Thursday, February 2, 2017

Sejarah Peristiwa Bandung Lautan Api

Sejarah Peristiwa Bandung Lautan Api - Mengingat jasa para pahlawan yang telah berjuang untuk memperoleh dan mempertahankan kemerdekaan hingga tercapai Indonesia yang merdeka hingga saat ini, segenap bangsa Indonesia sepatutnya menghormati jasa jasa para pahlawan dengan cara ikut serta dalam pembangunan Negara Indonesia tercinta ini yang dalam sejarahnya harus diperoleh dengan perjuangan berat para pahlawan serta meningkatkan sikap nasionalisme cinta tanah air. Tapi sangat disayangkan, tidak sedikit bahkan banyak para pemuda zaman sekarang yang mengabaikan jasa – jasa para pahlawan terdahulu. Contohnya siswa yang mengikuti upacara bendera pada hari senin dengan tidak khidmat, bahkan mereka berbicara sendiri ketika upacara bendera sedang dilaksanakan. Mereka tidak mengingat seberapa berat perjuangan para pahlawan agar generasi saat ini dapat hidup dalam kemerdekaan. Seharusnya upacara bendera dapat diikuti sebagai momen khidmat dalam mengingat, menghargai, dan menghormati jasa – jasa pahlawan terdahulu. Selain upacara bendera masih banyak pula sikap yang terdapat pada pemuda generasi sekarang yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.


Sejarah Peristiwa Bandung Lautan Api
Sejarah Peristiwa Bandung Lautan Api

A. Sejarah terjadinya Peristiwa Bandung Lautan Api
Di Bandung pertempuran diawali oleh usaha para pemuda untuk merebut pangkalan udara Andir dan pabrik senjata bekas Artillerie Constructie Winkel (ACW-sekarang Pindad ) dan berlangsung terus sampai kedatangan pasukan Sekutu (Inggris) di Bandung pada 12 Oktober 1945 yang merupakan bagian dari Brigade MacDonald. Mereka membebaskan orang – orang Belanda. Orang – orang Belanda yang baru dibebaskan dari kamp tawanan mulai melakukan tindakan – tindakan yang mulai mengganggu keamanan.
Seperti halnya di kota – kota lain di Bandung pun pasukan Sekutu dan NICA melakukan terror terhadap rakyat sehingga terjadi pertempuran – pertempuran. Menjelang bulan November 1945, pasukan NICA semakin merajalela di Bandung. NICA memanfaatkan kedatangan pasukan Sekutu untuk mengembalikan kekuasaan kolonialnya di Indonesia. Tetapi semangat juang rakyat dan para pemuda yang tergabung dalam TKR, laskar – laskar dan badan – badan perjuangan semakin berkobar. Pertempuran demi pertempuran terjadi. Para pejuang juga menyerang Hotel Homann dan Hotel Preanger yang digunakan sebagai markas oleh Sekutu dan NICA.

Pada bulan Oktober di Bandung telah terbentuk Majelis Dewan Perjuangan yang dipimpin panglima TKR, Aruji Kartawinata. Dewan perjuangan ini terdiri dari wakil – wakil TKR dan berbagai kelaskaran. Pada tanggal 21 November 1945 Sekutu mengeluarkan ultimatum agar para pejuang menyerahkan senjata dan mengosongkan Bandung Utara selambat – lambatnya pada 29 November 1945 dengan alasan menjaga keamanan.

Ternyata ultimatum itu tidak diindahkan oleh pihak pejuang. Insiden terjadi, para pemuda melakukan penyerobotan terhadap kendaraan – kendaraan Belanda yang berlindung di bawah Sekutu. Penculikan dari pihak NICA pun semakin sering terjadi. Peristiwa yang memperburuk keadaan terjadi pada tanggal 25 November 1945. Selain menghadapi serangan musuh, rakyat menghadapi banjir besar meluapnya Sungai   Cikapundung.


