Sejarah Perang Vietnam 1957-1975 - Perang
Vietnam yang terjadi antara tahun 1957-1975 merupakan perang yang besar
sepanjang sejarah karena perang ini terhitung perang dalam kurun waktu terlama
antara Vietnam dengan negara Super Power yaitu Amerika Serikat. Perang Vietnam
disebut juga sebagai Perang Indocina II karena dalam peperangan ini tidak saja
melibatkan negara Vietnam dengan Amerika Serikat saja namun terlibat juga dengan
negara lainnya seperti negara Kamboja dan Laos. Perang ini berinti kan perang memperjuangkan
kemerdekaan Vietnam dari sikap anti asing. Sebenarnya sikap anti asing sudah
ada sejak zaman kuno, namun diperuncing dengan politik kolonial Perancis yang kaku
dan tak kenal peri keadilan.
Sejarah Perang Vietnam 1957-1975 |
A. Pengaruh Komunisme dalam
Perang Vietnam
Setelah
berakhirnya Perang Dunia ke-2, aliansi negara-negara adidaya di dunia terbagi
menjadi dua blok. Blok Liberal (blok
Barat) yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Komunis (blok Timur) yang dipimpin oleh Uni
Soviet. Kedua blok ini saling bersaing untuk menjadi penguasa dunia. Melalui faham
mereka masing-masing, mereka bisa mempengaruhi negara-negara kecil untuk
menerapkan sistem atau ideologi yang mereka anut. Tak terkecuali negara kecil
seperti Vietnam, berdirinya negara komunis Cina sedikit banyak membuat
negara-negara di kawasan Asia Tenggara terpengaruh oleh doktrin agen-agen
penganut komunisme. Kesuksesan penyebaran faham ini juga didukung oleh strata
sosial masyarakat di Asia Tenggara, yang umumnya adalah kalangan menengah
kebawah dimana profesi mereka adalah para pekerja (buruh) dan juga petani.
Setelah
akar-akar tentang komunisme berhasil ditancapkan di Vietnam, negara adidaya Uni
Soviet menggunakan kekuasaannya untuk memperdalam pengaruh komunisme dalam segala
lapisan masyarakat Vietnam. Hal tersebut bertujuan untuk memperkuat pengaruh
komunis dan semakin meninggalkan pengaruh liberalis Amerika. Menanggapi hal
tersebut, Amerika Serikat tidak tinggal diam. Maka dibentuklah strategi politik
global yang bertujuan untuk menekan pertumbuhan komunisme di dunia. Strategi
politik tersebut bernama Containment
policy, yang berarti suatu politik bertujuan mencegah berkembangnya
pengaruh suatu negara atau sistem politik dari pihak lawan.
Pihak
Amerika Serikat sangat memerangi berkembangnya faham komunis hal ini dikarenakan
mereka memandang bahwa setelah terjadinya PD II, salah satu musuh utamanya yang
menghalangi Amerika Serikat untuk menjadi negara penguasa dunia hanyalah Uni
Soviet dengan faham komunismenya. Oleh sebab itu, kemunculan bibit-bibit
komunis di seluruh dunia harus diberantas oleh Amerika. Hal tersebut pernah
dilakukan di berbagai negara seperti Korea, Jerman dan kali ini berlangsung di negara
Vietnam.
Sejatinya
pengaruh komunisme di Vietnam sendiri disambut antusias oleh masyarakat Vietnam.
Karena memang topografi penduduk Vietnam yang berada di bawah garis kemakmuran,
dan doktrin faham komunismen sendiri yang mengutamakan ‘kesetaraan’, dianggap
sebagai angin segar oleh masyarakat bawah di Vietnam, dalam usaha untuk
memerangi penguasa dan pengusaha yang semena-mena dan menindas rakyat kecil.
Akan
tetapi sebagian masyarakat Vietnam yang mempunyai pendidikan tinggi dan tuan
tanah sangat menentang terhadap penyebaran faham komunisme yang terjadi di
Vietnam. Mereka bergabung dengan pemerintah kolonial Perancis yang memang pada
masa itu masih mempunyai kekuatan di Vietnam untuk memerangi komunisme, dibantu
dengan suplai alutsista (alat utama
sistem senjata) dari pihak Amerika Serikat. Akan tetapi mereka tetap tidak bisa
mengalahkan tentara Viet Minh, dimana
mereka merupakan kelompok yang ingin membebaskan diri dari kekangan penguasa
kolonial Perancis. Tentara Viet Minh sendiri juga mendapatkan suplai alutsista
dari pihak Uni Soviet, karena mereka juga senada dengan apa yang dicita-citakan
faham komunisme yakni ‘kesetaraan’.
Awal
mula Amerika mengadakan intervensi di Vietnam ditujukan untuk memerangi pengaruh
komunisme, akan tetapi mereka men-generalisir bahwa semua penduduk Vietnam
telah terdoktrin oleh faham Komunisme. Amerika Serikat memandang Ho Chi Minh
dan sebagian besar rakyat Vietnam telah
dikuasai oleh komunis Cina. Padahal pada kenyataannya, komunis Ho Chi Minh dengan
komunis Mao Zae Dong tidaklah sama. Komunis Ho Chi Minh dengan komunis Mao Zae
Dong sendiri mengalami pertentangan, lantaran aspek historis tersendiri.
Aspek
tersebut yang dimaksud adalah bahwa rakyat Vietnam tidak bisa disamakan dengan
rakyat Cina, walaupun ada sisi historis yang menyatakan bahwa rakyat Vietnam
adalah keturunan Cina dan nenek moyang mereka adalah berasal dari bangsa Cina
itu sendiri. Hal tersebut diatas lah yang membuat Amerika salah kaprah, maka
alih-alih mendapatkan simpati rakyat Vietnam dengan menumpas komunisme, mereka
malah mendapatkan perlawanan dari rakyat Vietnam itu sendiri.
Setali
tiga uang, bahwa bibit-bibit kolonialisme memang sudah disadari oleh rakyat
Vietnam bahwa Amerika sama halnya dengan negara asing lain yang akan melakukan
penjajahan di tanah Vietnam. Penumpasan
komunisme oleh Amerika hanya dalih untuk mendapatkan keuntungan material dari
Vietnam itu sendiri. Kondisi geografis Vietnam yang subur semakin membuat
Amerika Serikat untuk melakukan intervensi.
Dengan demikian, maka rakyat Vietnam tergerak untuk melakukan perlawanan
terhadap tentara Amerika Serikat.
Pada
dasarnya rakyat Vietnam sendiri sudah muak dengan pemerintahan yang kolonial,
terlebih lagi negara Vietnam terkesan ‘dimanfaatkan’ untuk
keuntungan-keuntungan dua blok yang tengah bertikai. Terlebih lagi, perang yang
dilakukan terhadap Amerika Serikat ini sendiri dikarenakan untuk menentang
dominasi pihak Asing yang berpengaruh di Vietnam.
Tidak
dapat dipungkiri bahwa Amerika Serikat hanya mempunyai tujuan untuk memerangi
komunisme di negara Vietnam, padahal Amerika Serikat pasti mempunyai
kepentingan-kepentingan lain dibalik itu semua. Apalagi tindakan anti komunis yang
dilakukan bertentangan dengan kemauan rakyat Vietnam yang memang mendambakan
kesetaraan. Apalagi intervensi atas komunis oleh Amerika Serikat di Vietnam
sendiri membuat kehancuran dan merugikan segala aspek kehidupan masyarakat
Vietnam itu sendiri.
B. Terbentuknya
Viet Cong
Kemunculan
bibit-bibit negara komunis Vietnam sendiri diawali dengan lahirnya Front
Pembahasan Nasional Vietnam Selatan (FPNVS) pada tahun 1960, atau yang lebih
dikenal oleh masyarakat sebagai Viet Cong. Front ini berkembang di daerah Vietnam Selatan yang memang sedari awal
berhalauan ‘kiri’ (menganut faham komunisme). Dibawah pimpinan Nguyen Huu Tho,
Viet Cong mendapatkan banyak dukungan dari segala kalangan masyarakat di
Vietnam Selatan. Hal ini dikarenakan gerakan tersebut mengaplikasikan
prinsip-prinsip kepemimpinan dan pandai mengkomunikasikan dengan nilai-nilai
budaya luhur Vietnam. Yakni ajaran-ajaran Konfusian, Budhisme dan Taoisme
dengan nilai-nilai : can (rajin belajar), kiem (hemat), lien (kejujuran) dan
chinh (berlaku baik).
Adapun lahirnya gerakan Front
Pembahasan Nasional Vietnam Selatan (FPNVS) ini mempunyai beberapa tujuan,
antara lain adalah untuk melawan rezim Saigon dan juga imperialis Amerika,
menciptakan Vietnam Selatan yang sempurna netral, bebas dari campur tangan
asing, ingin mempersatukan seluruh Vietnam, dan ingin memperbaiki kehidupan
sosial-ekonomi yang dimanifestasikan melalui revolusi sosial.
Sebenarnya tujuan yang hendak
dicapai oleh gerakan Viet Cong ini merupakan tujuan bersama rakyat Vietnam. Akan
tetapi karena daerah Vietnam Utara sudah terlanjur dianggap sebagai Komunis,
maka apa yang hendak dicapai oleh gerakan Viet Cong ini terganjal oleh
orang-orang liberalis di daerah Vietnam Selatan. Dimana Amerika ikut andil
untuk mempengaruhi rakyat Vietnam Selatan, dengan menyebutkan Viet Cong adalah
bentukan negara komunis Rusia.
Disisi
lain, kekuasaan Saigon yang berada di pusat memang telah menjadi kekuasaan yang
berkuasa cukup lama. Akan tetapi banyak masyarakat Vietnam sendiri tidak puas.
Hal tersebut dikarenakan pemerintahan Saigon yang kaku, tertutup, dan kurang
memperhatikan nasib rakyat banyak. Dan juga ada indikasi bahwa kepemerintahan Saigon merupakan suatu sistem
pemerintahan boneka bentukan dari Amerika (kolonial). Sehingga rakyat
menyangkal keabsahan pemerintahan Saigon.
Sementara
gerakan Viet Cong sendiri sudah mendapatkan tempat di hati rakyat Vietnam, dimana
memang azas gerakan ini merupakan materialisme. Sehingga tidak heran bahwa
pendukung dari gerakan ini adalah penduduk menengah ke bawah, istilah jawa-nya
adalah wong cilik. Pada pertengahan
tahun 1969 dilangsungkan sebuah pertemuan untuk membahas pembentukan pemerintahan
menandingi pemerintahan Saigon. Pertemuan pembentukan pemerintahan
tersebut berlangsung di markas gerakan
Viet Cong yang dihadiri oleh 88 orang anggota gerakan dan 72 orang peninjau
yang berasal dari berbagai kelompok masyarakat. Dan hasilnya, terbentuklah
sebuah pemerintahan yang diberi nama Pemerintahan Sementara Revolusioner
Vietnam Selatan (PSRVS) yang kemudian disebut sebagai “Pemerintahan Sementara”.
Sistem pemerintahan ini dilakukan melalui publikasi siaran resmi dari Hanoi. Pada
tanggal 9 Juni 1969 ditetapkan sebagai berdirinya “Pemerintahan Sementara”.
Baik
dari pemerintahan Saigon maupun pemerintahan Viet Cong sendiri merupakan dua
kubu yang mempunyai latar belakang pertikaian. Pemerintahan Saigon yang
mempunyai azas Kolonial (Liberal Amerika) dan juga Viet Cong yang berazaskan
Komunis (Materialisme). Kedua faham ini akan selalu bertikai akibat dari adanya
keserakahan antara salah satu pihak yang tidak ingin membiarkan saingannya
berada satu langkah didepannya. Vietnam disini hanyalah sebagai korban, korban
dari dua negara Adidaya yakni Amerika dengan Uni Soviet. Seperti halnya yang
terjadi dengan Jerman dan Korea.
Akan
tetapi, Gerakan Viet Cong sendiri berdiri seperti yang dipaparkan diatas bahwa
rakyat Vietnam anti dengan intervensi asing. Mereka tidak ingin ada campur
tangan pihak asing yang hanya membuat kedaulatan rakyat Vietnam terenggut.
Bukan hanya itu saja, rakyat Vietnam sendiri sudah muak dengan pihak asing yang
semula memberikan bantuan untuk mengusir pihak asing lain yang sebelumnya sudah
ada, akan tetapi pada akhirnya mereka melakukan kolonialisasi juga di Vietnam.
Oleh
sebab itu, tujuan sebenarnya oleh gerakan Viet Cong sendiri untuk membebaskan
rakyat Vietnam dari kolonialisasi. Akan tetapi hal tersebut dihalangi oleh
Amerika Serikat dengan menggunakan pemerintahan Saigon yang menuding gerakan
Viet Cong adalah gerakan Komunis. Amerika Serikat mengadu domba pihak Intelek
dan kaum borjuis yang biasanya akan sangat kontra dengan adanya Komunisme atau
kesetaraan dengan rakyat menengah ke bawah yang biasanya sangat pro dan
mendukung adanya gerakan kesetaraan. Gerakan Viet Cong mengalami kendala untuk
bisa membebaskan Vietnam dari cengkeraman Asing. Terlebih yang terjadi adalah
penduduk Vietnam terpecah belah dengan terbentuknya Vietnam Utara, yang
notabene orang-orang yang kontra dengan kesejahteraan dan keadilan. Sedangkan Vietnam
Selatan yang notabene adalah penduduk yang pro dengan kesejahteraan dan
keadilan.
C. Sejarah Teradinya Perang Vietnam 1957-1975
1.
Perang Melawan Perancis
Perancis
setelah Perang Dunia II hendak menguasai kembali Vietnam yang notabene Vietnam
adalah ex-French Indo-Cina. Viet Minh yang dipimpin oleh Jenderal Vo Nguyen tekesan
dianggap remeh. Disisi lain Perancis lupa bahwa tentara Viet Minh banyak
mendapatkan dukungan luar biasa dari rakyatnya, karena Viet-Minh sudah banyak
membantu kesulitan-kesulitan rakyat desa. Oleh karena itu perang yang dilakukan
Viet Minh adalah perang rakyat (people’s war), rakyat membantu dengan memberi
makanan-makanan dan info-info mengenai gerakan tentara Perancis,memberi tempat
penginapan dan membantu membuat persenjataan seperti granat. Perancis mendatangkan
tentaranya dari Eropa dengan persenjataan yang modern dan pengalaman perang.
Persenjataan Viet Minh berasal dari Cina, Perancis, Inggris dan Amerika yang
diperolehnya dengan segala macam jalan sampai-sampai dengan cara pencurian
seperti halnya di Indonesia yang merampas dari Jepang. Perancis merasa superior
dengan Viet Minh.
Setelah
faham komunis berkuasa di wilayah RRC, senjata dari RRC mengalir ke Viet Minh
dan Viet Minh melancarkan perang Gerilya terhadap Perancis yang akhirnya dapat
dikalahkan dengan serbuan massal. Masa penjajahan Perancis tinggal satu abad,
setelah akhirnya disapu bersih dari Vietnam oleh tentara yang baru lahir. Di
Geneva, Perancis resmi menyerah dan mengundurkan diri dari Vietnam dan dibuat
garis perbatasan 17’ paralel dibagian utara merupakan daerah kekuasaan Ho Chi
Minh sedangkan bagian selatan termasuk Laos dan Kamboja akan disusun sebagai
daerah kekuasaannya lebih lanjut. Ho Chi Minh hanya menginginkan satu hal, yaitu
Indo-Cina yang bebas merdeka di bawah kekuasaan komunis Vietnam. Yang diartikan
sebagai wilayah IndoCina dalam hal ini adalah Vietnam Utara, Vietnam Selatan,
Laos dan Kamboja.
2. Perang
Vietnam Selatan Melawan Amerika
Secara
otomatis dalam rangka SEATO Pact (SEATO-Organisasi negara-negara Asia Tenggara)
apabila diadakan pemilihan umum, pasti Ho Chi Minh akan menang dalam pemilihan
tersebut. Dengan alasan itu maka tidak diadakan pemilihan umum karena dikhawatirkan Ho
Chi Minh akan menduduki kekuasaan di Pemerintahan. Ngo Din Diem yang diangkat
menjadi pemimpin Vietnam Selatan adalah seorang aristokrat dan beragama Katolik
tidak dapat menstabilisir pemerintahannya. Pada tahun 1959 sudah terdapat aktivitas
guerillya Viet Chong sebanyak 5000 orang. Sepertiga dari Vietnam Selatan dalam
kekuasaan Viet Chong. Di Laos, Pathet Lao (seorang komunis) sedang berkuasa
dibantu oleh Vietnam Utara. Amerika pada tahun 1963 menempatkan pasukannya
sebanyak 1600 orang untuk membangun dan melatih tentara Vietnam Selatan (ARVN
Army of the Republic of Vietnam). Stabilisasi di Vietnam Selatan hendak
diselesaikan melalui “landreform” dalam arti diadakannya pemindahan penduduk
dari daerah ke desa-desa yang dibuat seperti benteng. Jenderal Nguyenh Kanh
yang menguasai Vietnam Selatan setelah jatuhnya Dien didampingi oleh Jendral
William Westmoreland (USA).
Setelah
terjadi peristiwa Teluk Tongkin yaitu kapal perang USS maddox diserang oleh
kapal-kapal Vietnam Utara, yang berada 13 miles dari sebuah pulau di Vietnam,
Congres USA memutuskan memberi kuasa kepada Presiden USA untuk melakukan
serangan udara di Vietnam Utara dan mempergunakan tentara USA dalam jumlah
besar. Atas saran dari Jenderal USA Curtis Le May, dilakukan pengeboman dalam
jumlah besar sekali di daerah-daerah Vietnam Utara dan Selatan yang ditunjukkan
kepada obyek militer musuh. Hanoi dan Haiphong dikecualikan dari pemboman masal
tersebut.
Dalam
perbandingan dengan Perang Dunia II, selama Perang Dunia II berlangsung, USA menjatuhkan bom didaerah
musuh sebanyak 2 juta ton, sedangkan di Perang Vietnam selama 4 tahun telah
dijatuhkan 2,5 juta ton. Perang udara yang diterapkan di Eropa tidak mempan di
Vietnam. Vietminh dan Vietcong meniru taktik Jepang ,dengan cara membuat
terowongan di dalam tanah yang merupakan markas tempat kumpulan senjata dan
makanan. Lubang-lubang ini dibuat sedemikian rupa supaya tidak terlihat dari
udara dan tahan dari pengeboman dari pihak lawan. Dengan cara tersebut, maka
dengan cepat pasukan gerilya dapat berkumpul dan mengadakan serangan mendadak
di suatu tempat. Taktik-taktik meriam dapat di rangkai dan dapat segera
dipasang kembali ditempat yang ditentukan untuk menyerang.
Pengalaman
peperangan Dien Bien Phu yang tidak disangka-sangka oleh Perancis diulangi
kembali. Faktor-faktor kemenangan yang terjadi pada Viet Minh dan Vietcong
didasarkan pada semangat juang yang tinggi , rela mati untuk perjuangan dan
mendapat dukungan sepenuhnya dari rakyat desa hal ini tentu saja tidak terdapat
pada tentara Vietnam Selatan yang dibangun oleh Amerika Serikat. Hati tentara
Vietnam kecil, dan juga mereka mempunyai rasa segan bertempur karena mereka
menyadari bahwa lawan mereka adalah saudara-saudaranya sendiri.
Pada
umumnya prajurit mempunyai pendapatan kecil yang menyebabkan istri-istri mereka
mencari tambahan pendapatan dengan cara mejadi pelacur bagi tentara-tentara
militer Amerika. Hal inilah yang membuat semakin berkurangnya semangat untuk
berperang, terlebih lagi para perwiranya banyak yang melakukan korupsi. Maka
tak heran jika sampai terjadi pertempuran melawan Vietminh mudah untuk
dikalahkan. Sering terjadi pada waktu tentara Vietnam mendengar adanya serangan
dari tentara Viet Minh sebelum berperang dan melarikan diri. Tentara Vietnam
Selatan mengandalkan pada persenjataan yang modern dan kepada tentara Amerika
yang selalu mendampinginya.
Pada
1967 tentara AS sudah berjumlah 500.000, pada waktu itu Rusia dan RRC
menyalurkan senjatanya ke tentara Viet Minh dan Viet Cong, begitu pula terdapat
banyak senjata Amerika yang dijual oleh tentara Vietnam Selatan kepada
penyalur-penyalur Viet Cong. Pasar gelap senjata menjadi berkembang subur, hal
ini menyebabkan Viet Cong merasa diuntungkan.
Di
Amerika sendiri rakyat Amerika banyak yang merasa gelisah. Banyak anak-anak
mereka saudara-saudara mereka yang tewas akibat pertempuran, banyak uang
Amerika yang dihambur-hamburkan hal ini menyebabkan Amerika menjadi inflasi.
