Sejarah Peristiwa Bandung Lautan Api - Mengingat jasa para pahlawan yang
telah berjuang untuk memperoleh dan mempertahankan kemerdekaan hingga tercapai
Indonesia yang merdeka hingga saat ini, segenap bangsa Indonesia sepatutnya menghormati jasa – jasa para pahlawan
dengan cara ikut serta dalam pembangunan Negara Indonesia
tercinta ini yang dalam sejarahnya harus diperoleh dengan perjuangan berat para
pahlawan serta meningkatkan sikap nasionalisme cinta tanah air. Tapi sangat disayangkan, tidak
sedikit bahkan banyak para pemuda zaman sekarang yang mengabaikan jasa – jasa
para pahlawan terdahulu. Contohnya siswa yang mengikuti upacara bendera pada
hari senin dengan tidak khidmat, bahkan mereka berbicara sendiri ketika upacara
bendera sedang dilaksanakan. Mereka tidak mengingat seberapa berat perjuangan
para pahlawan agar generasi saat ini dapat hidup dalam kemerdekaan. Seharusnya
upacara bendera dapat diikuti sebagai momen khidmat dalam mengingat,
menghargai, dan menghormati jasa – jasa pahlawan terdahulu. Selain upacara
bendera masih banyak pula sikap yang terdapat pada pemuda generasi sekarang yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Sejarah Peristiwa Bandung Lautan Api |
A.
Sejarah terjadinya Peristiwa Bandung Lautan Api
Di
Bandung pertempuran diawali oleh usaha para pemuda untuk merebut pangkalan udara Andir dan pabrik senjata bekas
Artillerie Constructie Winkel (ACW-sekarang Pindad ) dan berlangsung terus
sampai kedatangan pasukan
Sekutu (Inggris) di Bandung pada 12 Oktober
1945 yang merupakan bagian dari Brigade MacDonald. Mereka membebaskan
orang – orang Belanda. Orang – orang Belanda yang baru dibebaskan dari kamp
tawanan mulai melakukan tindakan – tindakan yang mulai mengganggu keamanan.
Seperti
halnya di kota – kota lain di Bandung pun pasukan Sekutu dan NICA melakukan
terror terhadap rakyat sehingga terjadi pertempuran – pertempuran. Menjelang
bulan November 1945, pasukan NICA semakin merajalela di Bandung. NICA
memanfaatkan kedatangan pasukan Sekutu untuk mengembalikan kekuasaan
kolonialnya di Indonesia. Tetapi semangat juang rakyat dan para pemuda yang
tergabung dalam TKR, laskar – laskar dan badan – badan perjuangan semakin
berkobar. Pertempuran demi pertempuran terjadi. Para pejuang juga menyerang
Hotel Homann dan Hotel Preanger yang digunakan sebagai markas oleh Sekutu dan
NICA.
Pada bulan
Oktober di Bandung
telah terbentuk Majelis
Dewan Perjuangan yang dipimpin
panglima TKR, Aruji Kartawinata. Dewan perjuangan ini terdiri dari wakil –
wakil TKR dan berbagai kelaskaran. Pada tanggal 21 November 1945 Sekutu
mengeluarkan ultimatum agar para pejuang menyerahkan senjata dan mengosongkan
Bandung Utara selambat – lambatnya pada 29 November 1945 dengan alasan menjaga keamanan.
Ternyata
ultimatum itu tidak diindahkan oleh pihak pejuang. Insiden terjadi, para pemuda
melakukan penyerobotan terhadap kendaraan – kendaraan Belanda yang berlindung
di bawah Sekutu. Penculikan dari pihak NICA pun semakin sering terjadi. Peristiwa
yang memperburuk keadaan terjadi pada tanggal 25 November 1945. Selain
menghadapi serangan musuh, rakyat menghadapi banjir besar meluapnya Sungai Cikapundung.