Evakuasi sembari membakar Kota Bandung menjadi lautan api
Evakuasi sembari membakar Kota Bandung menjadi lautan api

Ratusan korban terbawa hanyut dan ribuan penduduk kehilangan tempat inggal. Keadaan ini dimanfaatkan musuh untuk menyerang rakyat yang tengah menghadapi musibah. Dalam suasana yang demikian itu, Majelis Dewan Perjuangan tidak sabar menunggu reaksi dari pemerintah. Majelis yang terdiri dari berbagai kesatuan ini memutuskan untuk melancarkan perlawanan. Pada malam hari tanggal 24 – 25 November 1945 rakyat melancarkan serangan terhadap posisi – posisi Sekutu dan NICA.

 

B. Berlangsungnya Peristiwa Bandung Lautan Api

Tanggal 23 Maret 1946, pihak Sekutu kembali mengeluarkan ultimatum. Isi ultimatum itu adalah agar TRI mengosongkan seluruh kota Bandung dan mundur ke luar kota dengan jarak 11 km paling lambat 24 Maret 1946. Akibatnya pertempuran pun kembali menghebat. Pada saat itu datang dua buah surat yang isinya membingungkan, yaitu :

1)              Dari Perdana Menteri Amir Syarifudin

Bahwa para pejuang / pasukan RI harus mundur dari kota Bandung sesuai dengan perjanjian antara pemerintah RI dengan Sekutu yang saat itu sedang berlangsung di Jakarta, untuk menghindari penderitaan rakyat dan kehancuran kota Bandung.

2)              Dari Panglima TRI Jenderal Sudirman

Bahwa para pejuang / pasukan RI harus tetap mempertahankan Kota Bandung sampai titik darah penghabisan, agar Kota Bandung tidak dimanfaatkan oleh Sekutu sebagai pangkalan militernya.

Untuk menanggapi kedua perintah yang berbeda diatas, akhirnya dilakukan musyawarah oleh Majelis Persatuan Perjuangan Priangan (MP3) di hadapan semua kekuatan perjuangan pihak Republik Indonesia, pada tanggal 23 Maret 1946. Kolonel Abdoel Haris Nasoetion selaku Komandan Divisi III TRI mengumumkan hasil musyawarah tersebut, yakni memutuskan untuk mengosongkan Kota Bandung sambil melakukan infiltrasi atau bumi hangus, hingga nantinya dikenal dengan “Bandung Lautan Api”.



Akhirnya malam itu, Kolonel Abdoel Haris Nasoetion menginstruksikan rakyat untuk mengungsi. Sambil mundur dari Kota Bandung dan menyerang kedudukan – kedudukan tentara NICA dan Sekutu, TRI dan laskar pejuang lainnya membakar Kota Bandung. Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat setempat dengan maksud agar Sekutu tidak dapat menggunakan Bandung sebagai markas strategis militer.

Dimana mana asap hitam mengepul membumbung tinggi di udara dan semua listrik mati.
Tentara Inggris mulai menyerang sehingga pertempuran sengit terjadi.


Monumen Peristiwa Bandung Lautan Api
Monumen Peristiwa Bandung Lautan Api

Pertempuran yang paling besar terjadi di Desa Dayeuhkolot, Bandung Selatan, dimana terdapat gudang amunisi besar milik Tentara Sekutu. Dalam petempuran ini Muhammad Toha dan Ramdan, dua pemuda anggota milisi BRI ( Barisan Rakyat Indonesia ) terjun dalam misi untuk menghancurkan gudang amunisi tersebut. Muhammad Toha berhasil meledakkan gudang tersebut dengan dinamit. Gudang besar itu meledak dan terbakar bersama kedua milisi tersebut di dalamnya yang gugur dalam ledakan. Staf pemerintahan Kota Bandung pada mulanya akan tetap tinggal di dalam kota, tetapi demi keselamatan mereka, maka pada pukul 21.00 itu juga ikut dalam rombongan yang mengevakuasi dari Bandung. Sejak saat itu, kurang lebih pukul 24.00 Kota Bandung telah kosong dari penduduk dan TRI. Tetapi api masih membumbung membakar kota, sehingga Bandung pun menjadi lautan api.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Sejarah Peristiwa Bandung Lautan Api

Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment