Sejarah Peradaban Mesir Kuno - Pada awalnya disadari oleh para
ilmuwan di bidang kesehatan bahwa RM telah dilaksanakan sejak lama. Dalam
sejarah, lahirnya rekam medis hampir bersamaan dengan lahirnya ilmu kedokteran.
Rekam sebagai catatan dan ingatan
tentang praktik kedokteran telah dikenal orang sejak zaman palaelolitikum ±
25.000 Sebelum Masehi (SM) yang ditemukan di gua batu di Spanyol.
![]() |
Sejarah Peradaban Mesir Kuno |
Di zaman
Babylon, pengobat di Mesir, Yunani dan Roma menulis pengobatan dan pembedahan
yang penting pada dinding-dinding gua, batang kayu dan bagan tabel yang dibuat
dari tanah liat yang dibakar. Selanjutnya dengan berkembangnya hieroglyph
(tulisan Mesir kuno) ditemukan catatan pengobatan pada dinding makam dan candi
Mesir serta di atas papyrus (semacam gulungan kertas yang terbuat dari kulit).
Salinan papyrus yang ditulis pada tahun 1600 SM yang ditemukan oleh Edwin Smith
pada abad ke 19 di Mesir masih tersimpan di New York Academy of Medicine.
Sedangkan di University of Leipzig menyiimpan papyrus Ebers yang ditulis pada ±
1550 SM yang ditemukan diantara kaki mumi di dekat Thebes pada tahun 1872.
Sejarah
Peradaban Mesir Kuno
Mesir Kuno adalah suatu peradaban kuno
di bagian timur laut Afrika. Peradaban ini terpusat di sepanjang hilir sungai
Nil. Peradaban ini dimulai dengan unifikasi Mesir Hulu dan Hilir sekitar 3150
SM, dan selanjutnya berkembang selama kurang lebih tiga milenium. Sejarahnya
mengalir melalui periode kerajaan-kerajaan yang stabil, masing-masing diantarai
oleh periode ketidakstabilan yang dikenal sebagai Periode Menengah. Mesir Kuno
mencapai puncak kejayaannya pada masa Kerajaan Baru. Selanjutnya, peradaban ini
mulai mengalami kemunduran. Mesir ditaklukan oleh kekuatan-kekuatan asing pada
periode akhir. Kekuasaan firaun secara resmi dianggap berakhir pada sekitar 31
SM, ketika Kekaisaran Romawi menaklukkan dan menjadikan wilayah Mesir Ptolemeus
sebagai bagian dari provinsi Romawi. Meskipun ini bukanlah pendudukan asing
pertama terhadap Mesir, periode kekuasaan Romawi menimbulkan suatu perubahan
politik dan agama secara bertahap di lembah sungai Nil, yang secara efektif
menandai berakhirnya perkembangan peradaban merdeka Mesir.
Peradaban Mesir Kuno didasari atas
pengendalian keseimbangan yang baik antara sumber daya alam dan manusia,
ditandai terutama oleh:
1.
irigasi
teratur terhadap Lembah Nil;
2.
pendayagunaan
mineral dari lembah dan wilayah gurun di sekitarnya;
3.
perkembangan
sistem tulisan dan sastra;
4.
organisasi
proyek kolektif;
5.
perdagangan
dengan wilayah Afrika Timur dan Tengah serta Mediterania Timur; serta
6.
kegiatan
militer yang menunjukkan kekuasaan terhadap kebudayaan negara/suku bangsa
tetangga pada beberapa periode berbeda.
7.
Pengelolaan
kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan oleh penguasa sosial, politik, dan
ekonomi, yang berada di bawah pengawasan sosokFiraun.
