Sejarah Eropa - Romawi ialah
peradaban dunia yang letaknya terpusat di kota Roma Italia masa kini. Peradaban
Romawi dikembangkan Suku Latia yang menetap di lembah Sungai Tiber. Suku Latia
menamakan tempat tinggal mereka ‘Latium’. Latium merupakan kawasan lembah
pegunungan yang tanahnya baik untuk pertanian. Penduduk Latium kemudian disebut
dengan bangsa Latin. Pada mulanya, daerah Latium inilah bangsa Latin hidup dan
berkembang serta menghasilkan peradaban yang tinggi nilainya.
![]() |
Sejarah Eropa |
Kota Roma
menjadi pusat kebudayaan mereka terletak di muara sungai Tiber. Waktu
berdirinya Kota Roma yang terletak di lembah Sungai Tiber tidak diketahui
secara pasti. Legenda menyebutkan bahwa Roma didirikan dua bersaudara keturunan
Aenas dari Yunani, Remus dan Romulus. Pada awlanyan Romawi merupakan daerah
Policy (daerah perkampungan) yang kemudian menjadi Kingdom dan titik puncaknya
menjadi Empire yang menjadi panutan diseluruh dunia sampai sekarang ini.
Laut Tengah
dalam sejarah kuno merupakan laut dunia dimana bertemu tiga benua yakni Asia,
Afrika, dan Eropa. Ke dalam laut tersebut menjoroklah jazirah-jazirah seperti
Appenia, Balkan dan Anatolia, yang berturut-turut sekarang ditempati oleh
Negara Italia, Yunani, dan Turki. Pada perbatasannya dengan lautan Atlantik
terdapat jazirah Pirenea yang ujungnya Selatan mengatup ke ujung Barat Laut
benua Afrika dan membentuk selat Giblatar.
Dengan
sendirinya karena adanya jazirah-jazirah tadi terbentuk laut-laut tepi seperti
Laut Adriatik, Laut Yonia dan Laut Hitam yang masing-masing masih disebari oleh
berbagai pulau besar-kevil. Pulau-pulau tersebut merupakan jembatan yang menghubungkan
Eropa dengan Asia dan Afrika.
Iklim di wilayah-wilayah disekitar Laut tengah cukup nyaman sepanjang tahun
dan curah hujan pun cukup, apalagi dizaman dahulu sehingga hutan lebat,
misalnya Pulai Sisilia. Demikian pula di Italia dan Balkan, akan tetapi dengan
majunya peternakan domba, banyak hutan kemudian terhapus.
Kontak antar bangsa lain adalah berlangsungnya perdagangan sejak zaman kuno
sehingga bersamaan dengan itu terjadi pula poertukaran peradaban. CASMIR dalam
bukunya Beknopte Geschiedenis der Wijsbegeerte menulis : “ ke situ bermuaralah
peradaban-peradaban Asia yang bersumber pada Babilonia dan Sumeria ( Peradaban
Mesopotamia), Peradaban Mesir di Afrika dan kemudian peradaban dari Arabia.
Penghubung Peradaban adalah bangsa pelaut Phunisia dari Sidon dan Tyrus yang
sekarang negerinya kita kenal sebagai Lebanon.
Bersama dengan pertemuan pertadaban-peradaban itu telah mengalir
bangsa-bangsa baru ke pinggiran Laut Tengah dari abad keabad dari Asia bangsa Semit (Semiyah), dari Afrika bangsa Nubiya dan dari Eropa
Barat bangsa Indo German (Arya). Pada bangsa pendatang ini ditemukan watak khas
yang tak kedapatan pada bangsa-bangsa Timur pada umumnya, yakni berkepribadian
yang bernafaskan kebebasan. Di situ manusia bukan sekedar menjadi anggota suatu
masyarakat Negara yang bersikap pasrah kepada para pemimpin yang memerintah
dengan mutlak. Mereka ini bernafsu untuk mencari kebebasan juga dalam hal
berpikir, sehingga hasrat untuk berfilsafat kuat. Menurut CASMIR, hanya
Mesirlah yang dalam hal ini tegolong kurang.
Peradaban Romawi adalah keistimewaan geografis dari wilayah di disekitar Laut Tengah. Wilayah tersebut pernah merupakan dunia tersendiri. Baik
iklim maupun tetumbuhannya, berbeda dengan yang ada di daerah lain. Romawi,
apabila sekarang ada Italia yang beribukota di Roma menempati jazirah Apenina;
bersama Pulau Sisilia jazirah tersebut berbentuk seperti kaki yang menyepak
bola. Secara geografis keduanya mewujudkan jembatan terputus yang membujur
utara-selatan dan membagi laut tengah atas dua bagian yakni bagian barat dan
timur.
Sumbangan terbesar dari Romawi kepada peradaban dunia jika kita telusuri,
tidaklah terletak dalam bidang pemikiran melainkan dalam penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian maka budaya Romawi fungsinya melengkapi
sumbangan budaya Yunani. Budaya menggali etika secara spekulatif seperti yang
ada di Yunani kemudian diterjemahkan di Romawi menjadi moralitas sehari-hari.
Di Yunani DEMOCRITES menspekulasikan susunan materi dan EPICURUS mengingkari
hadirnya Tuhan didalam kosmos, tetapi di Romawi LUCRETIUS memandang agama dan
takhayul itu sebagai penyebab utama dari penderitaan manusia. Di Yunani
moralitas manusia kosong akan cerita petualangan ODYSSEUS, tetapi tokoh Romawi
VERGILIUS membuktukan adanya pangagungan Pahlawan dan Pemuliaan Kota Roma dalam
seni Puisi Romawi.
PERADABAN ROMAWI
Letak Geografis dan kondisi masyarakatnya
![]() |
Letak Geografis peradaban yunani |
Pusat Imperium Romawi adalah Italia sekarang
yang menempati jazirah Apenina; bersama pulau Sisilia jazirah tersebut
berbentuk seperti kaki menyepak bola. Secara geografis keduanya mewujudkan
jembatan terputus yang membujur Utara-Selatan dan membagi Laut tengah atas dua
bagian yakni bagian Barat dan Timur.
Pegunungan Apenina yang menulang punggungi
negeri tersebut merupakan perpanjangan dari wilayah Eropa Tengah yang menjorok
ke Laut tengah. Di utara, Italia dibatasi oleh pegunungan Alpen. Ini bukanlah
tembok alam yang berfungsi sebagai barier ketat terhadap masuknya bangsa-bangsa
dari Eropa Tengah. Batas Italia dengan Prancis, jadi di sebelah Barat Lautnya,
juga mudah dimasuki musuh karena topografinya berupa lembah daratan pantai yang
sempit, sedang dibagian Timur Laut Italia terdapat lembah sungai Po yang
memiliki Fasilitas perhubungan dengan Eropa Tengah dan daerah Balkan Utara.
Pegunungan Apenina muncul di Selatan Italia
sebagai pulau Sisilia di atas laut, untuk melanjutkan diri ke pantai Afrika
Utara. Dengan demikian selain negeri Italia seperti disebutkan di atas menjembatani benua Eropa dengan Afrika, juga membagi laut Tengah atas bagian
Barat dan bagian Timur.
Tanah disepanjang Jazirah Apenina tepinya berupa
pantai-pantai yang berhutan hijau dan rerumputan untuk berternak sejak zaman
kuno. Ini adalah berkat adanya curah hujan yang cukup di sana. Kesuburan negeri
Italia sampai sekarang sekarang adalah berkat dari hadirnya gunung-gunung
berapi yang aktif sepanjang masa.
Sungai Tiber di Italia tengah membentuk lembah
di mana kemudian kota Roma didirikan dan membagi lembah tersebut menjadi dua
bagian, yakni wilayah Latium dan Etruria. Di wilayah yang pertama itu kemudian
berkembang peradaban bangsa Latin. Lembah yang lain di Italia yang penting
selain dua tadi adalah Lembah sungai Po di Utara dan Lembah Campania di selatan
yang terkenal kesuburannya.
Di Italia tidak banyak
mempunyai pelabuhan akan tetapi pantai-pantai baratnya cukup dilengkapi oleh
alam dengan teluk-teluk yang baik untuk pebdaratan kapal-kapal layar dizaman
kuno. Lembah Po yang ada di Timur Laut negeri pun memiliki pelabuhan yang ramai
perdagangannya
Syarat-syarat geografis seperti yang diuraikan
diatas telah menentukan sejarah Italia dari zaman ke zaman. Dari Italia Utara
dapat dimasuki bangsa-bangsa berasal dari Eropa Tengah dan pantai-pantai Timur
berlabuhlah para imigran Yunani dan Asia kecil,
Iklim baik dan tumbuhan yang hijau disepanjang tahun menjadikan Italia
berpenduduk kaum gembala dan Petani yang makmur. Para Imigran dari Timur pada
umumnya mendiami lembah Campania yang subur tanahnya. Bangsa-bangsa pendatang yang berasal dari Eropa Tengah, Eropa Timur dan Yunani
serta Asia Kecil memasuki Italia dari Utara dan Selatan.
Penduduk tertua di Italia Kuno adalah bangsa
Liguria dan Lberia yang masih serumpun dengan penduduk asli di negeri Spanyol
dan Gallia (Prancis).
Kemudian baru datang bangsa Indo-Eropa dari Eropa
Utara dan Menduduki daerah di sekitar danau-danau Italia Utara. Mereka ini
mendirikan rumah-rumah yang bertiang; dari itu dapat disimpulkan bahwa mereka
masuk negeri tersebut pada Akhir zaman perunggu. Akhirnya
bangsa-bangsa pendatang ini bercampur dengan pribumi dan terbentuklah tiga
bahasa utama di Italia, yakni : bangsa Umbria di Utara, bangsa Latin di Tengah
dan Bangsa Samnia di Selatan.
