Wednesday, January 25, 2017

Sejarah Peradaban Awal Lembah Sungai Indus

Sejarah Peradaban Awal Lembah Sungai IndusPeradaban Lembah Sungai Indus, 2800 SM-1800 SM, merupakan sebuah peradaban kuno yang hidup sepanjang Sungai Indus dan sungai Ghaggar-Hakra yang sekarang merupakan wilayah Pakistan dan India barat. Peradaban ini sering juga disebut sebagai Peradaban Harappan Lembah Indus, karena kota penggalian pertamanya disebut Harappa, atau juga Peradaban Indus Sarasvati karena Sungai Sarasvati yang mungkin kering pada akhir 1900 SM. Pemusatan terbesar dari Lembah Indus berada di timur Indus, dekat wilayah yang dulunya merupakan Sungai Sarasvati kuno yang pernah mengalir. 



Sejarah Peradaban Awal Lembah Sungai Indus
Sejarah Peradaban Awal Lembah Sungai Indus

Sungai Indus
 adalah nama salah satu sungai besar di India. Terletak di sekitar daerah Punjab yang mana sekarang ini terbagi menjadi 2, sebagian di India dan sebagian di Pakistan. Bagi bangsa Yunani sungai ini mempunyai sejarah khusus sebagai di inti dari peradaban Veda kuno dan peradaban Lembah Indus.

Sejak 4.500 tahun yang lalu masyarakat yang hidup di lembah Sungai Indus telah memiliki organisasi kemasyarakatan yang sangat tinggi. Cikal bakal peradaban India ini dikenal dengan sebutan peradaban lembah Sungai Indus. Secara geografis, kawasan ini meliputi rangkaian pegunungan Himalaya dan pegunungan Hindu Kush yang melindungi penduduk lembah Sungai Indus dari serangan bangsa asing.

Penelitian tentang peradaban India kuno dilakukan oleh para arkeolog dari Inggris. Pada tahun 1921, arkeolog Inggris bernama Sir John Marshall menemukan reruntuhan dua kota kuno yang sangat indah dan rapi. Dua kota ini dikenal dengan nama Mahenjo Daro dan Harappa. Dari reruntuhan dua kota ini, para ahli sejarah dapat menggambarkan berbagai segi kehidupan masyarakat lembah sungai Indus.

Pada zaman prasejarah, di lembah sungai Indus yang subur terdapat sebuah peradaban manusia. Peradaban manusia ini yang adalah kaum bangsa Arya ini masuk melalui celah - celah pegunungan Hindu Kush lalu menetap pertama kali di lembah Mahenjo-daro dan Harappa di barat laut India. Di sinilah lahirnya agama Hindu yang akar katanya berasal dari nama sungai Sindhu tersebut. Aliran sungai Sindhu sendiri yang dengan aliran anak - anak sungai yang lain kemudian bertemu dan menyatu menjadi aliran sungai Gangga di India Utara.

Mahenjo Daro dan Harappa
Mahenjo Daro adalah salah satu situs dari sisa-sisa permukiman terbesar dari Kebudayaan Lembah Sungai Indus, yang terletak di provinsi Sind, Pakistan. Dibangun pada sekitar tahun 2600 SM, kota ini adalah salah satu permukiman kota pertama di dunia, bersamaan dengan peradaban Mesir Kuno, Mesopotamia dan Yunani Kuno. Reruntuhan bersejarah ini dimasukkan oleh UNESCO ke dalam Situs Warisan Dunia. Arti dari Mohenjo-daro adalah "bukit orang mati". Seringkali kota tua ini disebut dengan "Metropolis Kuno di Lembah Indus.

Mahenjo Daro dan Harappa
Mahenjo Daro dan Harappa

Mahenjo-daro terletak di Sindh, Pakistan di sebuah bubungan zaman Pleistosen di tengah-tengah dataran banjir Sungai Sindhu. Bubungan tersebut kini terkubur oleh pembanjiran dataran tersebut, tetapi sangat penting pada zaman Peradaban Lembah Indus. Bubungan tersebut memungkinkan kota Mohenjo-daro berdiri di atas dataran sekelilingnya. Situs tersebut terletak di tengah-tengah jurang di antara lembah Sungai Sindhu di barat dan Ghaggar-Hakra di timur. Sungai Sindhu masih mengalir ke timur situs itu, tetapi dasar sungai Ghaggar-Hakra kini sudah kering.