Pencapaian-pencapaian peradaban Mesir
Kuno antara lain: teknik pembangunan monumen seperti piramida, kuil, dan
obelisk; pengetahuanmatematika; teknik pengobatan; sistem irigasi dan
agrikultur; kapal pertama yang pernah diketahui teknologi tembikar glasir
bening dan kaca; seni dan arsitektur yang baru; sastra Mesir Kuno; dan traktat
perdamaian pertama yang pernah diketahui. Mesir telah meninggalkan warisan yang
abadi. Seni dan arsitekturnya banyak ditiru, dan barang-barang antik buatan
peradaban ini dibawa hingga ke ujung dunia. Reruntuhan-reruntuhan monumentalnya
menjadi inspirasi bagi pengelana dan penulis selama berabad-abad.
Sejarah Pada akhir masa Paleolitik,
iklim Afrika Utara menjadi semakin panas dan kering. Akibatnya, penduduk di
wilayah tersebut terpaksa berpusat di sepanjang sungai Nil. Sebelumnya,
semenjak manusia pemburu-pengumpul mulai tinggal di wilayah tersebut pada akhir
Pleistosen Tengah (sekitar 120 ribu tahun lalu), sungai Nil telah menjadi urat
nadi kehidupan Mesir. Dataran banjir Nil yang subur memberikan kesempatan bagi
manusia untuk mengembangkan pertanian dan masyarakat yang terpusat dan
mutakhir, yang menjadi landasan bagi sejarah peradaban manusia.
Periode
Pradinasti
Pada masa pra dan awal dinasti, iklim
Mesir lebih subur daripada saat ini. Sebagian wilayah Mesir ditutupi oleh
sabana berhutan dan dilalui oleh ungulata yang merumput. Flora dan fauna lebih
produktif dan sungai Nil menopang kehidupan unggas-unggas air. Perburuan
merupakan salah satu mata pencaharian utama orang Mesir. Selain itu, pada
periode ini, banyak hewan yang didomestikasi.
Guci
pada periode pradinasti
Sekitar tahun 5500 SM, suku-suku kecil
yang menetap di lembah sungai Nil telah berkembang menjadi peradaban yang
menguasai pertanian dan peternakan. Peradaban mereka juga dapat dikenal melalui
tembikar dan barang-barang pribadi, seperti sisir, gelang tangan, dan manik.
Peradaban yang terbesar di antara peradaban-peradaban awal adalah Badari di
Mesir Hulu, yang dikenal akan keramik, peralatan batu, dan penggunaan tembaga.
Di Mesir Utara, Badari diikuti oleh
peradaban Amratia dan Gerzia, yang menunjukkan beberapa pengembangan teknologi.
Bukti awal menunjukkan adanya hubungan antara Gerzia dengan Kanaan dan pantai
Byblos. Sementara itu, di Mesir Selatan, peradaban Naqada, mirip dengan Badari,
mulai memperluas kekuasaannya di sepanjang sungai Nil sekitar tahun 4000 SM.
Sejak masa Naqada I, orang Mesir pra dinasti mengimpor obsidian dari Ethiopia,
untuk membentuk pedang dan benda lain yang terbuat dari flake. Setelah sekitar
1000 tahun, peradaban Naqada berkembang dari masyarakat pertanian yang kecil
menjadi peradaban yang kuat. Pemimpin mereka berkuasa penuh atas rakyat dan
sumber daya alam lembah sungai Nil. Setelah mendirikan pusat kekuatan di
Hierakonpolis, dan lalu di Abydos, penguasa-penguasa Naqada III memperluas
kekuasaan mereka ke utara.
Budaya Naqada membuat berbagai macam
barang-barang material - yang menunjukkan peningkatan kekuasaan dan kekayaan
dari para penguasanya - seperti tembikar yang dicat, vas batu dekoratif yang
berkualitas tinggi, pelat kosmetik, dan perhiasan yang terbuat dari emas,
lapis, dan gading. Mereka juga mengembangkan glasir keramik yang dikenal dengan
nama tembikar glasir bening. Pada fase akhir masa pra dinasti, peradaban Naqada
mulai menggunakan simbol-simbol tulisan yang akan berkembang menjadi sistem
hieroglif untuk menulis bahasa Mesir kuno.