Selain itu berbagai demonstrasi juga terjadi di Amerika sebagai wujud
penentangan terhadap perang yang terjadi antara Amerika Serikat dengan Vietnam.
D. Kronologi Kejadian Perang Vietnam
Akibat
dari Perjanjian Jenewa yang berlangsung pada 20 Juli 1954, Vietnam terbagi atas
dua bagian, yakni Vietnam bagian utara dengan faham ideologi komunisme yang
didukung oleh Cina dan Rusia dan Vietnam bagian selatan dengan ideologi
kapitalisme yang didukung oleh Perancis(Eropa). Ketergantungan yang teramat
oleh negara-negara pendukungnya, membuat kedua bagian Vietnam tidak dapat
berdiri sendiri. Saat Perancis yang harus mengakui kemerdekaan Vietnam, Laos
dan Kamboja (isi Perjanjian Jenewa) maka, hal tersebut membuat kuwalahan
Vietnaa, terutama bagian selatan. Sedangkan Vietnam bagian utara, masih
mendapat sokongan dari sekutunya. Sehingga, Amerika Serikat mulai mengirimkan
bantuan ekonomi dan militer ke Vietnam bagian selatan pada awal tahun 1950-an.
Perdana menteri baru, Ngo Dihn
Diem, memproklamasikan “Republic of Vietnam (RVN) di selatan dan menggabungkan
kekuatan dengan persetujuan Amerika Serikat. Korban pertama dalam Perang
Vietnam adalah Mayor Dale Bus dan Sergant Chester Ovnand yang terbunuh di Ben
Hoa pada tahun 1959.
Di
bawah pimpinan Hanoi, Komunis Vietnam selatan membentuk The Liberation Front
(NLF) sebagai kekuatan sayap politik di selatan yang revolusioner dan PLAF atau
yang dipanggil dengan nama “vietcong” oleh Vietnam Selatan dan Amerika.
Pada
bulan Januari 1961, Presiden John F. Keneddy mengkonfirmasi janji Amerika
Serikat untuk mempertahankan kebebasan dunia. Dalam kenyataannya, kebebasan
dunia yang diinginkan Amerika adalah kebebasan dari paham komunis yang notabene
cukup ditakutkan oleh Amerika Serikat. Sehingga pada bulan Oktober, Keneddy
meningkatkan asisten militer kepada Diem dan memasukkan lebih banyak pasukan
militer di Vietnam Selatan yang awalnya hanya berjumlah 900 orang, sudah
berjumlah 3.205 orang pada bulan Desember 1961.
Pada
tahun berikutnya, tepatnya pada bulan Februari 1962, berlangsung penurunan 12 ribu pasukan militer ke lapangan tersebut bertujuan untuk membantu
penyukseskan Program Desa Strategis. Program ini adalah sebuah program yang dicanangkan oleh pemerintah Amerika
Serikat dalam rangka meningkatkan kapabilitas para petani di
Vietnam Selatan, yang ketika itu berasaskan demokrasi, dalam menangkal serangan-serangan
yang dilancarkan oleh Vietnam Utara, yang berideologikan sosialis komunis.
Dalam pelaksanaan program ini, Amerika Serikat mensubsidi bantuan dana dan fasilitas persenjataan bagi
16 ribu desa di kawasan Vietnam Selatan. Dana dan fasilitas tersebut, selain digunakan latihan pertahanan diri, juga
dilakukan untuk membentuk benteng pertahanan wilayah.
Pada November 1963, Ngo Dihn Diem dan saudaranya, Ngo Dihn Nhu, dibunuh atas
perintah Presiden John F. Keneddy karena melakukan kudeta terhadap Amerika
Serikat. Kudeta ini disebabkan pihak Amerika Serikat yang memberhentikan
bantuannya karena sikap keotoriteran pada masa pemerintahan Diem.