Pembangunan antropogenik selama bertahun-tahun dipercepat oleh kebutuhan memperluas tempat. Bubungan tersebut diluaskan melalui platform bata lumpur raksasa. Akhirnya, penempatan tersebut meluas begitu besar sehingga ada bangunan yang mencapai 12 meter di atas permukaan dataran masa kini.

Mahenjo-daro memiliki bangunan yang luar biasa, karena memiliki tata letak terencana yang berbasis grid jalanan yang tersusun menurut pola yang sempurna. Pada puncak kejayaannya, kota ini diduduki sekitar 35.000 orang. Bangunan-bangunan di kota ini begitu maju, dengan struktur-struktur yang terdiri dari batu-bata buatan lumpur dan kayu bakar terjemur matahari yang merata ukurannya.

Bangunan-bangunan publik di kota ini adalah lambang masyarakat yang sangat terencana. Bangunan yang bergelar Lumbung Besar di Mohenjo-daro menurut interpretasi Sir Mortimer Wheeler pada tahun 1950 dirancang dengan ruang-ruang untuk menyambut gerobak yang mengirim hasil tanaman dari desa, dan juga ada saluran-saluran pendistribusian udara untuk mengeringkannya. Akan tetapi, Jonathan Mark Kenoyer memperhatikan bahwa tidak ada catatan mengenai keberadaan hasil panen dalam lumbung ini. Maka dari itu, Kenoyer mengatakan lebih tepat untuk menjulukinya sebagai “Balai Besar”.

Di dekat lumbung tersebut ada sebuah bangunan publik yang pernah berfungsi sebagai permandian umum besar, dengan tangga yang turun ke arah kolam berlapis bata di dalam lapangan berderetan tiang. Wilayah permandian berhias ini dibangun dengan baik, dengan lapisan tar alami yang menghambat kebocoran, di samping kolam di tengah-tengah. Kolam yang berukuran 12m x 7m, dengan kedalaman 2.4m ini mungkin digunakan untuk upacara keagamaan atau kerohanian.

Di dalam kota, air dari sumur disalurkan ke rumah-rumah. Beberapa rumah ini dilengkapi kamar yang terlihat ditetapkan untuk mandi. Air buangan disalurkan ke selokan tertutup yang membarisi jalan-jalan utama. Pintu masuk rumah hanya menghadap lapangan dalam dan lorong-lorong kecil. Ada berbagai bangunan yang hanya setinggi satu dua tingkat.

Sebagai kota pertanian, Mohenjo-daro juga bercirikan sumur besar dan pasar pusat. Kota ini juga memiliki sebuah bangunan yang memiliki hypocaust, yang kemungkinan digunakan untuk pemanasan air mandi. Mohenjo-daro adalah sebuah kota yang cukup terlindungi. Walau tak ada tembok, namun terdapat menara di sebelah barat pemukiman utama, dan benteng pertahanan di selatan.

Harappa ialah sebuah kota di Punjab, timur laut Pakistan sekitar 35 km tenggara Sahiwal. Kota ini terletak di bantaran bekas Sungai Ravi. Kota modernnya terletak di sebelah kota kuno ini, yang dihuni antara tahun 3300 hingga 1600 SM. Di kota ini banyak ditemukan relik dari masa Budaya Indus, yang juga terkenal sebagai budaya Harappa.