Periode
Dinasti Awal Pelat Narmer menggambarkan penyatuan Mesir Hulu dan Hilir
Pendeta Mesir pada abad ke-3 SM,
Manetho, mengelompokan garis keturunan firaun yang panjang dari Menes ke
masanya menjadi 30 dinasti. Sistem ini masih digunakan hingga hari ini. Ia
memilih untuk memulai sejarah resminya melalui raja yang bernama
"Meni" (atau Menes dalam bahasa Yunani), yang dipercaya telah
menyatukan kerajaan Mesir Hulu dan Hilir(sekitar 3200 SM). Transisi menuju negara
kesatuan sejatinya berlangsung lebih bertahap, berbeda dengan apa yang ditulis
oleh penulis-penulis Mesir Kuno, dan tidak ada catatan kontemporer mengenai
Menes. Beberapa ahli kini meyakini bahwa figur "Menes" mungkin
merupakan Narmer, yang digambarkan mengenakan tanda kebesaran kerajaan pada
pelat Narmer yang merupakan simbol unifikasi.
Pada Periode Dinasti Awal, sekitar
3150 SM, firaun pertama memperkuat kekuasaan mereka terhadap Mesir hilir dengan
mendirikan ibukota di Memphis. Dengan ini, firaun dapat mengawasi pekerja,
pertanian, dan jalur perdagangan ke Levant yang penting dan menguntungkan..
Peningkatan kekuasaan dan kekayaan firaun pada periode dinasti awal
dilambangkan melalui mastaba (makam) yang rumit dan struktur-struktur kultus
kamar mayat di Abydos, yang digunakan untuk merayakan didewakannya firaun
setelah kematiannya. Institusi kerajaan yang kuat dikembangkan oleh firaun
untuk mengesahkan kekuasaan negara atas tanah, pekerja, dan sumber daya alam,
yang penting bagi pertumbuhan peradaban Mesir kuno.
Kerajaan Lama Diisamping adalah Patung firaun Menkaura di Boston Museum of
Fine Arts.Kemajuan dalam bidang arsitektur, seni, dan teknologi dibuat pada
masa Kerajaan Lama. Kemajuan ini didorong oleh meningkatnya produktivitas pertanian,
yang dimungkinkan karena pemerintahan pusat dibina dengan baik. Di bawah
pengarahan wazir, pejabat-pejabat negara mengumpulkan pajak, mengatur proyek
irigasi untuk meningkatkan hasil panen, mengumpulkan petani untuk bekerja di
proyek-proyek pembangunan, dan menetapkan sistem keadilan untuk menjaga
keamanan. Dengan sumber daya surplus yang ada karena ekonomi yang produktif dan
stabil, negara mampu membiayai pembangunan proyek-proyek kolosal dan menugaskan
pembuatan karya-karya seni istimewa. Piramida yang dibangun oleh Djoser, Khufu,
dan keturunan mereka, merupakan simbol peradaban Mesir Kuno yang paling
diingat.
Seiring dengan meningkatnya
kepentingan pemerintah pusat, muncul golongan juru tulis (sesh) dan pejabat
berpendidikan, yang diberikan tanah oleh firaun sebagai bayaran atas jasa
mereka. Firaun juga memberikan tanah kepada struktur-struktur kultus kamar
mayat dan kuil-kuil lokal untuk memastikan bahwa institusi-institusi tersebut
memiliki sumber daya yang cukup untuk memuja firaun setelah kematiannya. Pada
akhir periode Kerajaan Lama, lima abad berlangsungnya praktik-praktik feudal
pelan-pelan mengikis kekuatan ekonomi firaun. Firaun tak lagi mampu membiayai
pemerintahan terpusat yang besar. Dengan berkurangnya kekuatan firaun, gubernur
regional yang disebut nomark mulai menantang kekuatan firaun. Hal ini
diperburuk dengan terjadinya kekeringan besar antara tahun 2200 hingga 2150 SM,
sehingga Mesir Kuno memasuki periode kelaparan dan perselisihan selama 140
tahun yang dikenal sebagai Periode Menengah Pertama Mesir.
