Sejarah Islam Di Indonesia, Setelah
wafatnya Nabi Muhammad SAW pada tahun 632 M, kepemimpinan Islam dipegang oleh
para khalifah. Dibawah kepemimpinan para khalifah, agama Islam mulai disebarkan
lebih luas lagi. Sampai abad ke-8 saja, pengaruh Islam telah menyebar ke
seluruh Timur Tengah, Afrika Utara, dan Spanyol. Kemudian pada masa dinasti
Ummayah, pengaruh Islam mulai berkembang hingga Nusantara.
![]() |
Sejarah Masuknya Islam Di Indonesia |
Sejarah
mencatat, kepulauan-kepulauan Nusantara merupakan daerah yang terkenal sebagai
penghasil rempah-rempah terbesar di dunia. Hal tersebut membuat banyak pedagang
dari berbagai penjuru dunia datang ke Nusantara untuk membeli rempah-rempah
yang akan dijual kembali ke daerah asal mereka. Termasuk para pedagang dari
Arab, Persia, dan Gujarat. Selain berdagang, para pedagang muslim tersebut juga
berdakwah untuk mengenalkan agama Islam kepada penduduk lokal.
Islam
merupakan salah satu agama yang masuk dan berkembang di Indonesia. Hal ini
tentu bukanlah sesuatu yang asing bagi Anda, karena di massa media mungkin Anda
sudah sering mendengar atau membaca bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki
penganut agama Islam terbesar di dunia. Agama Islam masuk ke Indonesia dimulai
dari daerah pesisir pantai, kemudian diteruskan ke daerah pedalaman oleh para ulama
atau penyebar ajaran Islam.
Masuknya Islam Ke Indonesia
Islam
masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijrah atau abad ke tujuh/ke delapan
masehi. Ini mungkin didasarkan pada penemuan batu nisan seorang wanita muslimah
yang bernama Fatimah binti Maimun di Leran dekat Surabaya yang bertahun 475 H
atau 1082 M. Sedangkan menurut laporan seorang musafir Maroko Ibnu Batutah yang
mengunjungi Samudra Pasai dalam perjalanannya ke Negeri Cina pada 1345M, Agama
islam yang bermadzhab Syafi’I telah mantap disana selama seabad. Oleh karena
itu, abad XIII biasanya dianggap sebagai masa awal masuknya agama Islam ke
Indonesia.
Adapun
daerah pertama yang dikunjungi adalah pesisir Utara pulau Sumatera. Mereka
membentuk masyarakat Islam pertama di Peureulak Aceh Timur yang kemudian meluas
sampai bisa mendirikan kerajaan Islam pertama di Samudera pasai, Aceh Utara.
Sekitar
permulaan abad XV, Islam telah memperkuat kedudukannya di Malaka, pusat rute
perdagangan Asia Tenggara yang kemudian melebarkan sayapnya ke wilayah-wilayah
Indonesia lainnya. Pada permulaan abad tersebut, Islam sudah bisa menjejakkan
kakinya ke Maluku, dan yang terpenting ke beberapa kota perdagangan di Pesisir
Utara Pulau Jawa yang selama beberapa abad menjadi pusat kerajaan Hindu yaitu
kerajaan Majapahit. Dalam waktu ya ng tidak terlalu lama yakni permulaan abad
XVII, dengan masuk islamnya penguasa kerajaan Mataram yaitu Sulthan Agung,
kemenangan agama tersebut hampir meliputi sebagian besar wilayah Indonesia.
Berbeda
dengan masuknya islam ke Negara-negara di bagian dunia lainnya yakni dengan
kekuatan militer, masuknya islam ke Indonesia itu dengan cara damai disertai
dengan jiwa toleransi dan saling menghargai antara penyebar dan pemeluk agama
baru dengan penganut-penganut agama lama (Hindu-Budha). Ia dibawa oleh
pedagang-pedagang Arab dan Ghujarat di India yang tertarik dengan
rempah-rempah. Masuknya Islam melalui India ini menurut sebagian pengamat, mengakibatkan
bahwa islam yang masuk ke Indonesia ini bukan islam yang murni dari pusatnya di
Timur Tengah, tetapi islam yang sudah banyak dipengaruhi paham mistik, sehingga
banyak kejanggalan dalam pelaksanannnya .
