Sejarah Sumpah Pemuda - Sumpah pemuda adalah
sebuah ikrar dari para pemuda yang dijadikan bukti otentik bahwa pada tangga 28
oktober 1928 bangsa Indonesia dilahirkan. Oleh karena itu sudah seharusnya
segenap rakyat Indonesia memperingati momentum 28 Oktober sebagai hari lahirnya
bangsa Indonesia. Proses kelahiran Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari
perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum
kolonialis pada saat itu, kondisi ketertindasan inilah yang kemudian mendorong
para pemuda pada saat itu untuk membulatkan tekad demi mengangkat harkat dan
martabat hidup orang Indonesia asli, tekad inilah yang menjadi komitmen
perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun
kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945.
Sejarah Sumpah Pemuda |
A. Sejarah Menuju lahirnya “Sumpah
Pemuda”
Perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu sebelum tahun 1908 dan sesudah tahun 1908.
Perjuangan sebelum tahun 1908 selalu dapat digagalkan oleh penjajah. Hal itu karena
perjuangan masih bersifat kedaerahan, dan perjuangan masih berupa perjuangan
fisik dengan senjata yang sederhana. Kegagalan perjuangan yang telah
dilakukan mendorong pejuang mengubah taktik perjuangan melalui organisasi
sosial politik. Awal tahun 1908 mulailah bermunculan berbagai organisasi
pergerakan nasional seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, Indische Partij, dan
PNI. Sejak saat itu arah perjuangan bangsa Indonesia pun makin tegas, yaitu
mewujudkan persatuan nasional.
Pada tahun 1908, nama
Indonesia untuk pertama kalinya di gunakan oleh Perhimpunan Indonesia.
Perhimpunan Indonesia adalah organisasi yang didirikan oleh pelajar-pelajar
Indonesia di negeri Belanda. Organisasi ini awalnya bernama Indische
Vereeniging. Namun, pada tahun 1922 nama itu diganti menjadi Indonesische
Vereeniging, tetapi pada tahun yang sama namanya berubah menjadi Perhimpunan
Indonesia. Para pahlawan kita, seperti Ki Hajar Dewantara, Budi Utomo, dan DR.
Mohammad Hatta, turut memopulerkan istilah Indonesia untuk mengimbangi istilah
‘Hindia Belanda’ yang dipakai oleh pemerintah kolonial Belanda saat itu.
1. Kongres Pemuda 1
Terselenggaranya Kongres Pemuda 1 tidak
terlepas dari adanya Perhimpunan Indonesia. Pada tahun 1925 di Indonesia telah
mulai didirikan Perhimpunan Pelajar – pelajar Indonesia (PPPI), tetapi
peresmiannya baru pada tahun 1926.anggota- anggotanya terdiri dari
pelajar-pelajar sekolah tinggi yang ada di Jakarta dan di Bandung. Para tokoh
PPPI antara lain adalah : Sugondo Djojopuspito, sigit, Abdul Sjukur, Gularso,
Sumitro, Samijono, Hendromartono, Subari, Rohjani, S. djoenet Poesponegoro,
Kunjtoro, Wilopo, Surjadi, Moh. Yamin, A.K. gani, Abu Hanifah, dan lain-lain.
PPPI di Indonesia sering mendapatkan kiriman majalah Indonesia Merdeka dari
Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda. Disamping majalah Indonesia Merdeka
terbitan PPPI di negeri Belanda, PPPI sendiri juga menerbitkan majalah
Indonesia Raya. Yang pemimpin redaksinya Abu Hanifah. Pandangan organisasi PPPI
sudah menunjukkan persatuan dan kesatuan sebagaimana yang terdapat pada PI.
Pemuda-pemuda di Bandung menginginkan
agar mulai melepaskan sifat-sifat kedaerahan. Hal itu didasarkan atas
dorongan Mr. sartono dan Mr. Sunario
Pada tanggal 20 Februari 1927 nama Jong
Indonesia telah diubah menjadi Pemuda Indonesia. Para pemimpin organisasi
pemuda Indonesia ini ialah Sugiono, Sunardi, Moeljadi, Soepangkat, Agus Prawiranata,
Soekamso, Soelasmi, Kotjo Sungkono, dan Abdul Gani. Sedangkan ketuanya pertama
kali ialah Sugiono. Mengenai gerakan politik organisasi pemuda ini belum belum
ikut langsung dalam gerakan politik. Selama beberapa tahun diperdebatkan bentuk
persatuan yang diinginkan.
Akhirnya para pemuda Indonesia sepakat untuk
mengadakan Kongres Pemuda yang berlangsung di
Jakarta pada 30 April-2 mei 1926. Kongres Pemuda 1 bertujuan untuk
Membentuk badan sentral organisasi pemuda menjadi bahasa persatuan atau bahasa
pergaulan bagi rakyat Indonesia.
Hasil utama yang dicapai dalam Kongres Pemuda
1 itu antara lain sebagai berikut :
a. Mengakui dan menerima cita-cita
persatuan Indonesia (walaupun dalam hal ini masih tampak samar – samar)
b.Usaha untuk menghilangkan pandangan adat
dan kedaerahan yang kolot, dan lain – lain.
2. Kongres Pemuda II
Namun, sampai berlangsungnya kongres pemuda
II pada tanggal 28 oktober 1928 organisasi Pemuda Indonesia belum juga bergerak
secara langsung di bidang politik Kongres Pemuda 1 ini menerima dan mengakui
cita – cita persatuan Indonesia, walaupun perumusannya masih samar – samar dan
belum jelas. Oleh karena itu, antara PPPI, Pemuda Indonesia, PI, dan PNI
berencana untuk memfusikan organisasi mereka dengan alas an untuk mewujudkan
persatuan Indonesia dan persamaan cita – cita. Peleburan (fusi) dari organisasi
pemuda itu ternyata semakin lama semakin diperlukan karena kaum pemuda sangat
merasakan bahwa bentuk organisasi masih bersifat kedaerahan, seperti Jong Java,
Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Bataks Bond, Sekar Rukun, Pemuda Kaum
Betawi, Jong Islamieten Bond, Studerence Minahasa, dan pemuda kaum Theosofi. Hal
ini jelas tampak adanya perbedaan pada waktu diselenggarakan Kongres pemuda 1.
Dalam pembicaraan ternyata kepentingan daerah masih sangat menonjol.
Masalah bahasa juga menunjukkan masalah yang
tak mudah mendapatkan kesepakatan dalam kongres tersebut. Di samping itu juga
masih tampak sifat mementingkan daerah misalnya tentang adat yang ada di daerah
masing – masing. Untuk membentuk cita – cita bersama seperti rasa persatuan dan
kesatuan bangsa, maka hal – hal tersebut sangat menghambat. Untuk itulah, maka
para peseta merasa tidak puas dan ingin melanjutkan Kongres Pemuda yang
berikutnya. Sebenarnya dalam Kongres Pemuda 1 tersebut, para peserta dan
pemimpin Kongres telah menunjukkan usaha yang keras untuk mencapai suatu cita –
cita persatuan. Namun, mengingat baru pertama kali Kongres Pemuda dilaksanakan,
maka untuk mencapai cita – cita yang dikehendaki masih mengalami kesulitan.
Fanatisme terhadap adat masih sangat kuat dan berpengaruh besar terhadap semua
pembicaraan. Pemimpin Kongres Moh. Tabrani pandai menjaga jangan sampai terjadi
perpecahan, karena setiap pembicaraan yang menjurus kearah perbedaan adat dan
pandangan, segera diambil jalan tengah untuk dinetralisasi.
Oleh karena itu, dalam kongres banyak pidato
yang berjudul Indonesia Bersatu para
pemuda diharapkan memperkuat rasa persatuan yang harus tumbuh untuk mengatasi
kepentingan golongan, agama, dan daerah. Juga secara jelas diuraikan tentang
Sejarah Perjuangan Indonesia dan ditekankan masalah- masalah yang perlu
mendapat perhatian pemuda untuk meresapkan dan dihayati dalam rangka mencapai
cita – cita Indonesia merdeka.