Awal Perkembangan dan Masa Puncak Kejayaan
Kerajaan Romawi (Latin: Regnum Romanum) adalah sebuah
pemerintahan monarki di kota Roma dan wilayah kekuasaannya. Tidak banyak yang
diketahui mengenai sejarah Kerajaan Romawi karena tidak ada sumber tertulis
yang berasal dari zaman tersebut. Kebanyakan sumber ditulis selama masa Republik
dan Kekaisaran berdasarkan pada legenda. Sejarah Kerajaan Romawi bermula sejak
pendirian kota tersebut, sekitar tahun 753 SM dan berakhir setelah penggulingan
kekuasaan para raja dan pendirian Republik pada tahun 509 SM.
Awal Kerajaan
Romawi
Kerajaan
Romawi bermula dari pemukiman di sekitar Bukit Palatine di sepanjang sungai Tiber
di Italia Tengah. Wilayah itu subur dan bukit-bukitnya menyediakan perlindungan
sehingga tempat itu mudah dipertahankan. Hal ini ikut berperan dalam kejayaan
Roma kelak. Pada awalnya Romulus dan Remus berselisih mengenai tempat akan
didirikannya kota. Ketika Romulus sedang membangun tembok kota, Remus mengejek
dan mengganggu pekerjaannya. Puncaknya adalah ketika Remus melewati wilayah
Romulus, Remus dibunuh oleh Romulus. Menurut sumber dari Livy, Plutarch, Dionysius
dari Halicarnassus dan yang lainnya, kerajaan Romawi dipimpin oleh tujuh raja
dalam masa 243 tahun.
Ketika
bangsa Galia menyerang Roma setelah Pertempuran Allia pada 390 SM, (menurut
Polybius pertempuran tersebut terjadi pada 387/386 SM) mereka menghancurkan
semua catatan sejarah, sehingga tidak ada catatan sejarah dari masa kerajaan.
Romawi awal
adalah sebuah monarki yang dipimpin oleh seorang raja (Latin: rex). Semua
raja Romawi dipilih oleh rakyat Roma kecuali Romulus yang menjadi raja karena
dia yang mendirikan Roma. Dengan asumsi bahwa raja berdaulat penuh dan memegang
kekuasaan tertinggi negara, maka raja juga adalah sekaligus:
Kepala pemerintahan - memiliki
kekuasaan untuk menegakkan hukum, mengelola semua harta milik negara, dan
mengawasi semua pekerjaan umum
Kepala Negara - mengatur
hubungan dengan kerajaan lain dan menerima duta besar.
Pemimpin Legislatif -
merumuskan dan mengajukan undang-undang.
Panglima tertinggi - komandan
militer Romawi dengan kekuasaan mengatur legiun, menunjuk pemimpin militer, dan
menyatakan perang.
Pemimpin keagamaan - mewakili
Romawi dan rakyatnya di hadapan para dewa, memiliki kendali administratif atas
agama Romawi.
Hakim Agung - mengambil
keputusan mengenai semua kasus pidana dan perdata.
Kepala pemerintahan
Raja
diberikan kekuasan pemerintahan, kehakiman, dan militer tertinggi dengan
penggunaan imperium. Imperium dimiliki raja seumur hidupnya dan membuat raja
kebal terhadap pengadilan. Sebagai pemilik tunggal imperium di Roma pada saat
itu, raja memiliki kekuasaan eksekutif tertinggi serta kekuasaan militer
sebagai panglima tertinggi seluruh legiun Romawi. Selain itu, hukum yaang
menjaga warga negara dari penyalahgunaan magistratus yang memiliki imperium,
tidak ada pada masa raja.
Kekuasaan
raja yang lainnya adalah hak untuk menunjuk atau mencalonkan pejabat pada semua
jabatan. Raja menunjuk tribunus celerum untuk bertugas sebagai tribunus
suku Ramnes di Roma sekligus sebagai komanan pengawal pribadi raja, Celeres.
Raja diharuskan menunjuk tribunus ketika mulai menjabat dan ketika akan
meninggal. Tribunus merupakan jabatan tertinggi kedua setelah raja dan juga
memiliki hak untuk memanggil rapat Majelis Curiate.
Jabatan
lainnya yang ditunjuk oleh raja adalah praefectus urbi, yang bertindak
sebagai penjaga kota. Ketika raja sedang berada di luar kota, prefek memiliki
semua kekuasaan dan hak raja, bahkan diberikan imperium selama berada di dalam
kota.aja juga merupakan satu-satunya orang yang bisa mengangkat bangsawan
menjadi anggota Senat.
Pemimpin keagamaan
Raja
memiliki hak pada auspicium atas nama Roma dan kepala augurnya, dan tidak ada
bisnis publik yang dapat dilaksanakan tanpa kehendak dewa menjadikan asupicium
penting. Orang-orang mengenal raja sebagai perantara antara manusia dengan dewa
(pontifex, "pembangun jembatan") dan dengan dimikian mereka
memandang raja dengan sangat religius. Ini menjadikan raja sebagai pemimpin agama
negara. Raja bisa mengatur kalender Romawi, dia juga menyelenggarakan semua
upacara keagamaan dan menunjuk pejabat keagaamaan yang lebih rendah. Diceritakan
bahwa Romulus merupakan pendiri jabatan augur sekaligus merupakan augur
terhebat. Demikian juga raja Numa Pompilius, yang mengembangkan dasar-dasar
dogma keagamaan Romawi.
Pemimpin legislatif
Di bawah
kepemimpinan raja, lembaga legislatif (Senat dan Majelis Curiate) hanya
memiliki sedikit kekuasaan; mereka bukanlah lembaga yang independen karena
mereka tidak memiliki hak untuk berkumpul dan mendiskusikan masalah kenegaraan
sesuai kehendak mereka. Mereka hanya bisa berkumpul jika dipanggil oleh raja dan
hanya boleh mendiskusikan masalah sesuai keinginan raja. Walaupun begitu,
Majelis Curiate memiliki hak untuk meluluskan hukum yang diusulkan oleh raja,
sedangan senat berfungsi sebagai dewan kehormatan. Senat bertugas menasehati
raja namun tidak bisa mencegah tindakan raja. Satu-satunaya tindakan raja yang
tidak boleh dilakukan tanpa persetujuan Senat dan Majelis Curiate adalah
menyatakan perang terhadap negara lain.
Hakim agung
Memiliki
imeperium memjadikan raja berhak menentukan putusan dalam semua kasus
pengadilan, karena raja juga dapat berfungsi sebagai sebagai kepala keadilan
Roma. Meskipun raja bisa menunjuk pontif untuk bertugas sebagai hakim dalam
perkara-perkara kecil, raja memiliki otoritas tertinggi dalam semua kasus yang
dibawa ke hadapannya, baik perkara pidana maupun perdata. Ini menjadikan raja
sangat berkuasa baik dalam masa damai maupun dalam masa perang. Beberapa
sejarawan percaya bahwa keputusan raja tidak dapat diganggu gugat dan dengan
dimikian tidak dapat dilakukan banding. Namun beberapa sejarawan lainnya
meyakini bahwa permohonan banding dapat diajukan pada raja oleh kalangan bangsawan
pada pertemuan Majelis Curiate.
Untuk
membantu raja, sebuah dewan bertugas menasehati raja selama persidangan, namun
rajalah yang berhak menentukan putusan akhirnya. Raja juga menunjuk dua
detektif kriminal (Quaestores Parridici) sebagai pengawas pada kasus-kasus pengkhianatan.
Menurut Livius, Tarquinius Superbus, raja ketujuh dan terakhir Romawi,
menghakimi kasus-kasus kriminal tanpa penasehat, sehingga menciptakan ketakutan
pada orang-orang yang hendak melawannya.
Senat
Romulus
mendirikan Senat setelah dia mendirikan Roma. Dia memilih orang-orang dari kaum
bangsawan (orang-orang yang memiliki kekayaan dan istri serta anak yang sah)
untuk menjabat sebagai dewan kota. Dengan demikian, Senat adalah dewan
penasihat raja. Senat terdiri dari 300 orang Senator, dimana 100 orang Senator
mewakili tiga suku kuno di Roma: Ramnes (latin), Tities (Sabin), dan Lukeres
(Etruska). Raja memiliki kekuasaan untuk mengangkat Senator namun harus
disesuaikan dengan adat kebiasaan.
Dalam
pemerintahan monarki, Senat hanya memiliki sedikit kekuasaan dan kewenangan
karena sebagian besar kekuasaan dipegang oleh raja, selain itu raja dapat
menjalankan semua kewenangannya tanpa persetujuan Senat. Fungsi utama Senat
adalah melayani raja sebagai penasihat dan koordinator legislatif. Setelah
undang-undang yang diusulkan oleh raja melewati Comitia Curiata, Senat bisa
menolaknya atau menyetujuinya sebagai hukum. Raja bisa meminta pertimbangan
pada Senat mengenai masalah tertentu namun pada akhirnya rajalah yang
memutuskan. Raja memiliki kewenangan untuk mengadakan rapat Senat kecuali
selama interregnum, dimana Senat bisa mengadakan rapatnya sendiri.
Pemilihan raja
Ketika
seorang raja mati, Romawi memasuki masa interregnum. Kekuasaan tertinggi
negara akan berpindah ke Senat, yang bertanggung jawab untuk mencari raja baru.
Senat akan berkumpul dan menunjuk salah satu anggotanya sendiri (interrex)
untuk bertugas selama lima hari dengan tujuan mengusulkan raja berikutnya.