Pada masa itu, Harappa berpenduduk sekitar 40.000 jiwa, yang dianggap besar pada zamannya.Hubungan peradaban Indus kuno pada saat itu dikenal sebagai mitra dagang dengan peradaban Mesir dan Mesopotamia. Situs kuno kota Harappa berisi reruntuhan kota dari zaman perunggu yang merupakan bagian dari budaya Cemetery H dan peradaban lembah Indus, berpusat di Sindh dan Punjab. Kota ini diperkirakan memiliki penduduk berkisar 23.500 jiwa dan terbesar selama fase Mature Harappa pada tahun 2600 hingga 1900 SM. Dua kota terbesar saat itu, Mohenjodaro dan Harappa muncul sekitar tahun 2600 SM di sepanjang lembah sungai Indus. Artefak batu di lokasi Harappa terbuat dari pasir merah, tanah liat yang dipanggang pada suhu sangat tinggi.

Bangsa Arya Memasuki India
Nama arya berarti bangsawan atau tuan, yang terdapat dalam bahasa persia dan india. Perpindahan Bangsa Arya di India terjadi bertahap-tahap, dan tidak terjadi langsung dengan gelombang besar. Waktu yang dibutuhkan juga membutuhkan waktu yang berabad-abad, itupun sambil membawa keluarga mereka. Bangsa Arya tiba di lembah sungai indus setelah 200 tahun Harappa runtuh. (1757-1500 SM). Walaupun bangsa arya suka berperang dan memiliki teknologi persenjataan dari besi, mereka berhasil menguasai lembah sungai indus tanpa peperangan. Setelah beberapa abad Bangsa Arya menempati wilayah dekat sungai gangga dan brahmaputra sampai ke delta. Wilayah yang mereka tempati sangat subur sehingga hasil panen melimpah. Bangsa Arya mengadopsi budaya penduduk asli (dravida) dan menggabungkan budayanya sendiri sehingga terciptalah kebudayaan yang baru. Bangsa dravida dianggap golongan rendah dalam pergaulan masyarakat india oleh bangsa arya, sehingga mereka masuk kedalam kasta sudra. Pengkastaan ini dimaksudkan agar tidak tercampur antara penduduk asli dengan bangsa arya.

Keagamaan
Kebudayaan yang menonjol dalam peradaban India kuno adalah agama Hindu dan Buddha. Pada dasarnya, agama Hindu merupakan kelanjutan dari agama Weda (Brahmanisme), yaitu kepercayaan yang dibawa oleh orang Arya (Indo jerman) dari Persia. Kitab sucinya adalah kitab Weda yang merupakan hasil permikiran para pendeta (Resi).

Bagian-bagian kitabnya adalah:
a. Reg-weda, berisi syair-syair pemujaan kepada dewa
b. Sama-weda, berisi nyanyian-nyanyian untuk pemujaan dewa
c. Yajur-weda, berisi bacaan-bacaan yang diperlukan untuk keselamatan
d. Atharwa-weda, berisi ilmu sihir untuk menghilangkan marabahaya
Di dalam agama hindu terdapat banyak dewa
seperti Agni (Dewa Api), Varuna (Dewa Laut), Vayu (Dewa Angin), Surya (Dewa Matahari), dan Siwa (Dewa Pelebur). Namun, dewa-dewa tersebut hanya manifestasi dan perwujudan Tuhan YME yang dipandang sebagai pengatur tertib semesta.

Terdapat Pokok ajaran yang diajarkan dalam hindu, diantaranya:
Kehidupan adalah samsara (penderitaan)
Penderitaan adalah karma dari apa yang telah dilakukan sebelumnya.
Manusia yang mengalami reinkarnasi (dilahirkan kembali) akan mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki diri.
Apabila tidak memperbaiki diri,di kehidupan selanjutnya ia akan dilahirkan dalam wujud yang rlebih rendah.
Bila kehidupannya sudah sempurna ,ia tidak akan ber-reinkarnasi namun lepas dari samsara dan abadi di nirwana.

Bagi umat hindu, tempat suci berada di tempat-tempat yang dikelilingi oleh alam yang asri (hutan, gua, laut, pantai, dsb). Mereka menganggap tempat-tempat suci ini adalah tempat yang disemayamkan oleh para dewa sehingga umat Hindu biasanya berziarah ke tempat tersebut seperti Kota Benares yang dianggap sebagai tempat bersemayamnya Dewa Siwa.