Berbeda
dengan pendapat diatas, S.M.N. Al-Attas berpendapat bahwa pada tahap pertama
islam di Indonesia yang menonjol adalah aspek hukumnya bukan aspek mistiknya
karena ia melihat bahwa kecenderungan penafsiran al-Quran secara mistik itu
baru terjadi antara 1400-1700 M.
Akan
tetapi, sejak pertengahan abad XIX, agama islam Indonesia secara bertahap mulai
meninggalkan sifat-sifatnya yang sinkretik setelah banyak orang Indonesia yang
mengadakan hubungan dengan Mekkah dengan cara melakukan ibadah haji. Apalagi
setelah transportasi laut yang makin membaik, semakin banyaklah orang Indonesia
yang melakukan ibadah haji bahkan sebagian mereka ada yang bermukim
bertahun-tahun lamanya untuk mempelajari ajaran islam dari pusatnya, dan ketika
kembali ke Indonesia mereka menjadi penyebar aliran islam yang ortodoks.
Teori Masuknya Islam di Indonesia
Lahirnya agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW, pada abad
ke-7 M, menimbulkan suatu tenaga penggerak yang luar biasa, yang pernah dialami
oleh umat manusia. Islam merupakan gerakan
raksasa yang telah berjalan sepanjang zaman dalam pertumbuhan dan
perkembangannya. Masuk dan berkembangnya Islam ke
Indonesia dipandang dari segi historis dan sosiologis sangat kompleks dan
terdapat banyak masalah, terutama tentang sejarah perkembangan awal Islam.
Suatu
kenyataan bahwa kedatangan Islam ke Indonesia dilakukan secara damai Islam
dalam batas-batas tertentu disebarkan oleh pedagang, kemudian dilanjutkan oleh
para guru agama dan pengembara sufi. Orang yang terlibat dalam penyebaran islam
tidak bertendensi, mereka hanya melakukan kewajiban tanpa pamrih, sehingga
nama-nama mereka berlalu begitu saja. Masuk dan berkembangnya Islam ke
Indonesia dipandang dari segi historis dan sosiologis sangat kompleks dan
terdapat banyak masalah, terutama tentang sejarah perkembangan awal Islam.
Suatu
kenyataan bahwa kedatangan Islam ke Indonesia dilakukan secara damai. Islam
dalam batas-batas tertentu disebarkan oleh pedagang, kemudian dilanjutkan oleh
para guru agama dan pengembara sufi. Orang yang terlibat dalam penyebaran islam
tidak bertendensi, mereka hanya melakukan kewajiban tanpa pamrih, sehingga
nama-nama mereka berlalu begitu saja.
Dampaknya
ialah terjadi perbedaan pendapat mengenai kedatangan islam pertama kali di
Indonesia.
Secara garis besar perbedaan
pendapat itu dapat dibagi sebagai berikut:
a). Dipelopori oleh
sarjana-sarjana orientalis Belanda, diantaranya Snouck Hurgronje yang
berpendapt bahwa Islam datang ke Indonesia pada abad ke-13 M dari Gujarat
dengan bukti ditemukannya makam sultan yang beragama Islam pertama Malik
as-Sholeh, raja pertama kerajaan samudra pasai yang dikatakan berasal dari
gujarat.
b) Dikemukakan oleh
sarjana-sarjana Muslim, diantaranya Prof. Hamka, yang mengadakan “Seminar
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia” di Medan tahun 1963. Hamka dan
teman-temannya berpendapat bahwa islam sudah datang ke Indonesia pada abad
pertama Hijriyah (± abad ke-7 sampai 8 M) langsung dari Arab dengan bukti jalur
pelayaran yang ramai dan bersifat internasional sudah dimulai jauh sebelum abad
ke-13 melalui selat malaka tang menghubungkan Dinasti Tang di Cina (Asia
Timur), Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat.
c) Sarjana Muslim
kontemporer seperti Taufik Abdullah mengkompromikan kedua pendapat tersebut.