Setelah lima hari, seorang interrex akan menunjuk (dengan persetujuan Senat) Senator
lain sebagai interrex. Proses ini akan terus berlanjut sampai raja yang baru
terpilih. Setelah interrex menemukan calon yang cocok, ia akan mengusulkannya
pada Senat dan Senat akan meninjau calon tersebut. Jika Senat menyetujuinya,
interrex akan memanggil Majelis Curiate untuk mengadakan sidang.
Setelah
diusulkan kepada Majelis Curiate, rakyat Romawi dapat menerima atau menolaknya.
Jika diterima, raja terpilih tidak segera menjalankan tugas. Dia harus melalui
dua proses lagi sebelum mendapatkan kekuasaan penuh. Pertama, raja harus
menjalani upacara keagamaan yang dipimpin oleh seorang augur. Kedua, pemberian
kewenangan dari Majelis Curiate kepada raja terpilih.
Romulus
Romulus
adalah raja pertama sekaligus pendiri Roma. Romulus mendirikan Roma di atas
bukit Palatine. Setelah mendirikan Roma, Romulus mengizinkan semua laki-laki,
baik manusia bebas ataupun budak, untuk datang dan menjadi warga Roma. Untuk
menyediakan istri bagi warganya, Romulus menculik wanita-wanita kaum Sabin
sehingga kerajaan Sabin memerangi Roma. Setelah berperang dengan kaun Sabin,
Romulus berbagi gelar dengan raja Sabin, Titus Tatius. Pada masa
pemerintahannya, Roma juga berperang dengan kerajaan Fidenate dan Veii. Romulus
memilih 100 orang bangsawan untuk membentuk senat sebagai dewan penasihat bagi
raja. Setelah penggabungan dengan Sabin, Romulus menambah lagi 100 sebagai
senat.Romulus membagi rakyatnya menjadi tiga puluh curiae (golongan),
dinamai berdasarkan tiga puluh wanita Sabin yang berperan dalam menghentikan
perang antara Romulus dan Titus Tatius. Pewakilan tiap Curiae berkumpul
membentuk Dewan Curiata. Setelah kematiannya pada usia 54 tahun, Romulus dipuja
sebagai Quirinus, dewa perang.
Numa
Pompilius
Setelah
kematian Romulus, terjadi masa interregnum selama satu tahun dimana 10 orang
anggota senat terpilih memerintah sebagai interrex. Senat kemudian memilih Numa
Pompilius, seorang Sabin, untuk menjadi raja berikutnya. Dia dipilih karena
reputasinya sebagai orang yang adil dan beriman.Meskipun
awalnya Numa tidak mau menerima jabatan kerajaan, ayahnya meyakinkannya untuk
menerima posisi itu sebagai cara untuk melayani para dewa
Masa
pemerintahan Numa ditandai dengan perdamaian dan reformasi keagamaan. Numa
membangun kuil Janus dan melakukan kesepakatan damai dengan kerajaan tetangga
Roma. Numa kemudian menutup pintu kuil tersebut untuk menunjukkan keadaan damai. Numa juga banyak menetapkan dan mendirikan jabatan keagamaan di Roma,
contohnya perawan vesta, Pontifex Maximus, Salii, flamine. Numa mereformasi kalender
Romawi dengan menambahkan bulan Januari dan Februari sehingga totalnya menjadi
12 bulan. Numa mengatur wilayah Roma menjadi distrik-distrik untuk menciptakan
aministrasi yang lebih baik, membagi-bagi tanah kepada para penduduk, dan
membentuk serikat dagang.Tradisi
mengatakan bahwa pada masa pemerintahan Numa perisai Jupiter jatuh dari langit,
dengan masa depan Roma tertulis di atasnya. Numa memerintahkan untuk membuat
sebelas salinannya, yang kemudian dipuja sebagai benda suci oleh orang Romawi.
Numa memerintah selama 43 tahun dan meninggal secara alami
Tullus
Hostilius
Tullus Hostilius
adalah raja yang lebih suka berperang dibanding mengurusi masalah keagamaan.
Pada masa pemerintahannya, Roma memusnahkan kerajaan Alba Longa dan mengambil
seluruh penduduknya. Dia juga berperang dengan kerajaan Fidenae, Veii, dan
Sabin. Dia membangun tempat baru untuk senat, Curia Hostilia, yang
bertahan sampai 500 tahun setelah kematiannya.
Dalam suatu
cerita, Tullus mengabaikan para dewa hingga akhirnya ia jatuh sakit. Tullus
kemudian memanggil Jupiter dan memohon pertolongannya namun Jupiter membakar
sang raja dengan petirnya. Tullus memerintah Roma selama 31 tahun.
Ancus
Marcius
Setelah
kematian Tullus Hostilius yang misterius, senat Romawi memilih cucu Numa
Pompilius, Ancus Marcius, sebagai raja. Seperti kakeknya, Ancus Marcius lebih
suka perdamaian dan hanya berperang jika dia diserang. Dia melakukan
kesepakatan damai dengan kerajaan tetangga Roma dan membuat mereka bersekutu
dengan Roma. Dia banyak membangun infrastruktur, seperti penjara pertama Roma, pelabuhan,
dan pabrik garam. Dia juga membangun jembatan pertama yang melalui sungai
Tiber. Setelah memimpin selama 25 tahun, Dia meninggal secara alami seperti
kakeknya, menandai berakhirnya pemerintahan raja Latin-Sabin di Roma.
Tarquinius
Priscus
Tarquinius
Priscus merupakan keturunan Etruska. Setelah pindah ke Roma, dia diadopsi oleh
Ancus Marcius. Dalam masa pemerintahannya, dia memenangkan banyak peperangan
melawan kerajaan lain dan membuat Roma memperoleh banyak harta rampasan perang.
Dia
menambahkan 100 anggota dari suku Etruska ke dalam senat. Dia juga menambah
jumlah tentara menjadi 6.000 infantri dan 600 kavaleri. Dia membangun kuil
Jupiter, Circus Maximus (arena balap kereta kuda), mendirikan Forum
Romawi, mengadakan kompetisi olahraga Romawi, dan memperkenalkan lambang
militer Romawi. Setelah
menjadi raja selama 25 tahun, dia dibunuh oleh anak kandung Ancus Marcius.
Servius
Tullius
Tarquinius
Priscus digantikan oleh menantunya, Servius Tullius. Servius adalah raja Roma
kedua yang merupakan keturunan Etruska. Servius mengadakan sensus penduduk
pertama dan membagi-bagi penduduk Roma berdasarkan tingkat ekonominya dan
wilayah geografisnya.Dia mendirikanDewan
Centuria dan dewan Suku. Dia membangun kuil Diana dan tembok yang mengelilingi
tujuh bukit di Roma. Dia memerintah selama 44 tahun kemudian dibunuh oleh
putrinya (Tullia) dan menantunya (Tarquinius Superbus).
Tarquinius
Superbus
Tarquinius
Superbus anak dari Tarquinius Priscus dan menantu Servius Tullius. Tarquinius
Superbus juga adalah orang Etruska. Tidak seperti raja-raja sebelumnya, masa
pemerintahan Tarquinius Superbus diisi dengan kekejaman dan teror sehingga
rakyat memberontak padanya. Kekuasaan Tarquinius Superbus berakhir pada 509 SM,
sekaligus menandai berakhirnya pengaruh Etruska di Romawi dan pembentukan Republik.
Sementara Tarquinius Superbus melarikan diri ke kota Tusculum dan kemudian ke Cumae,
di mana ia meninggal dunia pada 496 SM.
Raja ketujuh
Romawi, Tarquinius Superbus, memerintah dengan kejam. Dia menggunakan
kekerasan, pembunuhan, dan teror untuk mempertahankan kekuasaannya. Sang raja
juga mencabut banyak konstitusi yang telah ditetapkan oleh pendahulunya.
Puncaknya adalah peristiwa pemerkosaan Lucretia yang kemudian menyebabkan
rakyat memberontak dan menggulingkan kekuasaan raja. Setelah itu, Romawi
menjadi sebuah republik.
Untuk
menggantikan kepemimpinan raja, dibuatlah lembaga baru bernama konsul. Konsul
terdiri dari dua orang, dipilih untuk masa jabatan selama satu tahun, dan
konsul yang satu dapat membatalkan kebijakan konsul yang lain. Awalnya, konsul
memiliki kekuasaan seperti raja, dalam perkembangan selanjutnya, kekuasaan
konsul dikurangi dengan adanya hakim-hakim yang memegang wewenang tertentu.
Yang pertama muncul adalah praetor, yang membuat konsul tak lagi memiliki
otoritas yudisial. Kemudian ada censor yang mengambil alih dari konsul hak
untuk melakukan sensus.
Rakyat
Romawi kemudian menciptakan jabatan yang disebut diktator. Seorang diktator
memiliki wewenang penuh atas masalah-masalah sipil dan militer. Kekuasaan
diktator begitu mutlak sehingga jabatan ini hanya berlaku di masa-masa darurat.
Walaupun tampaknya mirip dengan raja, diktator Romawi memiliki masa jabatan
yang terbatas yaitu enam bulan. Berlawanan dengan konsep modern diktator
sebagai perampas kekuasaan, diktator Romawi dipilih secara bebas, biasanya
berasal dari jajaran konsul.
Setelah
menjadi republik, kekuasaan keagamaan raja diberikan kepada dua jabatan baru: Rex
Sacrorum dan Pontifex Maximus. Rex Sacrorum secara de jure adalah pejabat agama
tertinggi di Republik. Tugas utamanya adalah mengadakan pengorbanan tahunan
untuk Jupiter, sebelumnya tugas ini dilakukan oleh raja. Sedangkan pejabat
agama tertinggi secara de facto adalah Pontifex Maximus, yang memegang sebagian
besar wewenang keagamaan. Dia memiliki kekuasaan untuk menunjuk dan mengangkat
pejabat-pejabat keagamaan seperti perawan Vesta, pendeta, dan bahkan Rex
Sacrorum. Pada awal abad ke-1 SM, jabatan Rex Sacrorum dilupakan dan Pontifex
Maximus memperoleh hampir seluruh kewenangan keagamaan Romawi.