Tahun 599 SM, lahir Nataputta Vardhamana seorang pangeran suku Jnatrika, yang kelak melakukan reformasi dalam tatanan kehidupan masyarakat India. Pada usia 30 tahun Ia menanggalkan segala kekayaan dan hak istimewa kelahirannya, dan bersemedi dalam keheningan. Setelah 12 tahun lamanya, ia mendapat pencerahan bahwa sebenarnya tujuan manusia bukan untuk berkomunikasi dengan dewa-dewi melalui perantara pendeta atau melakukan tugas berdasarkan kastanya, melainkan harus membebaskan diri dari belenggu hawa dan nafsu. Dia mengajar dan berkhotbah tentang pengalaman spiritual nya selama 30 tahun. Ajarannya disebut Jainisme. 

Ajaran dasar yang diajarkan yaitu lima sila:
Ahimisa (tidak melakukan kekerasan)
Satya (melakukan kebenaran)
Asetya (tidak mencuri)
Brachmacharya (tidak berzina)
Aparigraha (menjauhi materi)

Setelah ia meninggal pada tahun 527 SM, dia memperoleh banyak pengikut yang disebut kaum jain sehingga Nataputta disebut sebagai Mahavira atau pahlawan besar. Sementara itu, adapula agama Buddha, yaitu agama yang disebarkan oleh Siddharta Gautama dari Suku Sakia, yang termasuk kasta Ksatria karena ia merupakan seorang putra mahkota dari Kerajaan Kapilawastu. Sejak kecil, Sidharta sudah dalam kemewahan istana, namun hidupnya tidak bahagia. Ketika dewasa, dia kabur dari istana untuk melihat kehidupan di luar istana. Sidharta meyaksikan langsung orang yang telah renta, orang sakit, orang mati, dan orang suci yang membuat batinnya menjadi tersentak. Setelah melihat hal-hal itu, dia merasa menderita di lingkungan istimewa. Akhirnya sidharta kabur dan mencari ketenangan agar lepas dari samsara. Setelah 7 tahun mengalami cobaan hidup yang berat, akhirnya ia bermeditasi dibawah pohon Bodhi dan mendapatkan sinar terang di hati danubarinya dan menjadikannya seorang Buddha (Yang Disinari). Agama Buddha tidak mengakui kesucian kitab-kitabWeda dan tidak mengikuti aturan pembagian kasta di dalam masyarakat. Oleh karena itu, ajaran Buddha menarik minat golongan kasta rendah. Kitab suci agama Buddha adalah Tripitaka (Sanskerta) yang berarti tiga keranajang.

 Bagian-bagian dari kitab suci Tripitaka yaitu:
§  Suttapitaka: kumpulan khotbah dan ajaran pokok sang Buddha.
§  Vinayapitaka: aturan-aturan kehidupan
§  Abhidarmapitaka: filosofi agama

Menurut ajaran Buddha, hidup adalah samsara karena dikelilingi oleh hawa nafsu. Samsara dapat dihilangkang dengan mengekang hawa nafsu. Untuk mengekang hawa nafsu, manusia harus menempuh delapan jalur kebenaran yaitu berniat baik, tidak berlebih-lebihan, berpikir baik, memerhatikan hal-hal yang baik, berkata-kata yang baik, berusaha dengan cara yang baik, makan dan minum yang baik dan bersemedi yang baik.

Setelah 100 tahun Buddha wafat, timbul aliran Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana. Hinayana melambangkan ajaran Buddha sebagai kereta kecil yang artinya bersifat tertutup. Penganut ini hanya mengejar pembebasan bagi diri sendiri. Pada aliran ini yang berhak menjadi Sanggha adalah para biksu dan biksuni yang berada di wihara. Sedangkan aliran Mahayana melambangkan ajaran Buddha sebagai kereta besar yang bersifat terbuka. Dalam aliran ini siapapun berhak menjadi Sanggha asalkan sanggup menjalankan ajaran dan petunjuk Buddha.