Evakuasi sembari
membakar Kota Bandung menjadi lautan api
|
Ratusan korban terbawa
hanyut dan ribuan penduduk kehilangan tempat inggal. Keadaan ini dimanfaatkan
musuh untuk menyerang rakyat yang tengah menghadapi musibah. Dalam suasana
yang demikian itu, Majelis Dewan Perjuangan tidak sabar menunggu
reaksi dari pemerintah. Majelis yang terdiri dari berbagai kesatuan ini
memutuskan untuk melancarkan perlawanan. Pada malam hari tanggal 24 – 25
November 1945 rakyat melancarkan serangan terhadap posisi – posisi Sekutu dan NICA.
B. Berlangsungnya Peristiwa Bandung Lautan Api
Tanggal
23 Maret 1946, pihak Sekutu kembali mengeluarkan ultimatum. Isi ultimatum itu adalah agar TRI mengosongkan seluruh
kota Bandung dan mundur ke luar kota dengan jarak 11 km paling lambat 24 Maret
1946. Akibatnya pertempuran pun kembali menghebat. Pada saat itu datang dua
buah surat yang isinya membingungkan, yaitu :
1)
Dari
Perdana Menteri Amir Syarifudin
Bahwa para pejuang /
pasukan RI harus mundur dari kota Bandung sesuai dengan perjanjian antara
pemerintah RI dengan
Sekutu yang saat itu sedang berlangsung di Jakarta,
untuk menghindari penderitaan rakyat dan kehancuran kota Bandung.
2)
Dari
Panglima TRI Jenderal Sudirman
Bahwa para pejuang / pasukan RI harus tetap mempertahankan Kota Bandung sampai
titik darah penghabisan, agar Kota Bandung
tidak dimanfaatkan oleh Sekutu sebagai
pangkalan militernya.
Untuk
menanggapi kedua perintah yang berbeda diatas, akhirnya dilakukan musyawarah
oleh Majelis Persatuan Perjuangan Priangan (MP3) di hadapan semua kekuatan
perjuangan pihak Republik Indonesia, pada tanggal 23 Maret 1946. Kolonel Abdoel
Haris Nasoetion selaku Komandan Divisi III TRI mengumumkan hasil musyawarah
tersebut, yakni memutuskan untuk mengosongkan Kota Bandung sambil melakukan
infiltrasi atau bumi hangus, hingga nantinya dikenal dengan “Bandung Lautan
Api”.
Akhirnya malam
itu, Kolonel Abdoel Haris Nasoetion menginstruksikan rakyat untuk mengungsi.
Sambil mundur dari Kota Bandung dan menyerang kedudukan – kedudukan tentara
NICA dan Sekutu, TRI dan laskar pejuang lainnya membakar Kota Bandung. Bandung
sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat setempat dengan maksud agar Sekutu tidak
dapat menggunakan Bandung sebagai markas strategis militer.
Dimana – mana asap hitam mengepul
membumbung tinggi di udara dan semua listrik
mati.
Tentara Inggris mulai
menyerang sehingga pertempuran sengit terjadi.
Monumen Peristiwa Bandung Lautan
Api
|
Pertempuran
yang paling besar terjadi di Desa Dayeuhkolot, Bandung Selatan, dimana terdapat gudang
amunisi besar milik Tentara Sekutu.
Dalam petempuran ini Muhammad Toha dan
Ramdan, dua pemuda anggota milisi BRI ( Barisan Rakyat Indonesia ) terjun dalam
misi untuk menghancurkan gudang amunisi
tersebut. Muhammad Toha berhasil meledakkan gudang tersebut
dengan dinamit. Gudang besar itu meledak dan terbakar bersama
kedua milisi tersebut
di dalamnya yang gugur dalam
ledakan. Staf pemerintahan Kota Bandung pada mulanya akan tetap tinggal di
dalam kota, tetapi demi keselamatan mereka, maka pada pukul 21.00 itu juga ikut
dalam rombongan yang mengevakuasi dari Bandung. Sejak saat itu, kurang lebih
pukul 24.00 Kota Bandung telah kosong dari penduduk dan TRI. Tetapi api masih
membumbung membakar kota, sehingga Bandung pun menjadi lautan api.