Periode
Menengah Pertama Mesir
pemerintahan pusat Mesir runtuh pada
akhir periode Kerajaan Lama, pemerintah tidak lagi mampu mendukung atau
menstabilkan ekonomi negara. Gubernur-gubernur regional tidak dapat
menggantungkan diri kepada firaun pada masa krisis. Kekurangan pangan dan
sengketa politik meningkat menjadi kelaparan dan perang saudara berskala kecil.
Meskipun berada pada masa yang sulit, pemimpin-pemimpin lokal, yang tidak
berhutang upeti kepada firaun, menggunakan kebebasan baru mereka untuk mengembangkan
budaya di provinsi-provinsi. Setelah menguasai sumber daya mereka sendiri,
provinsi-provinsi menjadi lebih kaya. Fakta ini dibuktikan dengan adanya
pemakaman yang lebih besar dan baik di antara kelas-kelas sosial lainnya.
Dengan meningkatnya kreativitas, pengrajin-pengrajin provinsial menerapkan dan
mengadaptasi motif-motif budaya yang sebelumnya dibatasi oleh Kerajaan Lama.
Juru-juru tulis mengembangkan gaya yang melambangkan optimisme dan keaslian
periode.
Bebas dari kesetiaan kepada firaun, pemimpin-pemimpin
lokal mulai berebut kekuasaan. Pada 2160 SM, penguasa-penguasa di Herakleopolis
menguasai Mesir Hilir, sementara keluarga Intef di Thebes mengambil alih Mesir
Hulu. Dengan berkembangnya kekuatan Intef, serta perluasan kekuasaan mereka ke utara,
maka pertempuran antara kedua dinasti sudah tak terhindarkan lagi. Sekitar
tahun 2055 SM, tentara Thebes di bawah pimpinan Nebhepetre Mentuhotep II
berhasil mengalahkan penguasa Herakleopolis, menyatukan kembali kedua negeri,
dan memulai periode renaisans budaya dan ekonomi yang dikenal sebagai Kerajaan
Pertengahan.
Kerajaan Pertengahan Gambar Amenemhat
III, penguasa terakhir Kerajaan Pertengahan. Firaun Kerajaan Pertengahan
berhasil mengembalikan kesejahteraan dan kestabilan negara, sehingga mendorong
kebangkitan seni, sastra, dan proyek pembangunan monumen. Mentuhotep II dan
sebelas dinasti penerusnya berkuasa dari Thebes, tetapi wazir Amenemhat I,
sebelum memperoleh kekuasaan pada awal dinasti ke-12 (sekitar tahun 1985 SM),
memindahkan ibukota ke Itjtawy di Oasis Faiyum. Dari Itjtawy, firaun dinasti
ke-12 melakukan reklamasi tanah dan irigasi untuk meningkatkan hasil panen.
Selain itu, tentara kerajaan berhasil merebut kembali wilayah yang kaya akan
emas di Nubia, sementara pekerja-pekerja membangun struktur pertahanan di Delta
Timur, yang disebut "tembok-tembok penguasa", sebagai perlindungan
dari serangan asing.
Maka populasi, seni, dan agama negara
mengalami perkembangan. Berbeda dengan pandangan elitis Kerajaan Lama terhadap
dewa-dewa, Kerajaan Pertengahan mengalami peningkatan ungkapan kesalehan
pribadi. Selain itu, muncul sesuatu yang dapat dikatakan sebagai demokratisasi
setelah akhirat; setiap orang memiliki arwah dan dapat diterima oleh dewa-dewa
di akhirat. Sastra Kerajaan Pertengahan menampilkan tema dan karakter yang
canggih, yang ditulis menggunakan gaya percaya diri dan elok, sementara relief
dan pahatan potret pada periode ini menampilkan ciri-ciri kepribadian yang
lembut, yang mencapai tingkat baru dalam kesempurnaan teknis.
Penguasa terakhir Kerajaan
Pertengahan, Amenemhat III, memperbolehkan pendatang dari Asia tinggal di
wilayah delta untuk memenuhi kebutuhan pekerja, terutama untuk penambangan dan
pembangunan. Penambangan dan pembangunan yang ambisius, ditambah dengan
meluapnya sungai Nil, membebani ekonomi dan mempercepat kemunduran selama masa
dinasti ke-13 dan ke-14. Semasa kemunduran, pendatang dari Asia mulai menguasai
wilayah delta, yang selanjutnya mulai berkuasa di Mesir sebagai Hyksos.
Periode Menengah Kedua dan Hyksos Sekitar
tahun 1650 SM, seiring dengan melemahnya kekuatan firaun Kerajaan Pertengahan,
imigran Asia yang tinggal di kota Avaris mengambil alih kekuasaan dan memaksa
pemerintah pusat mundur ke Thebes. Di sanam firaun diperlakukan sebagai vasal
dan diminta untuk membayar upeti. Hyksos ("penguasa asing") meniru
gaya pemerintahan Mesir dan menggambarkan diri mereka sebagai firaun. Maka
elemen Mesir menyatu dengan budaya Zaman Perunggu Pertengahan mereka.
Setelah mundur, raja Thebes melihat
situasinya yang terperangkap antara Hyksos di utara dan sekutu Nubia Hyksos,
Kerajaan Kush, di selatan. Setelah hampir 100 tahun mengalami masa stagnansi,
pada tahun 1555 SM, Thebes telah mengumpulkan kekuatan yang cukup untuk melawan
Hyksos dalam konflik selama 30 tahun.
Firaun Seqenenre Tao II dan Kamose berhasil mengalahkan orang-orang
Nubia. Pengganti Kamose, Ahmose I, berhasil mengusir Hyksos dari Mesir.
Selanjutnya, pada periode Kerajaan Baru, kekuatan militer menjadi prioritas
utama firaun agar dapat memperluas perbatasan Mesir dan menancapkan kekuasaan
atas wilayah Timur Dekat.
Peradaban Mesir Kuno berkembang selama
kurang lebih tiga setengah abad. Dimulai dengan unifikasi awal
kelompok-kelompok yang ada di Lembah Nil sekitar 3150 SM, peradaban ini secara
tradisional dianggap berakhir pada sekitar 31 SM, sewaktu Kekaisaran Romawi
awal menaklukkan dan menyerap wilayah Mesir Ptolemi sebagai bagian provinsi
Romawi. Walaupun hal ini bukanlah pendudukan asing pertama terhadap Mesir,
periode kekuasaan Romawi menimbulkan suatu perubahan politik dan agama secara
bertahap di Lembah Nil, yang secara efektif menandai berakhirnya perkembangan
peradaban independen Mesir.
Tokoh-Tokoh yang Berperan Dalam Perkembangan Rekam Medis
Perkembangan rekam
medis tak pernah lepas dari perkembangan ilmu kedokteran,karena itu tokoh yang mengembangkan ilmu kedokteran tentu
saja otomatis mengembangkan Rekam Medis berikut tokoh-tokohnya :
1. Dewa Thoth :
Dewa Thoth ( Zaman Mesir Kuno ) seorang ahli pengobatan, yang
sampai dijuluki dengan Dewa Kebijaksanaan. ia mengarang antara 36 s.d 42 buku.
Enam buku diantaranya mengenai masalah kedokteran (Tubuh manusia, penyakit,
alat-alat pengobatan dan kebidanan.
2.Imhotep ( Zaman Mesir Kuno )
Hidup di zaman piramid antara 3000 – 2500 SM, menjabat sebagai
Kepala Arsitek Negeri dan Penasehat Medis Raja Fir'aun. ia adalah seorang
dokter yang mendapat kehormatan sebagai medical demiggod. ia membuat papyrus
yaitu dokumen imlu kedokteran kuno yang berisi 43 kasus pembedahan.Ebers
Papyrus,Papyrus ini oleh Universitas Leipzing (Polandia) berisi observasi yang
cermat mengenai penyakit dan pengobatan yang dikerjakan secara teliti dan
mendalam.
Mitologi Mesir
Praktek kefarmasian telah dikenal dalam mitologi Mesir.
Seperti halnya di Babylonia, bangsa Mesir juga mengenal dewa-dewa yang
berpengaruh dalam pengobatan seperti Thoth, Osiris, Isis, Horus dan Imhotep.
Salah satu simbol yang menghubungkan praktek kefarmasian saat ini dengan
mitologi kuno adalah simbol Rx, yang dijumpai dalam penulisan resep di seluruh dunia.
Sebagian besar pendapat menyatakan bahwa simbol tersebut berasal dari simbol
mata Horus, dewa elang bangsa Mesir. Horus selalu mengawasi setiap proses
pembuatan obat, sebagai simbol bahwa profesi farmasis selalu mendapat
pengawasan dari Tuhan sehingga setiap pelaku profesi ini harus selalu bekerja
dengan baik, cermat dan jujur karena Tuhan selalu melihat dan mengawasi mereka.
Horus ditugaskan oleh Isis, ibunya sebagai penjaga balai
pengobatan (house of medicine) para dewa. Sedangkan tugas menjaga bejana
pembalseman diberikan kepada dewa lain, yakni anepu (bangsa Yunani menyebutnya
anubis) yang mungkin dianggap sebagai farmasis para dewa selain sebagai dewa
kematian. Bangsa Mesir
kuno seperti halnya bangsa Yunani kuno dan bangsa Roma kuno, telah banyak
menyumbangkan pengetahuan dan bukti-bukti mengenai kegiatan pengobatan dan
pengetahuan pengobatan yang mereka miliki. Bukti-bukti tersebut ditemukan pada
beberapa papyruses dalam penggalian arkeologi. Perawatan orang sakit pada bangsa
Mesir kuno biasanya dilakukan oleh penyihir dan dukun (atau biasanya juga
disebut “medicine men”).
Penggalian
arkeologi juga menemukan pada bangsa Mesir terdapat seseorang yang disebut
physicians yang menangani perawatan orang yang sakit. Penyebutan physician ini
terdapat pada tulisan hieroglyphics dimakam pharaoh. Pada hieroglyphics
tersebut disebutkan bahwa :
"palace
doctor, superintendent of the court physicians, palace eye physician, palace
physician of the belly and one who understands the internal fluids and who is
guardian of the anus."
Diduga
posisi physicians sudah ada pada tahun 2600 sebelum masehi. Disebutkan bahwa
Imphotep adalah physicians dari raja Zozer. Dalam hal ilmu pengobatan,bangsa
Mesir kuno sudah mengembangkan pengetahuan mereka mengenai fungsi hati, detak
jantung, darah dan juga kegunaan dari oksigen bagi tubuh manusia, serta sudah
menyebutkan secara jelasa nama-nama dari anggota tubuh.
Meskipun
begitu, tetap saja dasar dari pengobatan dari bangsa Mesir kuno adalah berdasar
pada kepercayaan tahayul, roh nenek moyang dan juga sihir. Jika suatu penyakit
tidak ditemukan penyebabnya, maka para physicians,penyihir dan dukun percaya
bahwa penyebabnya adalah roh-roh tertentu atau spiritual beings. Sehingga untuk
menyembuhkannya adalah dengan menggunakan mantra dan ramuan tertentu untuk
mengusir roh-roh tersebut.