Jadi, para peserta memang menyadari bahwa
pada saat itu masih sulit untuk membentuk kebulatan tekad dalam perjuangan
mencapai cita – cita Nasional. Selain itu, belum banyak para anggota PI yang
kembali ke tanah air dan juga belum ada anggota PI yang mengikuti Kongres pemuda
1 tersebut. Oleh karena itu, cita – cita untuk mencapai persatuan memang belum
kuat. Baru dalam persiapan Kongres Pemuda II tanggal 28 oktober 1928, banyak
bekas anggota PI yang ikut serta memikirkan jalannya Kongres Pemuda II yang
akan diselenggarakan. Memang dapat dipahami, bahwa kondisi politik sangat
berat. Hal tersebut dikarenakan adanya pemberontakan komunis yang gagal dan
pihak Pemerintah Kolonial Belanda terus meningkatkan pengawasan pergerakan
nasional dalam bidang politik. Itu artinya manifestasi persatuan pemuda
Indonesia berhasil diwujudkan dalam Kongres
Pemuda II pada 26 – 28 Oktober 1928. dilaksanakan di tiga
gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat.
Rapat
pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB),
Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng). Dalam sambutannya, ketua PPPI
Sugondo Djojopuspito berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan
dalam sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin
tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor
yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat,
pendidikan, dan kemauan.
Rapat
kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah
pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro,
berpendapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada
keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik
secara demokratis.
Pada
rapat penutup, di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106,
Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan
kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa
dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik
anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.
Adapun
panitia Kongres Pemuda terdiri dari :
Ketua : Soegondo Djojopoespito (PPPI)
Wakil Ketua : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris : Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond)
Bendahara : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)
Pembantu II : R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
Pembantu III : Senduk (Jong Celebes)
Pembantu IV : Johanes Leimena (yong Ambon)
Pembantu V : Rochjani Soe'oed (Pemoeda Kaoem Betawi)
Ketua : Soegondo Djojopoespito (PPPI)
Wakil Ketua : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris : Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond)
Bendahara : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)
Pembantu II : R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
Pembantu III : Senduk (Jong Celebes)
Pembantu IV : Johanes Leimena (yong Ambon)
Pembantu V : Rochjani Soe'oed (Pemoeda Kaoem Betawi)
Peserta
: Abdul Muthalib Sangadji, Purnama
Wulan, Abdul Rachman, Raden Soeharto, Abu Hanifah, Raden Soekamso, Adnan Kapau
Gani, Ramelan, Amir (Dienaren van Indie), Saerun (Keng Po), Anta Permana,
Sahardjo, Anwari, Sarbini, Arnold Manonutu, Sarmidi Mangunsarkoro, Assaat,
Sartono, Bahder Djohan, S.M. Kartosoewirjo, Dali, Setiawan, Darsa, Sigit
(Indonesische Studieclub), Dien Pantouw, Siti Sundari, Djuanda, Sjahpuddin
Latif, Dr.Pijper, Sjahrial (Adviseur voor inlandsch Zaken), Emma Puradiredja,
Soejono Djoenoed Poeponegoro, Halim, R.M. Djoko Marsaid, Hamami, Soekamto, Jo
Tumbuhan, Soekmono, Joesoepadi, Soekowati (Volksraad), Jos Masdani, Soemanang,
Kadir, Soemarto, Karto Menggolo, Soenario (PAPI & INPO), Kasman
Singodimedjo, Soerjadi, Koentjoro Poerbopranoto, Soewadji Prawirohardjo,
Martakusuma, Soewirjo, Masmoen Rasid, Soeworo, Mohammad Ali Hanafiah, Suhara,
Mohammad Nazif, Sujono (Volksraad), Mohammad Roem, Sulaeman, Mohammad Tabrani,
Suwarni, Mohammad Tamzil, Tjahija, Muhidin (Pasundan), Van der Plaas
(Pemerintah Belanda), Mukarno, Wilopo, Muwardi, Wage Rudolf Soepratman, Nona
Tumbel.
Rumusan
Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr. Sunario,
sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah
tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar
oleh Yamin.
Isi
Dari Sumpah Pemuda Hasil Kongres Pemuda Kedua adalah sebagai berikut
PERTAMA
: Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe,
Tanah Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah Yang
Satu, Tanah Indonesia).
KEDOEA
: Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa
Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa
Indonesia).
KETIGA
: Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa
Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa
Indonesia).
putusan kongres sumpah pemuda |
Dalam peristiwa sumpah pemuda yang
bersejarah tersebut diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia untuk yang pertama
kali yang diciptakan oleh W.R. Soepratman. Lagu Indonesia Raya dipublikasikan
pertama kali pada tahun 1928 pada media cetak surat kabar Sin Po dengan
mencantumkan teks yang menegaskan bahwa lagu itu adalah lagu kebangsaan. Lagu
itu sempat dilarang oleh pemerintah kolonial hindia belanda, namun para pemuda
tetap terus menyanyikannya.
Apabila
kita ingin mengetahui lebih lanjut mengenai banyak hal tentang Sumpah Pemuda
kita bisa menunjungi Museum Sumpah Pemuda yang berada di Gedung Sekretariat PPI
Jl. Kramat Raya 106 Jakarta Pusat. Museum ini memiliki koleksi utama seperti
biola asli milik Wage Rudolf Supratman yang menciptakan lagu kebangsaan Indonesia
Raya serta foto-foto bersejarah peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928
yang menjadi tonggak sejarah pergerakan pemuda-pemudi Indonesia.
Kongres ini merupakan puncak Integrasi
ideology Nasional dan merupakan peristiwa nasional yang belum pernah
terjadi pada masa itu. Tidak dapat dipungkiri bahwa Kongres itu membawa semangat nasionalisme ke tingkat yang lebih tinggi
hal itu di sebabkan utusan yang datang mengucapkan "Sumpah Pemuda"
yang menjadi landasan perjuangan untuk mencapai kemerdekaan. Kalau pada bulan
April 1926 telah berlangsung Kongres Pemuda 1 yang biasa dikatakan belum
berhasil sesuai dengan yang di harapkan, maka dalam Kongres Pemuda II benar –
benar dapat memenuhi harapan bagi seluruh rakyat Indonesia. Namun kongres
Pemuda 1 tidak dapat dikatakan gagal total karena telah berhasil meletakkan
dasar – dasar perstuan. Dalam Kongres Pemuda 1 belum banyak orang – orang bekas
anggota Perhimpunan Indonesia yang ikut membantu pembicaraan sejak persiapan
maupun dalam persidangan. Sedangkan dalam kongres Pemuda II telah banyak orang
– orang bekas anggota Perhimpunan Indonesia yang secara aktif mengambil bagian
dalam persiapan sampai dengan pelaksanaan Kongres. Pelaksanaan dan hasil
kongres Pemuda 1 dan Kongres Pemuda II adalah sangat berbeda, namun, kedua
Kongres tersebut tetap mempunyai tujuan yang sama yaitu menuju tercapainya
kemerdekaan Indonesia.
Sumpah
Pemuda pun kemudian menjadi senjata ampuh untuk merebut kemerdekaan dari tangan
penjajah. Dengan semangat persatuan dan kesatuan bangsa, kesadaran para pemuda
Indonesia saat itu pun semakin kuat karena mereka tidak berjuang sendiri. Maka
tak heran, Sumpah Pemuda adalah salah satu tonggak sejarah kemerdekaan
Indonesia.
B. Menuju Proklamasi 1945
Proses
panjang sejak terbentuknya gerakan kepemudaan yang berciri kedaerahan seperti
Jong Java, Jong Sumatera, Jong Celebes, Jong Ambon dan sebagainya maka pada
tanggal 31 Desember 1930 jam 12 malam, mereka telah berfusi menjadi satu dan
membentuk Perkoempoelan “INDONESIA MOEDA”. Indonesia Muda tidak punya afiliasi
dengan partai politik manapun juga, dalam sejarahnya merupakan cikal bakal
gerakan kepemudaan menuju Indonesia merdeka. Meskipun organisasi ini sudah
tidak berdiri lagi dizaman pendudukan Jepang, para anggotanya tetap aktif
memperjuangkan cita-cita mereka secara terselubung. Dengan menimba ilmu dan
teknologi kemiliteran dizaman Jepang para pemuda bergabung dalam Tentara
Nasional Indonesia, yang ahirnya pada periode Revolusi Kemerdekaan 1945-1949,
dengan semangat, cita-cita Sumpah Pemuda, ikut serta mewujudkan Proklamasi
Kemerdekaan R.I, 17 Agustus 1945.
6
Agustus 1945, 2 bom atom dijatuhkan ke dua kota di Jepang, Hiroshima dan
Nagasaki oleh Amerika Serikat. Ini menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika
Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaannya.
7
Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan dan dibentuk lembaga baru yang akan meneruskan
tugas BPUPKI yaitu PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan Ir.
Soekarno sebagai ketuanya. 9 Agustus 1945, Soekarno, Hatta dan Radjiman
Wedyodiningrat diterbangkan ke Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka
dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju kehancuran tetapi Jepang
menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus.
10
Agustus 1945, Sementara itu, di Indonesia, Sutan Syahrir telah mendengar berita
lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah
bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan
yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Syahrir memberitahu penyair Chairil Anwar
tentang dijatuhkannya bom atom di Nagasaki dan bahwa Jepang telah menerima
ultimatum dari Sekutu untuk menyerah. Syahrir mengetahui hal itu melalui siaran
radio luar negeri, yang ketika itu terlarang. Berita ini kemudian tersebar di
lingkungan para pemuda terutama para pendukung Syahrir.
11
Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan
kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia
dapat dilaksanakan dalam beberapa hari. 14 Agustus 1945, Saat Soekarno, Hatta
dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat (250 km di sebelah timur laut dari
Saigon), Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan
karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu busuk Jepang, karena
Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari
perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro dengan Jepang. Hatta
menceritakan kepada Sjahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.
Sementara
itu Syahrir menyiapkan pengikutnya yang bakal berdemonstrasi dan bahkan mungkin
harus siap menghadapi bala tentara Jepang dalam hal mereka akan menggunakan
kekerasan. Syahrir telah menyusun teks proklamasi dan telah dikirimkan ke
seluruh Jawa untuk dicetak dan dibagi-bagikan. Soekarno belum yakin bahwa
Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat
menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika
para pejuang Indonesia belum siap, Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir
tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
15
Agustus 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang
masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan
kekuasaan di Indonesia ke tangan Belanda. Setelah mendengar desas-desus Jepang
bakal bertekuk lutut, Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang
(Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan
Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.
Soekarno
dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Maeda, di
Jalan Imam Bonjol. Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas
keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi
serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan
Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) pada pukul 10 malam 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon
No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan UUD yang sehari
sebelumnya telah disiapkan Hatta.
16
Agustus 1945, Gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh
Indonesia makin memuncak dilancarkan para pengikut Syahrir. Pada siang hari
mereka berkumpul di rumah Hatta, dan sekitar pukul 10 malam di rumah Soekarno.
Sekitar 15 pemuda menuntut Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan melalui
radio, disusul pengambilalihan kekuasaan. Mereka juga menolak rencana PPKI
untuk memproklamasikan kemerdekaan pada 16 Agustus.
RELOAD BONUS SPESIAL
ReplyDeleteYANG GAME DARI KAMI YANG TERLENGKAP DARI IDNPLAY
MULAI DARI |POKER | CEME | DOMINO99 | OMAHA | SUPER10 |
I BONUS HARIAN + BONUS MINGGUAN + BONUS PROMO TIAP BULANNYA
SIAP MELAYANI SEMUA BANK DI INDONESIA
BANK NASIONAL + BANK DAEERAH |
BBM : D8C0B757
WhastApp : 0812-2222-1680
Lnk : POKERAYAM(.PW)