Menurutnya memang benar Islam sudah datang ke indonesia sejak abad pertama
Hijriyah atau abad ke-7 M, tetapi baru dianut oleh pedagang Timur Tengah di
pelabuhan-pelabuhan. Barulah Islam masuk secara besar-besaran dan mempunyai
kekuatan politik pada abad ke-13 dengan berdirinya Kerajaan Samudra Pasai.
Proses
masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Ahmad Mansur
Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori
yaitu:
-
Teori Gujarat,
-
Teori Makkah dan
- Teori
Persia.
1. Teori Gujarat
Teori
berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanya
berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah:
Kurangnya
fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Indonesia.
Hubungan
dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia – Cambay –
Timur Tengah – Eropa.
2. Teori Mekkah
Teori
ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lamayaitu
teori Gujarat. Teori Mekkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada
abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah:
Pada
abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan
Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan
perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina.
3. Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13
dan pembawanya berasal dari Persia (Iran)
Beberapa Pendapat lain Tentang Awal
Masuknya Islam di Indonesia
Dari
Harry W. Hazard dalam Atlas of Islamic History (1954), diterangkan bahwa kaum
Muslimin masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M yang dilakukan oleh para pedagang
muslim yang selalu singgah di sumatera dalam perjalannya ke China.
Prof.
Sayed Naguib Al -Attas (Malaysia) dalam Preliminary Statemate on General Theory
of Islamization of Malay-Indonesian Archipelago (1969), mengungkapkan bahwa
kaum muslimin sudah ada di kepulauan Malaya-Indonesia pada 672 M.
W.P.
Groeneveld dalam Historical Notes on Indonesia and Malaya
Compiled From Chinese sources, menjelaskan bahwa pada Hikayat Dinasti T’ang memberitahukan adanya penduduk Arab muslim berkunjung ke
Holing (Kalingga, tahun 674). (Ta Shih = Arab Muslim). T.W. Arnold dalam buku The Preching of Islam a History of The Propagation of The Moslem Faith, menjelaskan bahwa Islam datang dari Arab ke Indonesia pada tahun 1 Hijriyah (Abad 7 M).
Compiled From Chinese sources, menjelaskan bahwa pada Hikayat Dinasti T’ang memberitahukan adanya penduduk Arab muslim berkunjung ke
Holing (Kalingga, tahun 674). (Ta Shih = Arab Muslim). T.W. Arnold dalam buku The Preching of Islam a History of The Propagation of The Moslem Faith, menjelaskan bahwa Islam datang dari Arab ke Indonesia pada tahun 1 Hijriyah (Abad 7 M).
Cara – Cara Islamisasi di Indonesia
Kedatangan
Islam dan penyebarannya kepada golongan bangsawan dan rakyat umum dilakukan
secara damai, apabila situasi politik kerajaan mengalami kekacauan dan
kelemahan, disebabkan perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana, maka
Islam dijadikan alat politik bagi pihak-pihak yang menghendaki kekuasaan itu. Mereka
berhubungan dengan pedagang–pedagang muslim yang posisi ekonominya kuat karena
menguasai pelayaran dan perdagangan.
Dari paparan di atas dapat dijelaskan bahwa
tersebarnya Islam ke Indonesia adalah
melalui saluran-saluuran sebagai berikut:
a) Perdagangan, yang menggunakan sarana pelayaran.
b) Dakwah, yang dilakukan oleh mubaligh yang berdatangan bersama
para pedagang. Para mubaligh itu bisajadi juga para sufi pengembara.
c) Perkawinan, yaitu perkawinan antara pedagang muslim mubaligh dengan
anak bangsawan Indonesia. Hal ini akan mempercepat terbentuknya inti sosial,
yaitu keluarga muslim dan masyarakat muslim. Dengan perkawinan itu secara tidak
langsung orang muslim tersebut status sosialnya dipertinggi dengan sifat
kharisma kebangsawanan. Lebih-lebih apabila pedagang besar kawin dengan putri
raja, maka keturunannya akan menjadi pejabat birokrasi.
d) Pendidikan, Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik
pesantren maupun pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kyai-kyai,
dan ulama-ulama. Di pesantren atau pondok itu calon ulama, guru agama dan kyai
mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke
kampung masing-masing atau berdakwah ke tempat tertentu mengajarkan islam.
Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel Denta Surabaya,
dan Sunan Giri di Giri. Keluaran pesantren giri ini banyak yang diundang ke
Maluku untuk mengajarkan agama Islam.
e) Tasawuf, pengajar-pengajar tasawuf, atau para sufi, mengajarkan
teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat
Indonesia. Mereka mahir dalam soal-soal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan
menyembuhkan. Mereka juga ada yang kemudian diangkat menjadi penasehat dan atau pejabat agama
di kerajaan. Di Aceh ada Syaikh Hamzah Fansuri, Syamsudin Sumatrani, Nuruddin
ar Raniri, Abd. Rauf Singkel. Demikian juga kerajaan-kerajaan di Jawa mempunyai
penasehat bergelar wali, yang terkenal adalah Wali Songo.
f) Kesenian, saluran yang banyak sekali dipakai untuk penyebaran
Islam terutama di Jawa adalah seni. Wali Songo, terutama Sunan Kali Jaga,
mempergunakan banyak cabang seni untuk islamisasi, seni arsitektur, gamelan,
wayang, nyanyian, dan seni busana.
Perkembangan Islam di Nusantara
Islam di Indonesia (Asia Tenggara) merupakan salah satu dari tujuh cabang
peradaban Islam (sesudah hancurnya persatuan peradaban islam yang berpusat di
Baghdad tahun 1258). Ketujuh cabang perdaban Islam itu secara lengkap adalah
peradaban Islam Arab, Islam Persi, Islam Turki, Islam Afrika Hitam, Islam anak
benua India, Islam Arab Melayu, dan Islam Cina. Kebudayaan yang disebut Arab Melayu tersebar di wilayah Asia Tenggara
memiliki ciri-ciri yang universal.
Kemunculan dan perkembangan Islam di kawasan itu menimbulkan transformasi
kebudayaan (peradaban) lokal, dari sistem keagamaan lokal kepada sistem
keagamaan Islam yang bisa disebut revolusi agama. Transformasi masyarakat
melayu kepada Islam terjadi bebarengan dengan “masa perdagangan,” masa ketika
Asia Tenggara mengalami peningkatan posisi dalam perdagangan Timur-Barat. Masa
ini mengantarkan wilayah nusantara kedalam internasionalisasi perdagangan dan
kosmopolitanisme kebudayaan yang tidak pernah dialami masyarakat di kawasan ini
pada masa-masa sebelumnya.
Konversi masal masyarakat nusantara kepada Islam pada masa perdagangan
terjadi karena beberapa sebab, yaitu:
1) Portabilitas (siap pakai) sistem
keimanan Islam. Sebelum islam datang, sistem kepercayaan lokal berpusat pada
penyembahan arwah nenek moyang yang tidak portable. Oleh karena itu
penganut kepercayaan ini tidak boleh jauh dari lingkungannya, sebab kalau jauh
mereka tidak akan mendapat perlindungan dari arwah yang mereka puja.
2) Asosiasi Islam dengan kekayaan. Ketika
penduduk peribumi Nusantara bertemu dan berinteraksi dengan orang muslim
pendatang dipelabuhan, mereka adalah pedagang kaya raya. Karena kekayaan dan
kekuatan ekonominya, mereka bisa memainkan peran penting dalam bidang politik
entitas lokal dan bidang diplomatik.
3) Kejayaan militer. Orang muslim dipandang
perkasa dan tangguh dalam peperangan.
4) Memperkenalkan tulisan. Agama Islam
memperkenalkan tulisan ke berbagai wilayah Asia Tenggara yang sebagaian besar
belum mengenal tulisan, sedangkan sebagian yang lain sudah mengenal huruf
Sanskrit. Pengenalan tulisan Arab memberikan kesempatan lebih besar untuk
mempunyai kemampuan membaca (literacy). Islam juga meletakkan otoritas
keilahian pada kitab suci yang dituliskan dalam bahasa yang tidak dikuasai
penduduk lokal sehingga memperkuat bobot saklaritasnya.