Dari tahun 500 SM sampai 550 SM beberapa kerajaan muncul di India Utara. Namun, setelah ekspansi pasukan Iskandar Zulkarnaen dari wilayah Persia ke daerah Punjab tahun 327 SM, mereka bersatu melawan pasukan Iskandar Zulkarnaen. Gerakan perlawanan ini dipimpin Chandragupta. Kemudian berdirilah Kerajaan Maurya yang memiliki ibukota di Pattaliputra. Kerajaan ini dipimpin pertama kali oleh Chandragupta. Ia menyatukan pemerintahan-pemerintahan daerah menjadi satu secara terpusat. Daerah kekuasaan juga meluas yaitu sampati ke daerah Kashmir sebelah barat dan Sungai Gangga di sebelah timur. Chandragupta masih berpegang teguh pada adat istiadat Hindu Arya. Ketika masa akhir kekuasaannya ia menjadi pengikut Jain. Ia pun menyerahkan kekuasaannya kepada anakanya, Bindursara. Bindusara kiat memperluas wilayah kekaisaran. Namun, terdapat satu kerajaan yaitu Kalingga yang sampai akhir pemerintahannya tetap memberontak. Selanjutnya, pada pemerintahan Ashoka (268-232 SM), cucu Chandragupta, Kerajaan Maurya mencapai puncak kejayaannya. Kalinga dan Dekkan berhasil dikuasai. Ashoka melakukan genosida terhadap orang-orang Kalinga. Namun setelah menyaksikan korbannya, timbul penyesalan yang mendalam dalam dirinya. Sejak itu, ita menjadi orang yang membenci kekejaman sehingga ia menganut agama Buddha. Bahkan, ia mencita-citakan perdamaian dan kebahagiaan bagi umat manusia. Ia juga menjadikan Buddha sebagai agama resmi Negara, tetapi ia juga sangat toleran terhadap agama lainnya. Tidak hanya jadi penganut, Ashoka menyebarluaskan agama Buddha dan ia mengabarkan agamanya melalui para misionarisnya ke berbagai wilayah seperti Sri Lanka, Yunani, Indonesia, Turki, dsb.

Setelah 50 tahun kematiannya, Maurya semakin meredup. Kematian Raja Brhadratha, oleh Pusyamitra Sunga, seorang komandan angkatan perang Maurya telah mengakhiri kekaisaran Maurya. Ia mengambil alih kekuasaan dan mengembalikan ajaran Hindu ortodoks dengan cara menekan para penganut Buddha. Sejak runtuhnya Maurya, keadaan menjadi kacau. Banyak terjadi peperangan kecil karena saling ingin menguasai wilayah lembah Indus.

Namun, keaadaan ini dapat diamankan kembali setelah munculnya kerajaan Gupta denan rajanya Candragupta I yang memiliki pusat di sungai Gangga. Pada masa pemertintahan Raja Candragupta I, agama Hindu dijadikan agama Negara. Kerajaan Gupta mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Samudragupta. Ia terkena keras dan kejam serta tidak mengenal kasihan terhadap musuhnya. Tetapi, bagi rakyatnya ia seorang raja yang murah hati serta selalu berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan hidup rakyatnya. Setelah itu, ia digantikan oleh anaknya yang bernama Candragupta II atau yang dikenal sebagai Wikramaditiya. Ia beragama Hindu, namun tidak memandang rendah atau mempersulit agama Buddha. Bahkan, Universitas Gupta sebagai perguruan tinggi agama Buddha di Nalanda berdiri. Pada masanya merupakan kejayaan India, hal ini ditandai dengan rakyat yang makmur, banyak gedung megah yang didirikan, perdagangan dan pelayaran yang mencapai wilayah Burma, Sri Lanka, dll. Selain itu, kesenian, ilmu pengetahuan, kesusastraan juga berkembang pesat. Pada masa ini terkenal pujangga besar yang bernama Kalidasa dengan karangan yang berjudul Syakuntala. Tetapi setelah meninggalnya raja Candragupta II, kerajaannya mulai mundur. Hampir 2 abad India mengalami masa kegelapan dan baru pada abad ke-7 muncul raja kuat yang bernama Harshawardana.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Sejarah Peradaban Awal Lembah Sungai Indus

Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment