya. Apakah kita ingin
membelokkannya ke kiri dengan mengubah warna putih menjadi kehitaman yang
melambangkan sisi negatif teknologi tersebut, atau kita ingin membelokkannya ke
kanan dengan mengubah warna putih menjadi keemasan yang melambangkan sisi
positif dari teknologi informasi dan komunikasi itu sendiri.