5) Mengajarkan penghapalan. Para penyebar
Islam menyadarkan otoritas sakral. Mereka membuat teks-teks yang ditulis untuk
menyampaikan kebenaran yang dapat dipahami dan dihapalkan. Hapalan menjadi
sangat penting bagi penganut baru, khususnya untuk kepentingan ibadah-ibadah
seperti shalat.
6) Kepandaian dalam penyembuhan. Di Jawa
terdapat legenda yang mengaitkan penyebaran Islam dengan epidemi yang melanda
penduduk. Tradisi tentang konversi kepada islam berhubungan dengan kepercayaan
bahwa tokoh-tokoh Islam pandai menyembuhkan.
7) Pengajaran tentang moral. Islam
menawarkan keselamatan dari berbagai kekuatan jahat. Misalnya, orang yang taat
akan dilindungi tuhan dari segala arwah dan kekuatan jahat.
8) Melalui sebab-sebab tersebut Islam dapat
diterima dan mendapatkan pengikut banyak dengan cepat, sebab islam tidaklah
menolak dengan keras, namun secara bertahap dan berkesinambungan. Islam adalah
agama yang universal yang berfungsi untuk mendatangkan kesejahteraan bagi umat
manusia.
Adapun faktor lain yang mendukung penyebaran Islam
cepat berkembang di Indonesia adalah seperti berikut:
1) Ajarannya sederhana, mudah dimengerti
dan diterima.
2) Syaratnya mudah, hanya dengan
mengucapkan kalimat syahadat, yang berisi pengakuan adanya Tuhan Yang Maha Esa
dan Muhammad utusan Tuhan.
3) Islam tidak mengenal kasta,
sehingga lebih mudah menarik bagi rakyat biasa yang jumlahnya justru lebih
besar.
4) Upacara-upacara keagmaan sangat
sederhana.
5) Islam disebarkan dengan cara
damai lewat kesenian dan akulturasi dengan kebudayaan setempat.
6) Jatuhnya Majapahit dan Sriwijaya
menyebabkan kerajaan-kerajaan Islam berkembang pesat.
Kerajaan-
Kerajaan Islam di Indonesia
Kerajaan-kerajaan
Islam di Indonesia ada banyak, antara lain:
1. Kerajaan Islam di
Peureulak
Menurut
catatan sejarah bahwa pada tahun 173 Hijriyah (800 Masehi)
telah berlabuh sebuah kapal milik para saudagar Islam yang dipimpin oleh
nahkoda khalifah di kerajaan
Peureulak. Para saudagar tersebut
datang dari Teluk Kambey (Gujarat). Para saudagar tersebut datang ke Peureulak
bukan hanya berniat untuk berdagang saja, akan tetapi juga untuk menyebarkan
Islam di Indonesia.
Kerajaan
Peureulak semula bukan kerajaan Islam, tetapi setelah Islam datang dan tersebar
di Peureulak maka berdirilah kerajaan Islam di Peureulak. kerajaan Islam
Peureulak berdiri pada hari selasa, satu
Muharram 225 Hijriyah (840
Masehi). Sultan
pertama kerajaan ini adalah Saiyid Maulana Abdul Aziz dengan gelar Sultan
Alaiddin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah. Ibukota kerajaan ini adalah Bandar
Peurelak, akan tetapi kemudian diubah namanya menjadi Bandar Khalifah.
2. Kerajaan Islam Samudra
Pasai
Pada
tahun 433 Hijriyah
(1042 Masehi)
datang seorang keluarga Sultan Mahmud Peureulak di Tanon Data. Beliau datang
kesana dengan tujuan untuk menyebarakan Islam dan membangun kerajaan Islam Samudra Pasai.
Sultan pertama kerajaan tersebut adalah Mahmud Syah dengan gelar Maharaja
Mahmud Syah, beliau juga sering disebut dengan Meurah Giri. Menurut catatan
sejarah kerajaan Islam Samudra Pasai memiliki tamaddun dan kebudayaan yang
tinggi, antara lain: Telah mempunyai pemerintahan dan lembaga- lembaga Negara
yang teratur, perekonomian dan keuangan yang stabil, perdagangan yang maju,
lembaga- lembaga ilmu pengetahuan yang berkembang, angkatan perang dan hubungan
luar negri yang teratur, mata uang sendiri.
Ibnu
Batutah sendiri telah menulis tentang kemajuan dan teraturnya kerajaan Samudra
Pasai. Beliau menulis dalam bukunya bahwa kerajaan tersebut memiliki raja-raja
yang alim, bijaksana, berani dan cinta kepad ulama, sedankan menteri-menterinya
arif dan budiman, ulama-ulamanya shalih dan jujur.
3. Kerajaan Darussalam
Di
daerah Aceh besar terdapat kerajaan yang bernama Indra Purba. Kerajaan ini
berdiri sekitar 2000 tahun sebelum nabi Isa, selama ribuan tahun kerajaan
tersebut selalu mengalami pasang surut. Pada tahun sekitar 450 sampai dengan 460 Hijriyah (1059 sampai dengan 1069 Masehi), tentara cina menyerang kerajaan
Indra Purba yang pada masa tersebut di perintah oleh Maharaja Indra Sakti. Pada
waktu perang berlangsung tibalah di kerajaan Indra Purba dua pasukan yang
dikirim oleh kerajaan Islam Peureulak. Dengan demikian, bertambah kuatlah
kekuatan kerajaan Indra Purba sehingga kerajaan Indra Purba mengalami
kemenangan. Untuk membalas jasa maka
Maharaja Indra Sakti mengawinkan putrinya dengan Meurah Johan, salah seorang
putra mahkota dari kerajaan Lingga.
Pada
hari Jumat, Ramadlan 601 Hijriyah
(1025 Masehi)
diubahlah nama kerajaan Indra Purba dengan nama kerajaan Darussalam dengan
ibukotanya Bandar Darussalam. Sultan Pertama di kerajaan ini adalah Meurah
Johan dengan gelar Sultan Alaiddin Johan Syah. Setelah membuat ibukota baru
yaitu Bandar Darussalam, beliau juga membuat kota peristirahatan yang nantinya
di kota itulah beliau dimakamkan.
Selain
kerajaan-kerajaan tersebut masih banyak kerajaan Islam lain yang lahir setelah
kerajaan Hindu-Budha runtuh, diantaranya adalah kerajaan Demak di Jawa,
kerajaan Lingga di Aceh Tengah, kerajaan Islam Jaya, dan lain-lain.
Perkembangan
Islam di Indonesia
Menurut
Wahab (2004:6) mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan proses damai.
Islam berkembang di Indonesia melalui beberapa jalan, diantaranya: Jalur
perdagangan, lembaga pendidikan, dan pondok pesantren.
1. Jalur
Perdagangan
Suryanegara
(1978:1, dalam Wahab, 2004:6) menjelaskan bahwa kedatangan Islam di Indonesia
dikembangkan melalui jalur perdagangan dan daerah yang pertama di datangi oleh Islam adalah Sumatra dan Jawa. Hal
ini didasarkan adanya perdagangan Arab dan dunia timur yang berlangsung sejak
abad kedua sebelum Masehi. Selain itu, adanya berita dari Cina bahwa di Sumatra
Barat terdapat seorang pembesar Arab yang menjadi kepala Arab Islam pada tahun
674 Masehi.
2. Jalan
Pendidikan
Wahab
(2004:8) menyebutkan bahwa agama Islam selain dikembangkan melalui jalan perdagangan
juga melalui jalan pendidikan.
Ini dibuktikan dengan adanya lembaga pendidikan, lembaga tersebut sekarang
masih ada, seperti: pondok pesantren, masjid, surau, dan sebagainya. Adanya
pondok pesantren membuat agama Islam melakukan pembaharuan dalam masyarakat,
budaya, dan kehidupan beragama.