Republik Romawi adalah fase dari Kebudayaan Romawi kuno yang ditandai
dengan bentuk pemerintahan republik. Periode Republik Romawi dimulai dari
penggulingan Kerajaan Roma (ca. 509 SM), dan diikuti oleh berbagai perang
saudara. Di masa Republik Romawi pula terjadi perang terkenal yang bernama Perang
Punic antara Republik Romawi dengan Kekaisaran Kartago. Kapan tepatnya Republik
Romawi berakhir masih belum disetujui oleh para sejarawan, tergantung definisi
yang digunakan. Sebagian sejarawan mengusulkan penunjukan Julius Caesar sebagai
diktator seumur hidup pada 44 SM), dan sebagian lainnya mengusulkan Pertempuran
Actium (2 September 31 SM), dan sebagian lainnya mengusulkan pemberian
kekuasaan penuh bagi Octavianus pada 16 Januari 27 SM sebagai tanggal
berakhirnya Republik Romawi dan berdirinya Kekaisaran Romawi.
Pemerintahan
Republik Romawi diatur oleh adat, tradisi dan hukum. Secara garis besar,
pemerintahan dijalankan bersama-sama oleh tiga pihak: dua orang konsul, senat,
dan golongan Pleb.
Senat
memiliki wewenang yang disebut Senatus consultum, yaitu pertimbangan
senat untuk hakim dan biasanya dipatuhi oleh para hakim. Meskipun secara teknis
tidak punya peran resmi dalam konflik militer, pada praktiknya Senat adalah
pihak yang mengawasi urusan-urusan seperti itu. Senat juga mengatur
administrasi masyarakat sipil. Persyaratan untuk menjadi seorang senator yaitu
memiliki tanah senilai minimal 100.000 denarii, terlahir dari golongan
bangsawan, dan telah memegang jabatan publik minimal sekali.
Dewan
Legislatif memiliki kewenangan untuk menentukan hakim, memvonis hukuman mati,
mengurusi menyatakan perang dan perjanjian damai , dan membentuk persekutuan.
Ada dua macam dewan legislatif. Yang pertama adalah comitia yang
merupakan dewan dari semua kelompok masyarakat. Yang kedua adalah concilia
yang merupakan dewan dari kelompok masyarakat tertentu.
Masyarakat
Roma dikelompokan berdasarkan centuria-centuria dan suku-suku.
Centuria-centuria dan suku-suku berkumpul membentuk kelompok mereka sendiri
yang disebut Comitia Centuriata (Dewan Centuria). Pemimpin Dewan
Centuria biasanya adalah seorang konsul. Dewan Centuria berwenang memilih
hakim-hakim (konsul,praetor, dan censor), mengesahkan hasil suatu sensus,
menyatakan perang, dan mengurusi kasus yudisial tertentu.
Dewan suku (Comitia
Tributa) dipimpin oleh seorang konsul dan terdiri dari tiga puluh lima
suku. Suku-suku tersebut tidak didasarkan pada pertalian etnik atau kekerabatan
tetapi lebih kepada pembagian wilayah geografis. Dewan suku berwenang memilih quaestor,
curule, aedile, dan tribunal militer.
Dewan Pleb
adalah perwakilan dari kelompok Pleb. Mereka memilih pejabat mereka sendiri,
tribunal pleb, dan tribunal aedile. Biasanya tribunal pleb yang memimpin Dewan
Pleb. Kelompk ini bisa bertindak sebagai pengadilan banding.
Tiap hakim
dapat membatalkan keputusan dari hakim yang setara atau di bawah tingkatannya,
tribunal pleb dan tribunal aedile. Hakim-hakim terdiri dari konsul, praetor,
censor, aedile, quaestor, tribunal, dan diktator.
Julius
Caesar dikenang sebagai kaisar Romawi paling sempurna
(walaupun Roma masih merupakan sebuah republik semasa hidupnya dan jabatan
kaisar belum dibentuk hingga ia meninggal). Ia memerintah Republik Romawi
beberapa tahun setelah penaklukan kekuatan terakhir bangsa galia di bukit
alesia, hingga kematian tragisnya di sidang senat pada 44 SM.
Kekuasaan
yang dimiliki Julius Caesar didapatkannya ketika ia masih menjabat
sebagai salah satu anggota Triumvirat (sebuah dewan pemerintahan yang terdiri
atas tiga serangkai, ketika itu : Caesar, Pompei dan Crassus)
sebagai pemimpin militer. Pada saat itulah ia memulai rencananya untuk merebut
daerah luas di utara eropa yang dikuasai bangsa Galia dengan dukungan
sahabatnya, Pompei (106-48 SM).
Sejak
dikalahkannya Kartago, sekitar satu abad sebelum Caesar lahir, Republik Roma
dipenuhi dengan perang saudara, pemberontakan kekuatan militer, korupsi, dan
ketidak puasan terhadap dewan Senat sebagai pusat pemerintahan. Suatu kondisi
politik yang kacau di sebuah republik yang berkuasa di laut tengah. Dengan
berdirinya Triumvirat, beberapa masalah mampu ditangani, walaupun Caesar
menyadari bahwa sistem republik sudah tidak layak dipertahankan.
Di tangan Julius
Caesar bangsa romawi mulai mewujudkan mimpinya untuk menyerang timur laut
dan utara eropa. Ia mendesak perbatasan Romawi sampai ke daratan Inggris
(Brittania) sehingga lebih dari separuh benua eropa berada di bawah kekuasaan
Republik Roma. Namun kemenangan Caesar dianggap ancaman terhadap republik oleh
sebagian anggota Senat, bahkan Pompei ikut mendukung Senat untuk melawan
Caesar. Keadaan tersebut memaksa Caesar untuk melakukan Kudeta dan mengabaikan
hukum pemerintahan republik itu. Dari utara, Caesar bersama tentaranya
menyerang dan merebut kota Roma dari tangan Senat, mengalahkan Pompei
dan mengejarnya sampai ke Mesir (dimana yang ia dapatkan hanya kepala Pompei
yg tersisa akibat pembunuhan yang dilakukan persekongkolan di mesir, hal
tersebut sangat disesali oleh Caesar). Kemenangan Julius Caesar menjadikannya
sebagai penguasa Roma dengan kekuasaan mutlak. Ia terus memerintah sampai tewas
dibunuh oleh sekelompok orang yang masih mendukung republik pada tahun 44 SM.
Julius
Caesar mengubah perjalanan sejarah Roma - dan tentu saja, sejarah Eropa. Di
Roma sendiri, ia menggulingkan pemerintahan republik (walaupun harus melakukan
kudeta dan berperang melawan teman seperjuangannya, Pompeius magnus) dan
menciptakan jabatan yang menurut faktanya adalah seorang kaisar, yang dijadikan
jabatan resmi oleh kemenakannya Octavianus (63 SM-14 Masehi) ketika ia
memegang kekuasaan setelah kematian pamannya. Tatkala Caesar baru mulai
memerintah, Roma adalah penguasa utama di Laut Tengah. Pada waktu kematiannya,
Roma juga menjadi pemerintahan adikuasa yang pertama di Eropa-atau boleh jadi
di seluruh dunia (dengan pengecualian Persia dibawah Cyrus dan Macedonia
dibawah Alexander).
Setelah
Julius Caesar tewas, ia digantikan oleh kemenakannya yang bernama Octavianus.
Namun bukan hanya jabatan besar, masalah-masalah besar pun turut diwariskan
sang paman, selain mendapat banyak perlawanan dari saingan-saingannya,
Octavianus juga harus membongkar skandal pembunuhan caesar yang dilakukan oleh
sebuah sindikat persekongkolan yang dipimpin Gaius Cassius dan Markus
Yunius Brutus. Oleh karenanya, ia sepakat untuk memimpin sebuah Triumvirat
(sebuah dewan pemerintahan yang terdiri atas tiga serangkai) bersama-sama Marcus
Lepidus (?-13 SM) dan Marcus Antonius (83-30 SM).
Namun sekali
lagi, pemerintahan Triumvirat ini tidak cukup berhasil, sehingga menimbulkan
banyak masalah termasuk kisah percintaan Markus Antonius dengan ratu mesir Cleopatra
di kemudian hari. Cleopatra sendiri adalah pemimpin terakhir dari dinasti
terakhir mesir (ptolemy), seorang ratu yang di masa sebelumnya juga pernah
memiliki skandal percintaan dengan Caesar. Kita tinggalkan dulu Cleopatra,
setelah para pembunuh Julius Caesar berhasil ditangkap dan dihancurkan,
Triumvirat sepakat untuk membagi kekuasaan secara geografis, dengan Octavianus
di Eropa, Lepidus di Afrika dan Antonius di Mesir.
Di Mesir,
Markus Antonius mengawali pemerintahannya di kota kosmopolitan Alexandria,
disanalah ia bertemu Cleopatra (69-30 SM) yang kemudian ia nikahi (walau besar
kemungkinan keduanya pernah bertemu di saat Caesar masih hidup). Perlahan tapi
pasti, sahabat seperjuangan Julius Caesar ini mulai berpindah pihak. Ia
menetapkan ketiga anaknya sebagai penggantinya dan sering kali ia menghadiahi
istrinya dengan benda-benda yang mahal, bahkan timbul kabar angin bahwa ia akan
menghadiahkan kota Roma (yang dikuasai Octavianus) kepada Cleopatra, sebagai
hadiah.