Jenderal
William Westmoreland menggantikan Jenderal Harkin sebagai komandan untuk
kekuatan militer Amerika Serikat di Vietnam dan pada Desember 1963 mendatangkan
sebanyak 16.300 pasukan militer. Juli
1964, kapal patroli Vietnam Utara dituduh menyerang kapal perusak milik Amerika
Serikat, Maddox ( kapal Amerika Serikat ), yang berada di Teluk Tonkin. Belum sempat dibuktikan kebenarannya, pihak militer Amerika
Selatan melakukan serangan
pertama kepada Vietnam Utara sebagai balas
dendam. Aksi tersebut dilakukan dengan
mengebom wilayah Vietnam Utara. Tidak hanya itu, langkah tersebut dilanjutkan
dengan pengesahan Resolusi Teluk Tonkin. Adapun isi dari resolusi tersebut
adalah pemberian izin bagi Presiden AS, Lyndon Baines Johnson, untuk
mengeluarkan kebijakan apapun berkaitan dengan upaya pencegahan tindakan agresi
lanjutan, yang mungkin dilakukan oleh pihak Vietnam Utara.
Tidak terima dengan perlakuan Amerika
Serikat yang semena-mena, pada Desember 1964
hingga Februari 1965 Tentara
Rakyat Vietnam, menyerang pangakalan militer AS di Pleiku. Dengan semangat peperangan, pada Februari, Amerika Serikat melakukan serangan balasan melakukan sejumlah pengeboman
ke wilayah utara. Serangan ini dikenal dengan nama Rolling Thunder Operation. Sejak saat itu, Perang Vietnam resmi dimulai dan pertempuan terus berlangsung
secara intens. Lambat laun, jumlah korban jiwa yang jatuh pun tidak dapat disembunyikan. Pada
Desember 1964 pasukan Amerika mencapai 23.300 personil. Bahkan pada Maret 1965,
sebesar dua batalion pasukan tempur Amerika Serikat tiba di Vietnam yang
bertugas menjaga pangkalan udara Amerika Serikat di Danang. Pertempuran lainnya
terjadi di Lembah Ia Dong, OperasiAir Terjun Cedar serta Persimpangan Kota.
Oktober
1967, tercatat 50.000 demonstran melakukan gerakan anti-perang atau demo di
Pentagon guna mengakhiri perang antara Amerika Serikat dengan Vietnam. Memasuki
akhir tahun 1967, kekuatan Amerika Serikat mencapai 485.000 personil. Walaupun kapabilitas militer yang dimiliki Tentara
Vietnam Utara dapat dikatakan tertinggal, namun kelompok ini memiliki taktik
perang yang jitu, yakni dengan bergerilya ke hutan-hutan dan pembuatan
terowongan bawah tanah, yang semakin hari semakin membuat pasukan Amerika
Selatan kewalahan. Meski demikian, Vietnam Utara berhasil menyita pusat marinir Amerika Serikat di
Khe Sahn pada Januari-April 1968. Perimintaan penambahan pasukan militer dilakukan,
namun ditolak oleh Sekretaris baru dari Pertahanan Clifford. Hingga pada bulan
Mei 1968 berlangsung pembicaraan damai antara Vietnam Utara dan Amerika Serikat
di Paris meskipun tidak ada kesepakatan yang dibuat. Demo anti-perang terus
bergulir yang kali ini bertepatan dengan Konvensi Nasional Demo Chicago pada
Agustus 1968.
Memasuki
tahun 1969, Presiden AS baru, Richard Nixon, memilih untuk mengambil jalan
damai. Berbagai cara lunak ditempuhnya tidak membuat Vietnam Utara bersedia
duduk di meja perundingan. Kesabaran Amerika Serikat mencapai batasnya. Nixon
memerintahkan pengeboman tanpa kenal batas ke wilayah Vietnam Utara pada tahun
1973. Tidak disangka, semangat Tentara Vietnam Utara tetap tidak surut. Kejadian ini
pun mendorong Nixon untuk mengeluarkan kebijakan Vietnamisation, tentara AS akan ditarik mundur dan digantikan
dengan Tentara Republik Vietnam. Alasannya, Nixon mendapati fakta di lapangan bahwa akibat durasi peperangan
yang terlalu lama, banyak pasukan militer AS yang kehilangan moral dan
mengalami stres berat.
Tentu
saja, kebijakan AS tersebut membuat Tentara Vietnam Utara dan kelompok komunis
di Vietnam Selatan berhasil menguasai Saigon hanya dalam beberapa bulan saja,
yakni pada 30 April 1975. Peristiwa inilah yang kemudian menandakan kekalahan AS
atas Vietnam Utara.