Menurut
Anshari (1976:176, dalam Wahab, 2004:7), “Kedatangan Islam ke Indonesia ini
membawa kecerdasan dan peradaban yang tinggi dalam membentuk kepribadian bangsa
Indonesia”.
3. Pondok
Pesantren
Menurut
Wahab (2004:9), kehidupan
pondok pesantren zaman sekarang dengan pondok pesantren zaman dahulu telah
mengalami perubahan dalam sistem
pendidikannya atau keadaan lainnya. Dalam pendidikan zaman dahulu para santri
diwajibkan tinggal di asrama pondok , hal inilah
yang menyebabkan adanya jalinan kasih sayang yang kuat diantara para murid dan
pendidik.
Dari sini kita dapat menyimpulkan
bahwa Islam dibawa dan disebarkan bukan dengan kekerasan, melainkan dengan
perdamaian dan hal itu pulalah yang membawa Islam mudah diterima oleh rakyat
Indonesia.
Menurut para pakar sejarah (Wahab,
2004:10), hal-hal yang terkait dengan perkembangan masuknya Islam di Indonesia
adalah permulaan abad pertama Masehi yang para pedagang asing seperti Tiongkok, India, dan Arab mulai
berlayar melalui pelayaran Indonesia. Kemudian setelah Islam lahir dan
berkembang di Arab, akhirnya masuk juga di negara Indonesia pada abad ketujuh Masehi. Islam masuk ke Indonesia pertama
di daerah Sumatra dibawa oleh pedagang Persi, India, dan juga utusan dari
bangsa Arab.
Para
ahli yang mengatakan Islam masuk di Sumatra pada abad ketujuh Masehi antara
lain: Sayid Alwi bin Tahir Alhaddad Mufsi, H. M. Zaenudin (beliau mengatakan
bahwa pada abad ketujuh saat Rasulullah masih hidup dan singgah pertama di
Sumatra Utara yaitu Kampung Lamuri), dan H. Zaenal Arifin Abbas, (beliau
menerangkan bahwa pada tahun 684 Masehi ada seorang pemimpin Arab Islam yang
berangkat ke Tiongkok dan beliau sudah punya pengikut di Sumatra Utara).
Menurut para ahli masuknya Islam di Sumatra adalah pada abad ketujuh Masehi. Hal ini dapat dibuktikan
melalui peninggalan-peninggalan yang ditemukan, seperti di daerah Minangkabau Timur yang terdapat beberapa batu nisan yang
diperkirakan dibuat pada abad ketujuh
Masehi. Selain itu,
di daerah Barus dan Riau terdapat kuburan besar dari ulama penyiar Islam yang
mempunyai tanda batu-batu besar yang bergambar bulan bintang. Di daerah Riau
juga ada nama-nama daerah yang bersifat
ke Arab-araban, seperti: kota Kutib, Iskandariyah, Kuffah, dan sebagainya.
Sedangkan, di daerah Barus Tapanuli ditemukan batu yang bertuliskan huruf Arab,
yang isinya adalah pencarian empat murid terhadap gurunya yang mengajar Islam
di Barus. Batu itu diperkirakan dibuat pada abad ketujuh Masehi.
Islam
tidak hanya berkembang di Sumatra, akan tetapi juga di Jawa. Perkembangan
Islam di Jawa disebarkan
oleh para wali Sembilan (wali songo) yang hidup
pada masa kesultanan Demak yang terjadi antara tahun 1500 sampai dengan 1550. Para wali tersebut dalam
pemerintahan bertugas sebagai penasihat raja. Wali-wali tersebut antara lain:
Wali yang mengembangkan Islam di Jawa Timur adalah Maulana Malik Ibrahim, Raden
Rahmat (Sunan Ampel), Sunan Giri (Maulan Ainul Yakin). Selanjutnya, Wali yang
mengembangkan Islam di Jawa Tengah adalah Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan
Bonang, Sunan Muria, Sunan Muria, Syaikh Siti Jenar. Selain itu, Wali yang
mengembangkan Islam di Jawa Barat adalah Sunan Gunung Jati (Fatahillah).