Ketika kabar
angin itu merebak dan terdengar oleh Octavianus, ia menjadi berang dan
mendeklarasikan perang melawan Anthony. Kedua belah pihak berhadapan muka di Pertempuran
Actium Pada tahun 31 SM. Pada pertempuran itu, pasukan Anthony
berhasil di desak dan di kalahkan (Anthony dan Cleopatra kemudian mengakhiri
hidup mereka dengan bunuh diri pada tahun 30 SM). Octavianus mendeklarasikan dirinya sebagai kaisar romawi
dengan berbagai gelar baru, termasuk Imperator dan Kaisar Augustus
(Augustus Caesar). Dengan pendeklarasian ini, maka Kekaisaran Romawi, puncak
dari dominasi politik yang dibangun selama 7 abad, resmi berdiri. Tepatnya
tahun 27 SM.
Setelah
Kasiar Nero meninggal karena bunuh diri pada tahun 68, meletuslah suatu perang
saudara di Kekaisaran Romawi (perang saudara pertama sejak kematian Antonius
pada tahun 30 SM), masa yang dikenal juga dengan sebutan Tahun empat Kaisar
(Year of the four emperors). Antara bulan Juni 68 hingga bulan Desember 69,
Kaisar Romawi berganti hingga 3 kali dalam satu tahun (Nero digantikan Galba,
Galba digantikan Otho, Otho digantikan Vitellius, Vitellius digantikan Vespasian,
penguasa pertama dari dinasti Flavian.
Periode perang saudara ini sendiri dianggap menjadi awal catatan hitam dalam
sejarah Kekaisaran Romawi, karena akibat yang ditimbulkannya berimplikasi besar
pada kestabilan politik dan militer Roma saat itu.
Setelah
Augustus mendeklarasikan berakhirnya perang saudara pada abad ke-1 Sebelum Masehi,
Kekaisaran Romawi mengalami periode dimana perluasan daerah, kedamaian, dan
kemakmurah ekonomi terasa diseluruh penjuru Kekaisaran (Pax Romana). Namun pada
abad ke-tiga, Kekaisaran dihadapkan pada sebuah krisis dimana serangan bangsa bar-bar,
perang saudara, dan hiperinflasi terjadi dalam waktu yang bersamaan dan terus
menerus, yang hampir menyebabkan runtuhnya Kekaisaran Romawi.
Kekacauan
ini sala satunya disebabkan karena tidak adanya suatu sistem yang jelas yang
mengatur tentang pergantian kekuasaan (succesion) sejak Augustus meninggal
tanpa menunjuk penerus Kekaisaran (normalnya, kekuasaan akan diserahkan kepada
anak sang kaisar, namun saat itu Augustus tidak memiliki anak). Hal ini
menyebabkan kekacauan saat pergantian kekaisaran pada abad ke-1 dan ke-2, namun
biasanya kekacauan yang terjadi tidak berlangsung lama.
Pada abad
ke-3 ini, puncak kekaisaran dipimpin sekurang-kurangnya 25 Kaisar antara tahun
235 - 284 (biasa disebut Kaisar-Militer (Soldier-Emperor).
Kebanyakan dari 25 kaisar ini tewas dibunuh atau terbunuh dalam konflik abad
ke-3 ini. periode ini dianggap berakhir setelah Diocletian berkuasa.
Penyebaran
Agama Kristen di Romawi
Kurang lebih
tiga abad setelah kematian Kaisar Augustus (wafat pada tahun 14 Masehi), Roma
yang berbentuk kekaisaran telah berkembang dengan pesatnya. Dengan wilayah yang
luas dan kekuatan militer yang tak terkalahkan, kekaisaran Romawi menjadi
kekaisaran terbesar di dunia yang telah dikenal ketika itu, masa yang
biasa disebut Pax Romana, di mana pun terwujud.
Pada saat
inilah, agama Kristen mulai tumbuh dan berkembang di Roma. Tidak seperti
agama-agama sebelumnya, yang diwariskan dari generasi ke generasi sebagai
ciri-ciri budaya suatu bangsa, agama Kristen secara aktif mempertobatkan mereka
yang belum percaya. Agama Kristen bermula dari Timur Tengah dan menyebar hingga
ke Yunani dan Mesir. Para utusan Injil Kristen terutama murid Yesus, Petrus
(?-67 Masehi), perintis penyebaran agama Kristen, bersama-sama Saulus dari
Tarsus (5-67 Masehi), kini dikenal sebagai Paulus, memberitakan agama yang baru
itu ke seluruh wilayah Kekaisaran dan bahkan sampai ke Roma.
Pada
awalnya, kedatangan agama baru ini bisa ditoleransi oleh orang Romawi. Namun
pada perkembangan selanjutnya, orang Romawi mulai khawatir akan penyebaran
agama Kristen yang begitu cepatnya. Mereka mengkhawatirkan agama ini akan
memecahbelah persatuan bangsa Romawi. Maka dimulailah pembantaian terhadap
orang-orang yang memeluk agama Kristen. Mereka dibunuh, ditindas atau dijadikan
umpan singa di arena sirkus. Meskipun demikian, gerakan-gerakan bawah tanah
orang Kristen tetap aktif menyebarkan agama, mereka menjadikan Roma sebagai
pusat gerakan mereka.
Hingga suatu
ketika, keadaan ini berubah ketika Constantinus (280-337 Masehi), yang memeluk
agama Kristen, berkuasa. Di bawah kepemimpinannya, agama yang awalnya ditentang
ini, mulai diterima dan bahkan dikembangkan. Bahkan, ia sempat menjadi penengah
dalam sebuah perselisihan serius mengenai doktrin antara golongan barat dan
timur dalam Gereja. Ia mengundang para uskup yang mewakili kedua golongan itu
untuk menghadiri sebuah Konsili Nicea tahun 325 Masehi. Di sana
perbedaan-perbedaan di antara mereka diselesaikan. Pengakuan Iman Nicea, yang
naskahnya dibuat pada konferensi tersebut, menetapkan keyakinan-keyakinan
Kristen yang mendasar yang dapat disepakati kedua golongan.
Selanjutnya,
Constantinus mengambil sejumlah langkah untuk menyelamatkan orang Kristen dari
kehancuran, baik sebagai akibat penganiayaan eksternal ataupun perselisihan
internal. Ia juga menetapkan agama
Kristen sebagai agama negara di seluruh pemerintahan Kekaisaran Romawi. Karena jasa-jasanya itulah, agama tersebut mulai tersebar bahkan menjadi
dominan di seluruh Eropa (karena ketika itu, Romawi menguasai hampir seluruh
daratan Eropa).
Pembagian
Kekaisaran Romawi yang tunggal menjadi dua (Kekaisaran Romawi Barat dan Kekaisaran
Romawi Timur) terjadi sekitar tahun 395 setelah kematian Thedosius I. Pembagian
kekuasaan ini dilakukan melalui serangkaian peristiwa yang saling terkait.
Kaisar
Romawi ketika itu, Diocletian mulai mengalami
kesulitan-kesulitan yang serius dalam menjalankan pemerintahannya diatas daerah
yang sangat luas, kesulitan ini di antaranya :
- Daerah
yang terlalu luas mengakibatkan koordinasi pusat dengan daerah lainnya
terhambat, perlu waktu berbulan-bulan agar maklumat atau hukum dari pusat
pemerintahan samapai ke daerah terpencil.
- Daerah
yang terlalu luas itu juga mengakibatkan rendahnya pengawasan dan
penjagaan dari serangan bangsa lain seperti Goth, Visigoth, Vandal
dan Frank.
Diocletian
melihat bahwa Kekaisaran Romawi tidak akan bisa bertahan jika dipimpin oleh
satu pemerintahan saja, maka ia pun membagi Kekaisaran menjadi dua pada sekitar
daerah timur Italia (lihat), dan menyebut pemimpinnya dengan sebutan Augustus
- Kekaisaran
Romawi Bagian Barat dengan Diocletian sebagai Augustus bagi Wilayah Barat
- Kekaisaran
Romawi Bagian Timur dengan Maximian, sahabat karib
Diocletian, sebagai Augustus
wilayah Wilayah Timur
Walaupun
begitu, kekaisaran Romawi pada saat itu tetap
menjadi suatu Kekaisaran tunggal, pemisahan menjadi Kekaisaran Romawi
Barat dan Kekaisaran Romawi Timur terjadi pada masa kepemimpinan Theodisius I.
Setelah
wilayah Kekaisaran Romawi dibagi menjadi dua wilayah. Pada tahun 293
masing-masing Augustus memilih kaisar muda yang disebut Caesar
(bedakan antara Kaisar (Emperor)
dengan Caesar) sebagai
pembantu urusan administratif dan sebagai penerus Kekaisaran jika mereka
meninggal; Galerius menjadi Caesar dibawah Dioclotian dan Constantius Chlorus
dibawah Maximian. Konstitusi ini disebut Tetrachy dalam ilmu pemerintahan
modern.
Pada
awalnya, sistem ini cukup berhasil mencegah kehancuran Kekaisaran Roma.
Penurunan kekuasaan pun berlangsung dengan damai. Setiap Caesar, dari
barat ataupun timur, menggantikan Augustus masing-masing dan mengangkat Caesar
Baru; Galerius mengangkat keponakannya Maximinus, dan Constantius mengangkat Flavius
Valerius Severus sebagai Caesar nya. Namun keadaan berubah ketika
Constantius Chlorus meninggal pada tanggal 25 Juli 306. Pasukan Constantius di
daerah Eboracum segera mengangkat Constantine, anak Constantius, sebagai
Augustus. Dan pada bulan agustus di tahun yang sama, Galerius juga memutuskan untuk mengangkat Severus menjadi Augustus.
Ketika
ketidakpuasan merajalela, Roma dihadapkan pada sebuah revolusi yang menginkan Maxentius
anak Maximian, menjadi Augustus (akhirnya ia menjadi Augustus pada tanggal 28
Oktober 306). Berbeda dengan yang lainnya, pengangkatan Maxentius ini didukung
oleh pasukan Praetorian. Hal ini menyebabkan Kekaisaran memiliki 5 pemimpin:
Empat Augustus (Galerius, Constantine, Severus dan Maxentius) dan seorang Caesar
(Maximinus) Dan pada tahun 307, Maximian juga memproklamirkan dirinya sebagai
Augustus, bersebelahan dengan anaknya Maxentius (sehingga secara total, ada 6
orang Augustus di Kekaisaran Romawi yaitu : Maximinus, Maximian, Maxitius,
Galerius, Constantine dan Severus). Namun hal ini tidak disetujui oleh Galerius
dan Severus, sehingga menimbulkan perang saudara di daerah Italia. Akhirnya,
Serverus terbunuh di tangan Maxentius pada tanggal 16 September 307. Keduanya
(Maximinus dan Maxentius) pun berusaha memikat Constantine untuk bekerjasama
dengan cara menjodohkan Constantine dengan Fausta, anak Maximian sekaligus
kakak kandung Maxentius.
Keadaan
semakin rumit ketika Domitius Alexander, Vicarius (semacam Gubernur) dari
Provinsi Afrika memproklamirkan diri sebagai Augustus pada 308. Melihat
perkembangan ini, maka diadakanlah Kongres Carnuntum yang dihadiri oleh
Diocletian, Maximian, and Galerius. Kongres ini menghasilkan keputusan antara
lain :
- Galerius
menjadi Augustus di Kekaisaran Romawi Wilayah Timur
- Maximinus
menjadi Caesar di Kekaisaran Romawi Wilayah Timur
- Maximian
Dipecat
- Maxentius tidak
diakui, kepemimpinannya dianggap ilegal
- Constantine
mendapat pengakuan, namun jabatannya di turunkan menjadi Caesar di
Kekaisaran Romawi Bagian Barat
- Licinius
menggantikan Maximian sebagai Augustus di Kekaisaran Romawi
Wilayah Barat
Namun
masalah terus berlanjut. Maximinus menuntut agar gelarnya sebagai Augustus
dikembalikan. Akhirnya dia memproklamirkan dirinya kembali sebagai Augustus
pada tanggal 1 Mei 310. Diikuti oleh Maximian yang memproklamairkan dirinya,
untuk yang ketiga kalinya, menjadi Augustus. Namun ia (Maximian) tewas dibunuh
oleh menantu-nya sendiri, Constantine, pada bulan Juli 310. Pada akhir tahun
310, Kekaisaran Romawi masih dipimpin oleh 4 Augustus resmi (Galerius,
Maximinus, Constantine, dan Licinius) dan seorang Augustus ilegal (Maxentius)
Galerius tewas pada bulan Mei 311 meninggalkan Maximinus sebagai penguasa
tunggal Kekaisaran Romawi Wilayah Timur. Disaat bersamaan, Maxentius
mendeklarasikan perang terhadap Constantine, yang telah membunuh ayahnya
(Maximian adalah ayah kandung Maxentius). Namun peperangan itu menjadi bumerang
bagi dirinya sendiri. Ia tewas dalam suatu pertempuran melawan Constantine, Pertempuran
di Jembatan Milvian, pada tanggal 28 Oktober 312.Akibat kematian Maxentius,
Augusti (kata jamak dari Augustus) hanya bersisa 3 orang; Maximinus,
Constantine, dan Licinius. Licinius kemudian menikahi Constantia, adik
Constantine, untuk mengikat persahabatan dengan Constantine.
Pada bulan
Agustus 313, Maximinus tewas di daerah Tarsus, Cilicia. Augusti yang tersisa
(Licius dan Constantine) akhirnya sepakat membagi 2 wilayah Kekaisaran Romawi,
seperti yang dilakukan oleh Diocletian; Constantine di Kekaisaran Romawi Bagian
Barat, dan Lucius di Kekaisaran Romawi Bagian Timur.Pembagian kekuasaan ini
berlangsung selama sepuluh tahun. Samapai pada tahun 324, peperangan antara dua
Augusti yang tersisa terjadi. Peperangan ini berakhir dengan kekalahan Lucius,
menjadikan Constantine sebagai penguasa tunggal di seluruh Kekaisaran Romawi.
Kemudian
Constantine memutuskan bahwa Kekaisaran yang hampir musnah ini, membutuhkan ibukota
baru sebagai pusat pemerintahan. Ia memutuskan memindahkan pusat pemerintahan
ke Kota kuno Byzantium dan merubah namanya menjadi Nova Roma (namun
dikemudian hari, kota ini dikenal dengan Constantinople, kota Constantine).
Constantineople terus menjadi pusat pemerintahan Constantine yang agung sampai
kematiannya pada tanggal 22 Mei 337.
Theodosius I, Kaisar Terakhir (395)
Pada tahun
392, Valentinian tewas di Vienne. Theodosius I
menggantikan dia, memerintah seluruh Kekaisaran Romawi. Theodosius mempunyai dua putra (Arcadius dan Honorius) dan
seorang putri bernama Pulcheria, dari istri pertamanya, Aelia Flacilla. Putri
dan istrinya pertamanya kemudian tewas pada tahun 385. Dari istri keduanya,
Galla, dia mendapatkan seorang putri, Galla Placidia, ibu dari Valentinian III,
seseorang yang kemudian menjadi Kaisar di Kekaisaran Romawi Barat.
Setelah
kematiannya pada tahun 395, kekuasaannya dibagi kepada dua anaknya Arcadius dan
Honorius; Arcadius menjadi penguasa Kekaisaran Romawi Timur, dengan ibukota
Konstantinopel, dan Honorius menjadi penguasa di Barat, dengan ibukota Milan.
Pembagian ini dianggap sebagai akhir dari Kekaisaran Romawi yang Tunggal.
Pertempuran Adrianople (378)
Pertempuran
Adrianople (9 Agustus 378) adalah pertempuran antara Tentara Romawi yang
dipimpin Kaisar Valens dan suku Jerman (Germanic Tribes, kebanyakan
berasal dari suku Visigoths dan Ostrogoths) dipimpin oleh Fritigern.
Pertempuran terjadi di daerah Adrianople dan berakhir dengan kekalahan telak
Kekaisaran Romawi. Pertempuran ini mengakibatkan tewasnya Kaisar Valens.
Kekaisaran Romawi Timur atau Kekaisaran Bizantium
(ejaan lain: Bizantin, Byzantin,
Byzantine) adalah wilayah
timur Kekaisaran Romawi yang terutama berbahasa Yunani pada Abad Kuno dan Pertengahan. Penduduk dan tetangga-tetangga Kekaisaran
Bizantium menjuluki negeri ini Kekaisaran Romawi atau Romania (Yunani: Ῥωμανία,
Rhōmanía). Kekaisaran ini berpusat di Konstantinopel, dan dikuasai oleh
kaisar-kaisar yang merupakan pengganti kaisar Romawi kuno setelah runtuhnya Kekaisaran
Romawi Barat. Tidak ada konsensus mengenai tanggal pasti dimulainya periode
Romawi Timur. Beberapa orang menyebut masa kekuasaan Diokletianus (284-305)
dikarenakan reformasi-reformasi pemerintahan yang ia perkenalkan, yang membagi
kerajaan tersebut menjadi pars Orientis dan pars Occidentis.
Pihak lainnya menyebut masa kekuasaan Theodosius I (379-395), atau setelah
kematiannya pada tahun 395, saat kekaisaran terpecah menjadi bagian Timur dan
Barat. Ada juga yang menyebut tahun 476, ketika Roma dijajah untuk ketiga
kalinya dalam seabad yang menandakan jatuhnya Barat (Latin), dan mengakibatkan
kaisar di Timur (Yunani) mendapatkan kekuasaan tunggal. Bagaimanapun juga,
titik penting dalam sejarah Romawi Timur adalah ketika Konstantinus yang Agung
memindahkan ibukota dari Nikomedia (di Anatolia) ke Byzantium (yang akan
menjadi Konstantinopel) pada tahun 330.
Negeri ini
berdiri selama lebih dari ribuan tahun. Selama keberadaannya, Bizantium
merupakan kekuatan ekonomi, budaya, dan militer yang kuat di Eropa, meskipun
terus mengalami kemunduran, terutama pada masa Peperangan Romawi-Persia dan Bizantium-Arab.
Kekaisaran ini direstorasi pada masa Dinasti Makedonia, bangkit sebagai
kekuatan besar di Mediterania Timur pada akhir abad ke-10, dan mampu menyaingi Kekhalifahan
Fatimiyah. Setelah tahun 1071, sebagian besar Asia Kecil direbut oleh Turki
Seljuk. Restorasi Komnenos berhasil memperkuat dominasi pada abad ke-12, tetapi
setelah kematian Andronikos I Komnenos dan berakhirnya Dinasti Komnenos pada
akhir abad ke-12, kekaisaran kembali mengalami kemunduran. Bizantium semakin
terguncang pada masa Perang Salib Keempat tahun 1204, ketika kekaisaran ini
dibubarkan secara paksa dan dipisah menjadi kerajaan-kerajaan Yunani dan Latin
yang saling berseteru. Kekaisaran berhasil didirikan kembali pada tahun 1261,
dibawah pimpinan kaisar-kaisar Palaiologos, tetapi perang saudara pada abad
ke-14 terus melemahkan kekuatan kekaisaran. Sisa wilayahnya dicaplok oleh Kesultanan
Utsmaniyah dalam Peperangan Bizantium-Utsmaniyah. Akhirnya, Konstantinopel
berhasil direbut oleh Utsmaniyah pada tanggal 29 Mei 1453, menandai berakhirnya
Kekaisaran Romawi Timur.
Tata nama
Kekaisaran
ini mulai disebut "Bizantium" di Eropa
Barat pada tahun 1557, ketika sejarawan Jerman Hieronymus Wolf menerbitkan
karyanya yang berjudul Corpus Historiæ Byzantinæ. Istilah
"Bizantium" berasal dari kata "Byzantium", yaitu nama kota Konstantinopel
sebelum menjadi ibukota Konstantinus yang Agung. Semenjak itu, nama lama ini
jarang digunakan, kecuali dalam konteks sejarah dan puisi. Selanjutnya, Byzantine
du Louvre (Corpus Scriptorum Historiæ Byzantinæ) tahun 1648 dan Historia
Byzantina karya Du Cange tahun 1680 semakin memopulerkan istilah Bizantium
di antara pengarang-pengarang Perancis, seperti Montesquieu. Istilah ini
kemudian menghilang hingga pada abad ke-19 ketika orang-orang Barat kembali
menggunakannya. Sebelumnya, istilah Yunani-lah yang digunakan untuk
kekaisaran ini.
Negeri ini
dijuluki oleh penduduknya dengan nama Kekaisaran
Romawi, Kekaisaran Orang-orang
Romawi (Latin: Imperium Romanum, Imperium Romanorum, Yunani:
Βασιλεία τῶν Ῥωμαίων, Basileía tôn Rhōmaíōn, Αρχη τῶν Ῥωμαίων, Arche
tôn Rhōmaíōn), Romania (Latin: Romania, Greek:
Ῥωμανία, Rhōmanía), Republik Romawi (Latin: Res
Publica Romana, Yunani: Πολιτεία τῶν Ῥωμαίων, Politeίa tôn Rhōmaíōn),
Graikía
(Greek: Γραικία), dan juga Rhōmaís (Ῥωμαΐς).
Meskipun
Kekaisaran Romawi Timur memiliki ciri multietnis dalam sejarahnya, serta
menjaga tradisi Romawi-Helenistik, negeri ini dikenal oleh negeri-negeri barat
dan utara pada masanya dengan nama Kekaisaran
Orang-orang Yunani karena
kuatnya pengaruh Yunani. Penggunaan istilah Kekaisaran Orang-orang Yunani
(Latin: Imperium Graecorum) di Barat merupakan lambang penolakan klaim
Bizantium sebagai Kekaisaran Romawi. Klaim Romawi Timur terhadap pewarisan
Romawi ditentang di Barat pada masa Maharani Irene dari Athena, karena
pengangkatan Karel yang Agung sebagai Kaisar Romawi Suci tahun 800 oleh Paus
Leo III, yang memandang takhta Romawi kosong (tidak ada penguasa laki-laki).
Paus dan penguasa dari Barat lebih menyukai istilah Imperator Romaniæ
daripada Imperator Romanorum, gelar yang digunakan hanya untuk Karel
yang Agung dan penerus-penerusnya.
Sementara
itu, pada peradaban Persia, Islam, dan Slavia, identitas Romawi negeri ini
diakui. Di dunia Islam, Kekaisaran Romawi Timur dikenal dengan nama روم (Rûm
"Roma").
Dalam
atlas-atlas sejarah modern, kekaisaran ini biasanya dijuluki Kekaisaran
Romawi Timur pada periode antara 395 hingga 610. Pada peta-peta yang
menggambarkan Kekaisaran setelah tahun 610, istilah Kekaisaran Bizantium
biasanya dipakai, karena pada tahun 620, kaisar Heraklius mengganti bahasa
resmi kekaisaran dari Latin ke Yunani.
Jati diri
"Bizantium
bisa didefinisikan sebagai kekaisaran multi-etnis yang muncul sebagai
kekaisaran Kristen, yang kemudian segera terdiri dari kekaisaran Timur yang
sudah di-Helenisasi dan mengakhiri sejarah ribuan tahunnya, pada 1453, sebagai
Negara Ortodoks Yunani: Sebuah kerajaan yang menjadi negara, hampir dengan arti
modern kata tersebut”.
Dalam abad-abad
setelah penjajahan Arab dan Lombard pada abad ke-7, sifat multi-etnisnya (meski
bukan multi-bangsa) tetap ada meskipun bagian-bagiannya, Balkan dan Asia Kecil,
mempunyai populasi Yunani yang besar. Etnis minoritas dan komunitas besar
beragama lain (misalnya bangsa Armenia) tinggal dekat perbatasan. Rakyat Romawi
Timur menganggap diri mereka adalah seorang Ρωμαίοι (Rhomaioi - Romawi) yang
telah menjadi sinonim bagi seorang Έλλην (Hellene - Yunani), dan secara giat
mengembangkan kesadaran diri sebagai negara, sebagai penduduk Ρωμανία (Romania,
yang merupakan panggilan bagi Negara Romawi Timur dan dunianya). Hal ini secara
jelas tampil dalam karya sastra pada periode tersebut, terutamanya dalam wiracarita
seperti Digenes Akrites.
Peleburan
resmi negara Romawi Timur pada abad ke-15 tidak secara langsung menghancurkan
masyarakat Romawi Timur. Pada masa pendudukan Turki, orang-orang Yunani terus
memanggil diri mereka sebagai Ρωμαίοι (bangsa Romawi) dan Έλληνες (bangsa
Yunani), sebuah ciri-ciri yang tetap ada hingga awal abad ke-21 dan masih ada
di Yunani modern kini, meski “Romawi” telah menjadi nama “rakyat” daripada
sinonim bangsa seperti zaman dulu.
Sejarah awal Kekaisaran Romawi
Pasukan
Romawi ketika itu telah berhasil menguasai daerah luas yang melingkupi seluruh
wilayah Mediterania dan sebagian besar Eropa Timur. Wilayah-wilayah ini terdiri
dari berbagai kelompok budaya, baik yang masih primitif maupun yang telah
memiliki peradaban maju. Secara umum, provinsi-provinsi di wilayah Mediterania
timur lebih makmur dan maju karena telah mengalami perkembangan pesat pada masa
Kekaisaran Makedonia serta telah mengalami proses hellenisasi. Sementara itu,
provinsi di wilayah Barat kebanyakan hanya berupa pedesaan yang tertinggal.
Perbedaan antara kedua wilayah ini bertahan lama dan menjadi penting di
tahun-tahun berikutnya.
Pemisahan Kekaisaran Romawi
Pada tahun
293, Diokletianus menciptakan sistem administratif yang baru (tetrarki),
sebagai institusi yang dimaksudkan untuk mengefisienkan kontrol Kekaisaran
Romawi yang luas. Ia membagi Kekaisaran menjadi dua bagian, dengan dua kaisar
memerintah dari Italia dan Yunani, masing-masing memiliki wakil-kaisar. Setelah
masa kekuasaan Diokletianus dan Maximianus berakhir, tetrarki runtuh, dan Konstantinus
I menggantinya dengan prinsip penggantian turun temurun.
Konstantinus
memindahkan pusat kekaisaran, dan membawa perubahan-perubahan penting pada
konstitusi sipil dan religius. Pada tahun 330, ia mendirikan Konstantinopel sebagai
Roma kedua di Byzantium. Posisi kota tersebut strategis dalam perdagangan
antara Timur dan Barat. Sang kaisar memperkenalkan koin (solidus emas) yang
bernilai tinggi dan stabil, serta and mengubah struktur angkatan bersenjata.
Dibawah Konstantinus, kekuatan militer kekaisaran kembali pulih. Periode
kestabilan dan kesejahteraan pun dapat dinikmati.
Pembaptisan
Konstantinus yang dilukis oleh murid-murid Raphael (1520–1524). Eusebius
dari Caesaria mencatat bahwa Konstantinus menunda pembaptisan hingga saat
sebelum kematiannya, seperti yang menjadi tradisi pada masa itu.
Dibawah
Konstantinus, Kekristenan tidak menjadi agama eksklusif negara, tetapi didukung
oleh kekaisaran, apalagi sang kaisar mendukungnya dengan hak-hak yang
berlimpah. Sang kaisar memperkenalkan prinsip bahwa kaisar tidak perlu
menyelesaikan pertanyaan doktrin, tetapi perlu memanggil dewan-dewan kegerejaan
untuk tujuan itu. Synod Arles dihimpunkan oleh Konstantinus, dan Konsili Nicea
Pertama memamerkan klaimnya untuk menjadi kepala gereja.
Keadaan
kekaisaran tahun 395 dapat dikatakan sebagai hasil kerja Konstantinus. Prinsip
dinasti diterapkan dengan tegas sehingga kaisar yang meninggal pada masa itu, Theodosius
I, dapat mewariskan kekaisaran pada anak-anaknya: Arcadius di Barat dan Honorius
di Timur. Theodosius merupakan kaisar terakhir yang menguasai seluruh Romawi
Barat dan Timur.
Kekaisaran
Timur terhindar dari kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh Barat pada abad
ketiga dan keempat, karena Timur memiliki budaya urban yang lebih mapan dan
sumber daya finansial yang lebih kuat, sehingga mampu menghentikan penyerang
dengan upeti dan menyewa tentara-tentara bayaran. Theodosius II memperkuat tembok
Konstantinopel, sehingga kota tersebut aman dari serangan-serangan; tembok
tersebut tidak dapat ditembus hingga tahun 1204. Untuk mengusir orang-orang Hun
yang berada dibawah pimpinan Attila, Theodosius memberi mereka subsidi (konon
300 kg (700 lb) emas). Moreover, he favored merchants living in
Constantinople who traded with the Huns and other foreign groups.
Penerusnya, Marcianus,
menolak melanjutkan membayar upeti ini. Beruntungnya, Attila telah mengalihkan
perhatiannya pada Kekaisaran Romawi Barat. Setelah kematiannya tahun 453,
negeri Attila runtuh dan Konstantinopel membuka hubungan yang menguntungkan
dengan orang-orang Hun yang tersisa. Mereka akhirnya bertempur sebagai tentara
bayaran dalam angkatan bersenjata Bizantium.
Setelah
jatuhnya Attila, perdamaian dapat dinikmati di Romawi Timur, sementara Romawi
Barat runtuh (keruntuhannya tercatat pada tahun 476, ketika jenderal Romawi
Jermanik Odoacer menjatuhkan kaisar Romulus Augustulus).
Untuk
merebut kembali Italia, kaisar Zeno hanya bisa bernegosiasi dengan Ostrogoth
yang telah menetap di Moesia. Ia mengirim raja Ostrogoth Theodoric ke Italia
sebagai magister militum per Italiam ("kepala komando untuk
Italia"). Setelah berhasil menjatuhkan Odoacer pada tahun 493, Theodoric
menguasai Italia.
Pada tahun
491, Anastasius I menjadi kaisar. Ia adalah seorang reformis energetik dan
administrator yang cakap. Anastasius menyempurnakan sistem koin Konstantinus I
dengan mengatur bobot follis perunggu, koin yang banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.[28] Ia juga mengubah sistem perpajakan, serta
menghapuskan pajak chrysargyron yang tidak disukai. Ketika Anastasius meninggal
dunia pada tahun 518, jumlah kas negara tercatat sebesar 320.000 lbs
(145.150 kg) emas.
Peninggalan Romawi
Kebudayaan bangsa Romawi banyak
mendapat pengaruh dari kebudayaan Hellenisme. Manusia Romawi adalah manusia
praktis. Apabila sarjana Yunani ahli dalam bidang teori, maka sarjana bangsa
Romawi adalah dalam bidang praktek.
Seni bangunan Bangsa
Romawi memiliki keahlian yang tinggi dalam bidang bangunan. Hasil-hasil karya
mereka masih dapat ditemukan bekas-bekasnya hingga sekarang diantaranya:
-Coloseum dan Amphitheater,
yaitu suatu bangunan yang berwujud serta berbentuk seperti stadion dan dapat
menampung puluhan ribu penonton.Kedua bangunan itu digunakan untuk mengadakan
pertunjukan hiburan seperti mengadu binatang dengan binatang,mengadu manusia
dengan binatang,atau mengadu manusia dengan manusia(perkelahian gladiator).
-Pantheon, yaitu rumah dewa
orang-orang Romawi.
-Viaduct dan aquaduct
yang berfungsi sebagai salauran air.
-Limes atau rangkaian benteng
yang panjang hingga puluhan kilometer, seperti Tembok Hadrianus.
Seni sastra Pada masa
Romawi kesusastraan mengalami perkembangan yang sangat pesat, terutama pada
masa pemerintahan Kaisar Octavianus. Maesenas sahabat Octavianus sangat besar
jasanya dalam memajukan kesusasteraan, Sedangkan hasil – hasil karya sastra
yang terkenal adalah:
-Aeneas
hasil karya Virgilius,
-Metamorphose
hasil karya Ovidius
-De Bello Gallico hasil karya Caesar.
Buku ini
hingga sekarang menjadi penuntun utama dalam mempelajari bahasa latin.
Hukum Bangsa
Romawi merupakan bangsa pertama yang berhasil menegakkan hukum. Hukum Romawi
itu kemudian menjadi dasar hukum negara-negara di Eropa, Amerika, Asia, dan
Australia.
Hukum Romawi
mengatur hubungan antara manusia dan haknya sebagai warga negara. Hukum
dianggap sebagai hasil karya cipta manusia, tetapi kedudukan hukum diatas
kedudukan manusia. Sarjana hukum yang terkenal pada masa itu adalah Pampinianus
dan juga kaisar Theoodius.
Pada jaman kekaisaran Romawi Timur, Kaisar Yustiniaus
berhasil memodifikasikan hukum Romawi, maka lahirlah Corpus Iuris atau Codex
Yustinianus.
Orgnanisasi Bangsa
Romawi adalah organisator yang ulung. Hal tersebut tampak jelas dalam hal
sebagai berikut :
- Tentara
Romawi tersusun dengan rapi, baik mengenai hirarki, persenjataan, perbekalan,
maupun asrama. Oleh karena itu, Romawi berhasil menaklukan daerah-daerah yang
sangat luas serta dapat menjajahnya dalam waktu yang sangat lama.
- Bidang
pemerintahan diatur dengan rapi dari pemerintahan pusat hingga ke
daerah-daerah.
Hasil kebudayaan Romawi merupakan perpaduan antara kebudayaan Yunani Kuno
dan Romawi, diantaranya :
§
Nama-nama Dewa Zeus menjadi
Jupiter dan Ares menjadi Mars
§
Nama nama
bulan :
§
Januari = Jenus dewa bermuka
dewa
§
Februari = Pesta makan
menyambut tahun baru
§
September = Septe yang berarti
7
§
Oktober = Okto yang berarti 8
Pada jaman Julius Caesar usutan bulan diubah karena dia ingin memasukan
namanya yaitu Juli = 7, Begitu juga masa Octavianus,
Agustus = 8. Hal ini menyebabkan kekacauan urutan bulan.
§
angka-angka Romawi
§
Bangunan yang monumental yakni
Colloseum yaitu tempat pertarungan para Gladiator.
§
Organisasi Kemiliteran,
Pendidikan, kesenian, Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Hukum (Codex Justinianus).
KERUNTUHAN
Ada beberapa Hipotesa atau teori akan runtuhnya Kekaisaran Romawi.
Diantaranya :
o
Hipotesa Perubahan Iklim
Perubahan
iklim tak hanya menjadi masalah peradaban modern. Ilmuwan mengklaim perubahan
iklim menjadi penyebab runtuhnya Kekaisaran Romawi.Peneliti menggunakan
pertumbuhan lingkaran pohon guna mempelajari dampak ketidakstabilan pola iklim.
Studi menunjukkan adanya hubungan dengan beberapa peristiwa sejarah, termasuk
jatuhnya Kekaisaran Romawi dan perang 30 tahun. Peneliti merekonstruksi sejarah
iklim musim panas Eropa 2.500 tahun silam menggunakan sembilan ribu artefak
pohon. Hasil studi itu berdasarkan pengukuran lingkaran pohon dari sample pohon
hidup di Jerman, Prancis, Italia dan Austria. Scientific Research Assistant Swiss Federal Research Institute for Forest,
Snow and Landscape, Ulf Buntgen mengklaim, "Jika mundur 2.500 tahun,
terdapat contoh perubahan iklim berdampak pada sejarah manusia."
Pada musim
yang bagus dimana air dan nutrisi berlimpah, pohon membentuk pola lingkaran
lebar. Namun sebaliknya, pada kondisi tak terlalu bagus, lingkaran pohon
memiliki jarak yang jauh lebih rapat satu sama lain. "Musim panas hangat dan basah terjadi pada masa kemakmuran Romawi di
abad pertengahan. Meningkatnya iklim pada 250-600 sebelum masehi terjadi
bersamaan dengan hancurnya Kekaisaran Romawi serta kerusuhan pada periode
migrasi." "Kekeringan di abad ketiga berparalel dengan periode krisis
di era Kekaisaran Romawi yang ditandai invasi bangsa barbar, kerusuhan politik
dan dislokasi ekonomi di beberapa propinsi Gaul."
Buntgen
berharap temuan ini bisa menjadi peringatan bagi masyarakat dunia agar lebih
memperhatikan pergantian iklim di masa mendatang. Seperti Dikutip Telegraph.
"Hasil ini membantu manusia lebih waspada dan menyadari peradaban modern
tak kebal perubahan iklim," ujarnya.
o
Hipotesa Bencana Alam
Gunung
Vesuvius (bahasa Italia: Monte Vesuvio) adalah
satu-satunya gunung berapi aktif di Eropa Daratan yang terletak di sebelah
timur Napoli, Italia. Pada tahun 79, letusan gunung ini menghancurkan kota Pompeii.
Pompeii adalah sebuah kota zaman Romawi kuno yang telah menjadi puing dekat
kota Napoli dan sekarang berada di wilayah Campania, Italia. Pompeii hancur
oleh letusan gunung Vesuvius pada 79 M. Debu letusan gunung Vesuvius menimbun
kota Pompeii dengan segala isinya sedalam beberapa kaki menyebabkan kota ini
hilang selama 1.600 tahun sebelum ditemukan kembali dengan tidak sengaja.
Semenjak itu penggalian kembali kota ini memberikan pemandangan yang luar biasa
terinci mengenai kehidupan sebuah kota di puncak kejayaan Kekaisaran Romawi.
Saat ini kota Pompeii merupakan salah satu dari Situs Warisan Dunia UNESCO.
Gunung
Vesuvius terkenal karena letusan dalam AD 79 yang menyebabkan kehancuran Roma
kota Pompeii dan Herculaneum dan kematian 10.000 hingga 25.000 orang. Ini telah
meletus beberapa kali sejak dan saat ini dianggap sebagai salah satu gunung berapi
yang paling berbahaya di dunia karena terdapat penduduk sebesar 3.000.000 orang
yang tinggal di dekatnya dan kecenderungan mereka tinggal ke arah ledakan (Plinian)
letusan.